XVII.

1.3K 152 37
                                    

Malam yang semakin larut di lewati Mujin dan Jiwoo dengan meminum sebotol penuh wine untuk menghangatkan diri mereka di cuaca yang sangat dingin, terlihat mereka duduk berhadapan dengan sebuah meja sebagai penghalang.

Mujin sekali lagi menumpahkan wine itu ke dalam gelas Jiwoo yang kosong, belum ada percakapan antara mereka sejauh ini, situasi masih terasa sama, canggung dan aneh.

"Pertimbangkan ucapanku tadi"

Mujin tiba-tiba membuka percakapan sembari menenggak segelas wine, lengan kemejanya terlihat sudah tergulung setengah dengan kerah sedikit terbuka.

"Aku tidak akan berubah pikiran"

Jiwoo menjawabnya singkat sembari terus menundukkan wajahnya, menghindari kontak mata dengan Mujin.

"Apa aku harus membentakmu lagi?"

Mujin meletakkan gelasnya ke atas meja dengan perlahan kemudian menyandarkan tubuhnya ke sofa, menatap lekat ke arah Jiwoo.

"Silahkan, lakukan sesukamu"

Jiwoo menjawab singkat sembari menenggak wine di gelasnya yang sudah cukup lama ia acuhkan.

"Hm, bolehkah?"

Jiwoo tiba-tiba tersedak ketika mendengarnya, tidak ada yang salah dengan pertanyaan Mujin, hanya Jiwoo yang merasa agak aneh, hidungnya seketika terasa memanas.

"Dimana kamarku?"

Jiwoo bertanya untuk pengalihan topik yang terasa sangat ambigu itu.

"Tidurlah di kamarku"

Mujin menjawabnya dengan santai, masih menatap Jiwoo dengan pandangan heran.

"Lalu kau tidur dimana?"

Jiwoo bertanya dengan tatapan aneh, pipinya sedikit memerah, bimbang antara efek alkohol atau pikirannya yang semakin meracau.

"Aku akan tidur di kamarku juga"

Lagi-lagi jawaban Mujin yang terdengar santai itu membuat Jiwoo semakin memerah.

"Maksudku, di kamar yang lain"

Mujin menyambung perkataan nya sembari tersenyum tipis, ia tidak bisa menahan senyumnya saat melihat raut wajah Jiwoo.

"Aku merasa lelah, aku akan tidur sekarang"

Jiwoo tiba-tiba berdiri, ia terlihat sedikit linglung, efek dari wine itu mulai nampak pada Jiwoo yang memiliki toleransi rendah terhadap alkohol.

"Baiklah, ikuti aku"

Mujin kemudian bangkit dari kursinya, ia berjalan melewati Jiwoo, memimpinnya menuju kamar yang sangat jarang ditempati itu karena ia mempunyai gangguan tidur.

Kamar yang luas dengan dominasi cat berwarna cokelat serta ranjang berwarna hitam itu membuat kamar Mujin nampak sangat elegan dan mewah.

"Tidur lah disini, kau bisa menghubungiku kapan saja jika kau butuh sesuatu"

Mujin sedikit bergeser, mempersilahkan Jiwoo untuk masuk, sementara dirinya hanya berdiri di ambang pintu.

"Apa kau punya baju ganti?"

Mujin bertanya setelah memperhatikan pakaian Jiwoo yang terlihat sangat tidak nyaman untuk di pakai tidur.

"Tidak, aku terburu-buru kesini dan meninggalkan tasku di loker"

Jiwoo mencoba mengingat-ingat dengan kepalanya yang terasa sedikit sakit sekarang.

"Aku akan meminta Nona Kang menyiapkan baju untukmu"

"Tidak perlu, aku bisa memakai apa saja"

Mujin terdiam sejenak, beberapa saat kemudian ia melangkahkan kakinya memasuki kamar itu dan menuju ruangan lemari.

"Aku hanya memiliki pakaian pria, kau bisa memilih yang kau sukai, aku mempunyai cukup banyak sweater"

Jiwoo pun ikut mendekati lemari, berdiri di samping Mujin sembari melihat-lihat koleksi pakaian pria yang di dominasi warna monochrome itu.

Jiwoo tidak memilih, ia hanya mengambil acak salah satu sweater berwarna hitam dari dalam lemari.

"Aku pakai ini saja"

Mujin pun mengangguk menyetujui lalu menutup kembali lemari otomatis itu.

"Baiklah, aku akan pergi sekarang"

Mujin kemudian berbalik dan pergi dari sana menuju pintu.

"Terimakasih"

Perkataan Jiwoo yang tiba-tiba itu membuat Mujin berhenti di tempatnya berdiri.

Mujin kemudian berbalik dan menatap Jiwoo yang berdiri beberapa meter di depannya.

"Itu hanya baju, tidak perlu berterimakasih"

Setelah keheningan yang aneh, Jiwoo kemudian mengambil beberapa langkah mendekati Mujin.

"Tidak, terimakasih untuk semuanya, kau sudah banyak membantuku selama ini"

Mujin hanya diam di tempatnya, raut wajahnya sedikit bingung menatap lurus Jiwoo yang semakin mendekat.

Jiwoo kemudian berhenti tepat di depan Mujin, pandangan mereka bertemu cukup lama hingga tiba-tiba Jiwoo mengalungkan kedua lengannya ke leher Mujin dengan perlahan.

Mujin hanya terdiam mempersilahkan Jiwoo melakukannya, beberapa saat kemudian dengan perlahan dan ragu-ragu, Mujin pun mulai menautkan kedua lengannya pada pinggang ramping Jiwoo.

Mujin sedikit menunduk lalu mendekatkan wajah mereka, bisa terdengar deru nafas dari keduanya, Jiwoo pun sedikit memajukan wajahnya hingga bibir mereka bersentuhan, keduanya merasakan sensasi dingin namun hangat secara bersamaan.

Jiwoo memejamkan kedua matanya sementara Mujin mulai mengecup bibir mungil itu, terasa sangat lembut dan dingin ketika ia memulainya.

Mujin menggerakkan bibirnya perlahan, melumat bibir bawah Jiwoo dengan lembut, tidak ada nafsu disana, hanya kasih sayang yang membuncah.

Jiwoo makin mengeratkan pelukannya sementara Mujin masih terus melumat pelan bibirnya, kedua tangan Mujin mengusap-usap lembut punggung Jiwoo, memberinya kenyamanan.

Jiwoo kemudian sedikit berjinjit sembari terus memeluk leher Mujin, ia menginjak pelan kaki Mujin agar dapat menjangkau pria jangkung itu.

Mujin pun menyadarinya, ia membantu Jiwoo untuk naik sembari terus mengecup pelan bibir Jiwoo, seolah tidak ingin melewatkan momen sedetikpun.

Jiwoo meremas rambut Mujin yang terasa basah dan licin, rambut yang selalu rapi itu terlihat cukup berantakan sekarang, Jiwoo tidak membalas kecupan itu sedikit pun, membiarkan Mujin untuk mengambil alih sepenuhnya.

Detak jantung keduanya terdengar seirama, memompa darah ke seluruh tubuh mereka, di dalam kamar yang dingin itu keduanya merasa hangat.

Setelah beberapa saat, Jiwoo kemudian melepaskan tautan mereka, sementara Mujin tersenyum ke arahnya.

Mujin mengusap bibir itu perlahan, membersihkan jejak-jejaknya disana.

"Sudah larut malam, tidurlah"

Mujin terdengar sedikit serak dan semakin berat.

"Selamat malam"

Mujin melanjutkan sembari mengecup kening Jiwoo cukup lama, menyalurkan kasih sayangnya disana, kasih sayang yang tidak pernah ia berikan kepada siapapun sebelumnya.

Jiwoo hanya menunduk sembari merasakan kecupan Mujin yang menengkan, ia kembali perasaan aneh itu lagi, yang akhirnya ia tau adalah cinta.

Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang