III.

1.4K 150 16
                                    

Cahaya matahari di langit terlihat mulai menghilang tertutupi oleh awan hitam yang mengelilingi matahari setengah terbenam itu, suara langkah kaki seirama bergema di seluruh penjuru lorong yang sunyi dengan pencahayaan redup di sisi kiri dan kanan tersebut.

Jiwoo bertanya-tanya kemana Mujin akan membawanya, ia terus memperhatikan Mujin dari belakang. Pria yang terlihat berumur pertengahan 30-an itu melangkahkan kaki panjangnya tanpa goyah, masih dengan postur tubuh yang sama, tegap dan penuh kharisma.

Jiwoo sudah bisa meraba-raba tentang apa dan siapa Mujin sebenarnya, walaupun ia tidak terlalu yakin namun ia paham tentang satu hal, bahwa Mujin bukanlah orang biasa.

Setelah beberapa belokan terakhir, mereka sampai pada sebuah pintu dengan tulisan "DONGCHEON" terukir di atasnya, di bagian bawah tertera pula tanggal serta simbol dua ular yang saling melingkar.

Mujin mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari dompetnya, terlihat seperti sebuah tanda pengenal, Mujin meletakkan kartu tersebut pada panel di pintu dari baja itu.

Seketika pintu terbuka otomatis menampilkan isi ruangan, Jiwoo cukup terkejut ketika melihat sekelompok pria di dalamnya, mereka semua memiliki postur seperti seorang pegulat atau atlet dengan tatto di bagian kiri dada mereka, tatto yang sama seperti yang terukir di pintu masuk.

Para pria itu membungkuk memberi hormat kepada Mujin sementara Jiwoo masih sibuk menerka-nerka dimana sebenarnya dia berada.

Jiwoo menundukkan pandangan nya seraya mengikuti Mujin dari belakang, sebuah tas besar berisi baju dan keperluan lain yang berada di tangannya cukup menjadi alasan untuk mengalihkan perhatiannya.

"Wah, seorang wanita? Apa bos membawanya untuk cemilan kita?"

Dua pria terdengar berbisik di samping Jiwoo dengan terkekeh.

Mujin melirik ke arah mereka dan dengan secepat kilat dua pria itu menundukkan wajah untuk menghindari kontak mata dengan Mujin, insting mereka cukup tajam untuk mengetahui bahwa mereka dalam situasi yang cukup berbahaya.

"Hari ini Dongcheon kedatangan anggota baru, perkenalkan dirimu"

Suara berat dan dalam khas pria dewasa milik Mujin pun memecahkan keheningan.

Jiwoo mengambil beberapa langkah kedepan, lalu sedikit membungkukkan badannya memberi hormat

"Namaku Yoon Jiwoo"

Jiwoo meremas tas yang berada di tangannya, ia merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiwoo meremas tas yang berada di tangannya, ia merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut. Situasi dimana semua mata tertuju padanya, dan dia tau itu bukanlah tanda yang baik.

Entah sejak kapan Mujin telah berdiri di sampingnya, Mujin sedikit melirik ke arah Jiwoo dan membaca raut wajah gadis itu.

"Berlatihlah disini, beri tau Taeju jika kau membutuhkan sesuatu, dia akan membantumu"

Mujin kemudian melangkah pergi dari sana, meninggalkan Jiwoo sendirian dengan sekelompok pria yang sedari tadi melempar pandangan mengerikan ke arahnya.

Seorang pria berambut gondrong dan bertubuh kekar terlihat mendekati Jiwoo lalu merangkul pundaknya dan mulai menggodanya.

"Kau cantik sekali, mau jadi pacarku? Ayolah~"

Pria itu terkekeh di ikuti sorakan dari yang lainnya, membuat Jiwoo bergidik jijik.

Jiwoo berusaha menyingkirkan tangan pria yang sangat berat itu dari pundaknya.

"Hei, jangan malu cantik!"

Pria itu terus menggoda jiwoo dengan mengeratkan pelukannya.

"Hentikan hyung, bos akan marah jika kau mengganggunya"

Seorang pria muncul dari balik kerumunan, sebuah senyuman terukir di wajah lugunya, pria itu nampak seperti anggota paling muda.

"Aishh, bocah ini sangat membosankan!"

Pria jelek itu meninggalkan mereka berdua dan satu persatu dari gerombolan pria tersebut pun bubar, kembali pada kegiatan mereka masing-masing.

"Hei anak baru! Ikuti aku"

Jiwoo dengan berhati-hati mengikutinya, ia selalu waspada akan sesuatu yang berada di sekitarnya, ia cukup tanggap untuk membaca situasinya saat ini.

Sepanjang jalan, tidak ada percakapan di antara keduanya, Jiwoo sibuk memperhatikan sekitar, memahami setiap seluk beluk bangunan dengan cat abu-abu gelap tersebut.

Setelah beberapa saat, Jiwoo sampai di sebuah ruangan mirip seperti mess dengan kamar tidur kecil di dalamnya.

"Ini ruanganmu, dulu aku yang tinggal disini, sekarang aku akan naik ke atas"

Pria itu terlihat sibuk mengambil barang-barangnya dari atas kasur.

"Tugasmu adalah mencuci, memasak, dan bersih-bersih"

Pria itu mulai mengemasi barang-barangnya, tidak banyak barang yang ia miliki, hanya beberapa pasang pakaian dan keperluan mandi.

"Namaku Do Gangjae, dulu aku yang termuda disini, kami senang memilikimu sekarang"

Pria tersebut kembali tersenyum ke arah Jiwoo, terlihat tulus dan ramah namun Jiwoo hanya menanggapinya dengan datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria tersebut kembali tersenyum ke arah Jiwoo, terlihat tulus dan ramah namun Jiwoo hanya menanggapinya dengan datar.

"Kau harus terus berlatih, jika kau naik level, kau akan pergi ke sana dan menjadi pengawal resmi pak Choi"

Gangjae menunjuk sebuah gedung pencakar langit yang berada tepat di depan bangunan mereka.

Sebuah gedung mirip hotel dengan pondasi yang sangat mewah, memiliki kurang lebih 100 lantai yang setiap lantainya berkerlap-kerlip, gedung itu adalah kediaman Choi Mujin.

Gangjae kemudian meninggalkan Jiwoo sendirian, membiarkan Jiwoo beradaptasi dengan tempat barunya, kamar itu berukuran kecil namun cukup untuknya, dengan sebuah kamar mandi di dalam dan sebuah rak untuk menyimpan guci jenazah ayahnya.

Setelah itu, Jiwoo kembali menatap gedung yang berada di depannya, ia teringat bayangan Mujin saat menyelamatkannya, Jiwoo memikirkan cara yang tepat untuk berterimakasih dan membalas budi padanya.

Jiwoo kemudian merebahkan dirinya ke atas kasur yang terasa alot, menatap langit-langit kamar itu yang di penuhi sarang laba-laba, Jiwoo sedikit menghela nafas, mengetahui hari-hari beratnya akan segera di mulai.

Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang