Mansion yang luas dan megah itu terasa begitu sunyi tanpa kehadiran sosok wanita yang sangat Mujin cintai tersebut, Jiwoo tidak memberikannya kabar selama sehari penuh, Mujin terus mencoba menghubunginya karena hal tersebut tidak biasa terjadi di antara mereka, sesibuk apapun Jiwoo, ia akan mengirim minimal satu pesan kepadanya setiap hari.
Mujin merasa sedikit cemas dengan keadaan Jiwoo, takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya. GPS yang terpasang di mobil Jiwoo pun telah di lepas yang membuat Mujin tidak bisa melacak keberadaannya, Mujin telah menyuruh Taeju untuk mencarinya beberapa saat yang lalu, namun sampai sekarang Taeju belum juga kembali.
Setelah cukup lama menunggu, Mujin kemudian mengambil salah satu kunci mobilnya dari dalam laci meja kerjanya, berniat untuk pergi dan mencari Jiwoo seorang diri, namun belum ia sempat keluar dari ruangannya, Taeju tiba-tiba muncul dari dalam lift dengan tergesa-gesa.
"Apa kau sudah menemukannya?"
Mujin bertanya kepada Taeju tanpa menunggunya masuk terlebih dahulu.
"Ya, aku menemukannya bos"
Taeju sedikit menghela nafasnya, matanya terlihat awas, ia seperti tidak yakin untuk melanjutkan perkataannya.
"Dia sedang berada di depan lampu merah Kantor Kepolisian Incheon.."
Taeju menghentikan perkataannya untuk beberapa saat sembari sedikit menundukkan wajahnya.
"Dia terlihat bersama seorang pria yang hampir menangkapmu saat itu, aku mengikuti mereka cukup lama, terlihat seperti mereka sehabis menginap... bersama"
Taeju melanjutkan dengan nada ragu bercampur takut, ia sesekali melempar pandangan kepada Mujin yang terdiam di depannya dengan tatapan dalam dan tidak bisa di artikan, ujung kelopak matanya menyipit dan mengeluarkan urat-urat halus, Taeju seperti bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Apakah dia masih berada disana?"
Mujin bertanya dengan serak, suaranya terdengar begitu tenang namun cukup membuat siapapun yang mendengarnya bergidik.
"Kurasa masih pak, terjadi macet parah saat aku berada disana"
Taeju menjawabnya dengan pelan.
"Siapkan motorku"
Mujin kemudian berbalik meninggalkan Taeju yang masih berdiri di depan lift, ia terlihat membuka jas yang ia kenakan lalu menghilang ke dalam kamar.
Mujin mengganti bajunya dengan menggunakan jaket kulit berwarna hitam, lengkap dengan sarung tangan dan masker senada, ia memandangi dirinya di dalam cermin, berusaha mengatur nafasnya namun sorot mata itu tidak bisa berbohong, ia terbakar jauh di dalam sana.
Mujin kemudian keluar dari kamar setelah beberapa waktu, ia berjalan mendekati hiasan dinding tempat berangkasnya di simpan, membukanya lalu mencari sesuatu disana, benda itu adalah sebuah pistol berwarna hitam kebangaannya, setelah sekian lama akhirnya ia akan menggunakannya lagi.
. . .
Jiwoo dan Pildo terlihat sedang berada di dalam mobil, menunggu untuk antrian mobil di depannya yang begitu panjang, wajah Jiwoo terlihat begitu pucat dengan kantong matanya yang menghitam hasil dari menangis selama semalaman, ia menundukkan wajahnya dengan tatapan kosong sementara Pildo sedari tadi memperhatikannya dengan raut wajah khawatir.
"Apa kau yakin akan melakukannya?"
Pildo bertanya dengan nada pelan namun Jiwoo masih tidak merubah posisinya.
"Dunia mungkin akan mengecammu untuk semua yang sudah kau lakukan, namun aku akan tetap mendukungmu, aku akan menjelaskan semuanya kepada kapten, hukumanmu mungkin akan di kurangi"
Pildo melanjutkan perkataannya sembari berusaha menenangkan Jiwoo dengan menggapai lengan kirinya yang membuat Jiwoo seketika tersentak.
Jiwoo menoleh ke arah Pildo lalu menarik lengannya dari jangkauan lengan Pildo dengan perlahan, tatapan mata yang kosong dan penuh kesedihan itu membuat Pildo semakin merasa kasihan padanya.
"Terimakasih, Pildo-ya"
Jiwoo sedikit menyunggingkan senyuman di ujung bibirnya, sebuah senyuman penuh kepahitan, ia tersenyum namun lebih terlihat seperti sedang menahan tangis.
Beberapa saat kemudian seseorang berhenti di samping mobil mereka, pandangan Jiwoo seketika teralihkan kepada pengendara motor yang berpakaian serba hitam lengkap dengan helm tersebut.
Pildo pun menyadari tatapan Jiwoo lalu ikut berbalik untuk mencari tau, bersamaan dengan itu, Jiwoo menatap pengendara motor itu begitu lekat, merasa akrab dengan kedua mata itu, beberapa saat kemudian Jiwoo menyadari dia adalah Mujin.
Belum sempat Jiwoo mengambil gerakan untuk keluar dari mobil, Mujin telah mengeluarkan sebuah pistol dari dalam jaketnya, mengarahkannya kepada Pildo dengan gerakan perlahan, Jiwoo terlihat begitu terkejut hingga membulatkan matanya sementara Pildo terlalu terkejut untuk mengambil gerakan, ia hanya menatap lurus pistol yang berada tepat di depan matanya tersebut.
Beberapa saat kemudian, bunyi dari pistol yang di tembakkan memecahkan kesunyian di dalam mobil tersebut, kaca mobil Pildo seketika pecah dan berhamburan sementara Jiwoo masih membeku di tempatnya duduk, menatap lurus ke arah Mujin yang terlihat sedikit menyunggingkan senyuman dari kedua matanya, sementara Pildo memejamkan kedua matanya dengan posisi sedikit menunduk.
Tembakan itu tidak mengenainya namun mengenai atap mobil miliknya, Mujin mengubah arah tembakannya tepat beberapa detik sebelum ia menarik pelatuk pistol tersebut, ia tidak benar-benar ingin menembak Pildo, ia hanya ingin Jiwoo kembali padanya.
Mujin lalu pergi dari sana dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Jiwoo yang masih terkejut hingga tidak bisa mengedipkan kedua kelopak matanya, sementara itu Pildo terlihat panik dan berbalik untuk memeriksa kondisi Jiwoo.
"Apa kau tidak apa-apa, Jiwoo-ya?"
Pildo melihat sekitar tubuh Jiwoo dengan raut wajah khawatir.
"Bolehkah aku meminjam mobilmu?"
Jiwoo kemudian sedikit menoleh ke arah Pildo dengan tatapan dingin namun deru nafasnya tidak dapat berbohong, lonjakan emosi di dalam dirinya serasa tak tertahankan membuatnya kesulitan untuk bernafas.
"Kau mau kemana?"
Pildo sedikit berteriak, ia sangat mengkhawatirkan Jiwoo terlebih dengan kondisinya yang seperti itu.
"Aku harus ke suatu tempat, kumohon, keluarlah"
Jiwoo kemudian keluar dari mobil dengan gerakan singkat, beberapa pengendara lain telah keluar dari mobil mereka dan menatap Jiwoo dengan penasaran apa yang telah terjadi, Jiwoo tidak menghiraukannya lalu menarik Pildo untuk keluar.
"Yak, Jiwoo-ya! Biarkan aku mengantarmu"
Pildo terpaksa keluar dari kursi pengemudi sementara Jiwoo memasukinya dengan terburu-buru, ia bahkan tidak memakai sabuk pengaman saat menarik tuas mobil itu lalu melaju pergi dari sana, meninggalkan Pildo yang tidak memahami situasi tersebut dan tidak tau harus berbuat apa.
"Choi Mujin! Aku akan membunuhmu!"
Jiwoo bergumam dengan nada suara bergetar, ujung kelopak matanya kembali memerah menahan tangisan, namun kali ini adalah tangisan penuh amarah, ia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, dengan kecepatan tinggi ia membawa mobil Pildo menuju mansion Mujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]
FanfictionDebur ombak dan aroma asin dari laut yang terbakar matahari, terlihat dua orang pria berdiri berdampingan di pinggirannya. ''Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin membalas dendam, biarkan dia mendapat apa yang ia inginkan.'' Choi Mujin kembali me...