XXXVII.

770 108 30
                                    

Cha Giho kembali berlari ke arah ruangan interogasi dengan amarah yang meledak-ledak, ia kemudian melanjutkan aktifitas memukuli anak buahnya itu, sementara Pildo mencoba memisahkan mereka.

Pria tua itu benar-benar telah kehilangan akalnya, ia tidak henti-hentinya memukul bagian pundak polisi muda itu dengan kuat menggunakan papan skinner yang ia pegang.

"Kenapa kau sangat bodoh, bukankah sudah ku suruh untuk menjaganya dengan hati-hati!"

Cha Giho berteriak yang terdengar di seluruh lorong ruangan, ia benar-benar terlihat marah.

"Kami sudah berjaga disana namun tiba-tiba sensor kebakaran berbunyi, kami pun menelusuri sumbernya"

Pria itu menjelaskan dengan nafas terengah setelah mendapat kesempatan untuk bicara.

"Namun kami tidak menemukan apapun, saat kembali ke ruangan, pintu ruangan sedikit terbuka dan barang bukti Choi Mujin telah hilang, pak."

Pria itu melanjutkan perkataannya sembari memegang pundaknya yang terasa sakit.

"Kopral Jiwoo"

Cha Giho kemudian memanggil Jiwoo sembari melempar pandangan mencurigakan ke arahnya.

"Ya, pak?"

Jiwoo yang sedari tadi memalingkan wajahnya pun mendongak menghadap Cha Giho yang sudah memasang tatapan tajam.

"Apa kau tidak melihat sesuatu atau seseorang yang mencurigakan saat di dapur?"

Cha Giho bertanya penasaran, kedua matanya masih tajam ke arah Jiwoo dari balik kacamata beningnya.

"Tidak, pak. Aku mengambil minuman dingin lalu kembali kesini, aku tidak melihat siapapun disana"

Jiwoo menjelaskan dengan tenang, mengatakan kebohongan yang terdengar sangat meyakinkan itu.

"Pildo, pergi periksa rekaman CCTV disana, kita harus menangkap pelakunya dengan cara apapun"

Cha Giho memerintahkan Pildo sembari menggosok-gosok kening pelontosnya.

"Apa aku boleh ikut?"

Jiwoo bertanya menawarkan diri, ia harus memastikan dirinya tidak terekam saat melakukan aksi itu.

"Ya, kalian pergilah"

Cha Giho melambaikan tangannya, memberi kode untuk mengusir mereka dari sana sembari masih mengusap-usap keningnya yang terasa berdenyut hebat.

Jiwoo dan Pildo pun melewati terowongan bersama, Pildo terlihat sesekali mencuri pandang ke arah Jiwoo yang masih terlihat serius, raut wajahnya tidak berubah sedikitpun, menatap datar ke arah jalanan yang mereka lewati.

"Apa kau baik-baik saja?"

Pildo bertanya sembari memastikan keadaan Jiwoo.

"Ya, apa aku terlihat tidak baik-baik saja?"

Jiwoo sedikit melirik ke arah Pildo yang masih memperhatikannya.

"Syukurlah, terakhir kali kau terlihat sangat..."

Jiwoo kemudian menghentikan langkahnya lalu sedikit berbalik menghadap Pildo.

"Jeon Pildo..."

Untuk pertama kalinya Jiwoo menatap Pildo dengan tatapan teduh dan tenang, membuat Pildo sedikit salah tingkah dengan menarik ujung jaketnya.

"Terimakasih karena sudah banyak membantuku, kau rekan yang sangat baik"

Jiwoo sedikit tersenyum ke arahnya, membuat Pildo seketika memerah.

"Ah tidak, tidak perlu berterimakasih, aku senang kau berada di timku, kau sangat terampil dan pekerja keras!"

Pildo memuji Jiwoo yang kembali melanjutkan langkahnya, Pildo pun mengikuti dari bekakang.

"Apa kau mempercayaiku?"

Jiwoo tiba-tiba bertanya, membuat Pildo sedikit terkejut dan menaikkan sebelah alis tebalnya.

"Tentu saja, apa ada alasan untuk tidak mempercayaimu?"

Pildo bertanya sembari memperhatikan wajah cantik Jiwoo meskipun hanya terlihat dari samping itu.

Jiwoo terlihat sedikit tersenyum masam, ia menundukkan wajahnya sembari terus melanjutkan langkah kakinya yang melemah, Jiwoo merasa bersalah pada Pildo, ia dengan tega membohongi pria baik itu demi kepentingan pribadinya.

Jiwoo telah berjanji pada dirinya sendiri untuk membalas kebaikan Pildo suatu saat nanti, dengan begitu ia akan hidup dengan tenang dan tanpa rasa bersalah setelahnya.

Jiwoo dan Pildo terus melanjutkan perjalanan mereka melewati terowongan, setelah percakapan terakhir itu, hanya tersisa keheningan yang terdengar di telinga keduanya.

Jiwoo terlalu fokus dengan isi pikirannya yang berkecamuk sementara Pildo fokus memperhatikan dan membaca pikiran Jiwoo.

Gadis yang sudah bersamanya selama hampir setahun itu masih sangat sulit untuk di tebak, dia tidak banyak berbicara apalagi terbuka tentang kehidupannya.

Namun satu hal yang Pildo tau bahwa Jiwoo adalah seorang gadis yang kesepian, ia terlihat tidak bisa mempercayai orang dengan mudah, sedikit mengingatkannya pada mendiang adik perempuannya.

Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang