XXXI. (18+ 2)

2.1K 139 40
                                    

Jiwoo terlihat sedang bersiap-siap untuk keluar dari apartemennya namun tiba-tiba ponselnya berdering, saat ia melihat layar ponsel itu, nomor yang tertera disana adalah nomor yang tidak di kenal.

Jiwoo sedikit bingung karena nomor ponselnya sangat rahasia, ia tidak sembarang memberikan nomornya kepada orang lain, dengan ragu-ragu Jiwoo kemudian mengangkatnya.

"Jiwoo-ya, ini aku"

Suara yang serak dan dalam itu membuat Jiwoo membulatkan kedua matanya.

"Mujin-ssi? Kau dimana?"

Jiwoo bertanya dengan antusias, ia tidak bisa menahan lonjakan emosi yang ia rasakan ketika mendengar suara dari prianya tersebut.

"Aku sudah mengirimimu alamatnya, datanglah kesini"

Mujin menjawabnya dengan tenang, namun terdengar sedikit getaran pada nada bicaranya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Jiwoo kembali bertanya khawatir sembari bergegas meninggalkan apartemennya.

"Kau akan tau ketika kau berada disini"

Mujin kembali menjawabnya dengan tenang, ia terdengar sedikit terkekeh.

"Baiklah, tunggu aku."

Jiwoo mematikan panggilan itu lalu membuka pesan berupa titik GPS yang Mujin kirim, Jiwoo memasang titik itu pada GPS di mobilnya dengan terburu-buru kemudian bergegas menuju tempat Mujin berada.

. . .

Sementara itu, Mujin terlihat duduk di teras bangunan yang di ketahui sebuah kuil, kuil yang sama yang selalu ia datangi selama beberapa tahun belakangan, walaupun memiliki citra yang buruk namun Mujin salah satu orang yang taat dalam berdoa, ia selalu meminta ampun untuk semua dosa yang ia lakukan disana.

Malam yang cerah dengan di penuhi bintang yang berkerlap-kerlip membuat malam yang bersalju itu terlihat cukup indah, terdengar suara ranting yang tertiup angin dingin membuat suasa menjadi sangat tenang, Mujin terus melirik ke arah jalanan, menunggu kedatangan seseorang yang ia cintai muncul dari sana.

Beberapa saat kemudian, penjaga kuil mendatangi Mujin yang masih duduk di teras, memberinya sebuah jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya.

"Jangan datang kesini dengan keadaan sekarat lagi, aku tidak akan menerimamu"

Penjaga kuil itu membuka percakapan sementara Mujin hanya tersenyum tipis.

"Apa kau mengusirku?"

Mujin menanggapinya santai sembari mengambil jaket itu dan memakainya.

"Apa yang terjadi padamu? Apa kau masih menggeluti dunia gelap itu?"

Penjaga kuil itu balik bertanya sementara Mujin hanya menghela nafasnya pelan.

"Aku tidak punya pilihan lain"

Mujin menjawabnya dengan nada suara merendah sembari megentuk-ngetuk ujung tempat duduknya yang terbuat dari kayu itu.

"Jika kau ingin keluar dari sana, kau harus memiliki tujuan hidup yang baru, tujuan yang bisa merubahmu menjadi orang yang lebih baik"

Penjaga kuil itu masih berdiri di depan Mujin, tatapannya seolah mengasihani.

"Aku sudah memilikinya"

Mujin menjawabnya santai sembari kembali tersenyum tipis.

Bersamaan dengan itu, Jiwoo muncul dari balik jalanan setapak dengan pencahayaan samar-samar itu, ia berjalan cukup jauh untuk mencapai tempat itu, jalanan yang hanya bisa di capai dengan berjalan kaki, sesampainya disana Jiwoo terus menatap lurus ke arah Mujin sembari mendekatinya.

Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang