Langkah demi langkah keduanya ambil di bawah hujan salju yang turun dengan lembut dan perlahan sembari berpegangan tangan, menghindari tergelincir sekaligus menghantarkan kehangatan untuk satu sama lain, setelah beberapa saat perjalanan yang cukup menguras tenaga, keduanya akhirnya sampai pada kuil yang di tuju, kuil yang terletak di belakang bukit itu nampak sepi dan sunyi, seperti hari-hari biasanya.
Mujin sedikit bergeser untuk melihat sekitar, mencari si tua penjaga kuil yang tak nampak di manapun, sesaat kemudian pria paruh baya tersebut keluar dari salah satu ruangan, menatap lurus ke arah keduanya dengan tatapan bingung.
"Ada apa kau kemari? Ku kira kau terluka lagi"
Penjaga kuil tersebut sedikit menggoda Mujin sembari berjalan mendekati mereka dengan tersenyum tipis.
"Aku hanya ingin berdoa"
Mujin membalasnya dengan ikut tersenyum kecil, ujung bibirnya sedikit terangkat, menyapa si penjaga kuil.
"Apakah tidak ada siapapun di dalam?"
Mujin kembali bertanya, sementara Jiwoo memberi salam kepada penjaga kuil tersebut.
"Akhir-akhir ini tidak banyak yang datang, terlebih pada malam tahun baru seperti ini, kau bisa berdoa dengan tenang di dalam"
Penjaga kuil tersebut memahami sifat Mujin yang tidak pernah menyukai keramaian, ia terlihat masih tersenyum tipis ke arah keduanya lalu mempersilahkan mereka untuk mengikutinya masuk ke dalam kuil.
Mujin kemudian menengok ke arah Jiwoo yang berdiri di samping kanannya, mengangkat lengan kanannya sebatas bahu Jiwoo lalu merangkulnya dan memberinya kode untuk jalan.
"Ayo masuk"
Mujin sedikit berbisik di telinga Jiwoo dengan pelan, suara serak dan dalam itu selalu bisa membuat Jiwoo terpanah.
. . .
Mujin membakar dupa lalu menusukkannya pada tempatnya, sementara Jiwoo telah duduk di depan tempat berdoa, menatap lurus pada nama ayahnya yang tertulis disana, matanya berbinar kemerahan, rasa sesak yang selalu ia rasakan kini perlahan mereda, kesedihan yang ia rasakan pun perlahan memudar berganti dengan rasa semangat yang menggebu-gebu, sebentar lagi ia akan menuntaskan tujuannya dan membuat ayahnya dapat beristirahat dengan tenang disana.
Mujin kembali duduk di samping Jiwoo, memperhatikan wajahnya dari samping, ikut merasakan kesedihan yang Jiwoo rasakan, Mujin kemudian meraih lengan Jiwoo menuju pangkuannya dengan perlahan membuat seketika Jiwoo menoleh ke arahnya, pandangan mereka bertemu cukup lama, saling meresapi dan berbagi kesedihan bersama.
"Kau sudah melalui banyak hal untuk sampai pada saat ini, aku sangat bangga padamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]
FanfictionDebur ombak dan aroma asin dari laut yang terbakar matahari, terlihat dua orang pria berdiri berdampingan di pinggirannya. ''Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin membalas dendam, biarkan dia mendapat apa yang ia inginkan.'' Choi Mujin kembali me...