Kantor polisi Incheon terlihat telah ramai dengan berbagai mobil patroli yang terparkir di depan teras, Jiwoo sedikit bertanya-tanya kali ini operasi besar apa yang akan mereka lakukan.
Jiwoo melangkahkan kakinya kedalam ruangan kerjanya, disana sudah terdapat anggota timnya lengkap dan Cha Giho yang sedang memantau monitor, Jiwoo pun mendekati mereka dengan rasa penasaran.
"Ohh, Jiwoo-ya. Kau sudah sehat?"
Pildo bertanya kepada Jiwoo ketika melihatnya memasuki pintu.
"Ya, sudah jauh lebih baik"
Jiwoo menjawabnya dengan tenang dan datar, walaupun keadaannya tidak jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Ada apa ini?"
Jiwoo kembali bertanya dan sedikit mendekati monitor.
"Kita akan mengadakan operasi penangkapan Choi Mujin lagi, kali ini aku yakin akan berhasil"
Cha Giho menjawab dengan bersemangat, kedua matanya berbinar menatap layar monitor yang menampilkan gerak-gerik Mujin, nampak seperti mereka menempatkan seorang polisi yang berpura-pura sebagai tamu hotel untuk merekamnya.
Jiwoo sangat terkejut melihat Mujin sedang bersiap-siap memasuki mobilnya bersama Taeju, sementara Cha Giho sedikit melirik ke arah Jiwoo dengan senyum puas, pria tua itu tidak kehabisan ide untuk menangkap Mujin.
Jiwoo kemudian sedikit bergeser ke belakang untuk merogoh ponselnya, dan sialnya ponsel itu tertinggal di apartemennya, Jiwoo baru ingat bahwa semalam ia melemparnya ke bawah sofa dan karena terburu-buru lupa mengambilnya.
Jiwoo terlihat gelisah, kedua matanya melirik kekiri dan kanan, ia berusaha menenangkan pikirannya yang kalut sementara Pildo menyadarinya lalu mendekati Jiwoo.
"Kau tidak perlu ikut operasi ini jika masih tidak enak badan, berjaga saja disini"
Pildo memperhatikan raut wajah Jiwoo yang semakin menegang seiring layar monitor yang menampakkan mobil Mujin telah pergi dari sana.
"Aku tidak apa-apa, aku akan ikut, bagaimanapun juga kita harus menangkap Choi Mujin"
Jiwoo lagi-lagi berusaha tenang agar mereka tidak mencurigainya.
"Kau terlihat bersemangat, Kopral Jiwoo. Aku suka itu!"
Cha Giho berbalik dan memandangi Jiwoo dengan tersenyum lebar, raut wajah tegang Jiwoo seakan menjadi pembakar semangat baginya.
"Baiklah, semuanya bersiap. Kita akan pergi 5 menit lagi"
Cha Giho pun membubarkan kerumunan itu untuk bersiap-siap dan mengambil keperluan yang di butuhkan, sementara Jiwoo hanya duduk lemas di atas kursinya, ia memutar otak untuk menyelamatkan Mujin.
Jiwoo sudah pernah mengalami kejadian semacam ini sebelumnya, ia kemudian mendapat ide yang terbilang cukup nekat dan gila namun ia yakin akan membantu Mujin untuk lolos dari sana.
. . .
Mujin dan Taeju sedang menuju sebuah distrik di dekat Itaewon untuk melakukan transaksi yang cukup besar, mereka membawa 5 koper besar sabu-sabu dan akan menjualnya kepada mitra Mujin yang juga merupakan salah satu bandar terkenal di Seoul.
Mujin membuka salah satu koper untuk mengecek sekali lagi sabu-sabu itu, memastikan keadaannya baik-baik saja, ia tidak ingin memberikan kualitas buruk kepada mitra yang telah menemaninya berbisnis selama bertahun-tahun itu.
"Taeju-ya, siapa yang mengetes sabu-sabu ini?"
Mujin bertanya kepada Taeju yang berada di sebelahnya.
"Peracik dari Daegu yang mengetesnya, dia mengatakan semuanya baik-baik saja"
Taeju menjawabnya dengan wajah tegang, sesuatu tentang transaksi ini membuatnya sedikit grogi.
"Bagus, aku tidak ingin satu kesalahanpun"
Mujin kemudian menutup koper itu dan meletakkannya kembali ke bagasi kemudian menyenderkan tubuhnya ke kursi, ia terlihat cukup lelah karena tidak tidur semalaman.
Sementara itu, Taeju masih duduk dengan posisi tegak, menutup lurus ke arah depan dan memastikan jalanan yang mereka lalui baik-baik saja, ia cukup grogi ketika duduk di kursi penumpang karena terbiasa menyetir untuk Mujin.
Sekitar setengah jam dalam perjalanan, mereka akhirnya sampai pada tempat yang di tuju, lagi-lagi sebuah club ternama yang tidak sembarang orang bisa memasukinya.
Taeju turun dari mobil dan membuka pintu untuk Mujin, sementara para pengawal lain membuka bagasi dan membawa koper-koper itu di belakangnya.
Mujin melangkahkan kakinya dengan begitu berkharisma, menegaskan bahwa dirinya adalah seorang bos di antara mereka, mereka mendekati pintu masuk yang terlihat di jaga oleh beberapa pria berpakaian serba hitam.
Para pria itupun memberi hormat kepada Mujin dan mempersilahkannya untuk masuk, sementara Taeju terus mengawasi sekitar mereka, ia merasa cukup was-was tanpa sebab.
Mujin kemudian menuju salah satu ruangan yang terletak di lantai atas, setelah beberapa kali berpindah lift akhirnya mereka sampai, seseorang nampak telah menunggunya di dalam dengan raut wajah sumringah.
"Choi Mujin.. Sahabatku! Selamat datang"
Pria dengan namar samaran Park Marco tersebut menyambut Mujin dan mengulurkan tangannya, hendak bersalaman dengan Mujin.
"Apa aku membuatmu menunggu lama?"
Mujin kemudian menggapai lengan itu dan memberinya salam sembari sedikit menyengir.
"Ahh tidak, tidak. Kemari, duduklah!"
Marco mempersilahkan Mujin untuk duduk pada sofa yang tersedia disana, sementara Taeju hanya berdiri di sampingnya, matanya masih memperhatikan sekitar, perasaan was-was itu terus mengganggungnya.
"Berapa banyak yang kau bawa?"
Marco sedikit berbisik ke arah Mujin dengan tatapan seorang pecandu.
Mujin kemudian memberi kode kepada pengawalnya untuk maju dan memberikan koper-koper itu ke atas meja.
"Sebanyak yang otak pecandumu itu bisa konsumsi"
Mujin kembali menyengir dan membuka koper itu satu persatu lalu mendorongnya kedepan.
"It's amazing! Kau benar-benar sahabatku!"
Marco terlihat antusias dan akan mencicipi satu bungkus sabu-sabu itu namun tiba-tiba suara bising terdengar dari luar yang mengehentikan dirinya.
"Hey, ada apa di luar? Mengapa begitu berisik?!"
Marco bertanya kepada salah satu pengawalnya dengan marah, sementara Mujin sedikit memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk, penasaran dengan situasi di luar.
"Jangan bergerak! Ini adalah polisi, kalian di tangkap!"
Terdengar seorang pria berteriak dari luar bersamaan dengan suara tembakan.
"Polisi?! Yak, kau! Kemasi semuanya dan pergi dari sini, pastikan barang ini aman atau kau akan mati di tanganku!"
Marco terlihat sangat panik dan menyuruh pengawalnya untuk mengemasi semua koper itu.
Sementara itu, Taeju sudah berdiri di depan Mujin dan mengeluarkan pistolnya dari balik jas, ia sudah mendapat firasat bahwa hal seperti ini akan terjadi.
Mujin kemudian bangkit dengan tenang dan ikut mengeluarkan pistol miliknya, bersiap menembak kepada siapapun yang keluar dari pintu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]
FanfictionDebur ombak dan aroma asin dari laut yang terbakar matahari, terlihat dua orang pria berdiri berdampingan di pinggirannya. ''Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin membalas dendam, biarkan dia mendapat apa yang ia inginkan.'' Choi Mujin kembali me...