Mujin hendak membawa Jiwoo menuju apartemennya, namun Jiwoo memilih untuk menginap di mansion Mujin untuk beberapa alasan, musim dingin yang berkepanjangan membuat tepi jalanan berubah menjadi berwarna putih, pohon-pohon pun terlihat mulai melayu tertimpa salju tebal tersebut.
Mujin masih terus menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi, suasana di dalam mobil menjadi semakin dingin walaupun ia sudah menyalakan pemanas ruangan, sesekali Jiwoo menyembunyikan tangan kanannya ke dalam saku mantel yang ia kenakan untuk mengatasi rasa dingin itu.
"Apa kau ingin mendengar lagu?"
Mujin tiba-tiba bertanya, kembali memecah keheningan di antara mereka sementara Jiwoo hanya membalas dengan mengangguk.
Mujin kemudian menghidupkan radio mobilnya, cukup lama ia memilih-milih lagu yang tersedia disana, ia sangat jarang mendengarkan lagu yang membuatnya sedikit bingung.
"Lagu apa yang kau suka?"
Mujin bertanya kepada Jiwoo yang terlihat mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
"Aku punya beberapa daftar lagu yang ku suka, aku akan memutarnya"
Jiwoo memilih-milih lagu pada ponselnya, cukup banyak yang ia punya karena memang Jiwoo sangat menyukai musik.
Seketika sebuah lagu terdengar, cukup ringan dan santai namun memiliki arti yang dalam, membuat suasana di sekitar mereka menjadi lebih manis.
Jiwoo terlihat menikmatinya dengan mata terpejam sementara Mujin terus tersenyum memahami arti lagu yang mereka dengarkan, lirik lagu itu sangat menjelaskan hubungan mereka.
"Let's go below zero and hide from the sun.."
"I love you forever where we'll have some fun"
"Yes, let's hit the North Pole and live happily"
"Please don't cry no tears now, it's Christmas, baby"
Lirik demi lirik terdengar mengalun dengan lembut membuat keduanya semakin larut.
Mujin menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh, menerobos jalanan yang licin dan dingin itu, ia memandangi sekitar sembari menikmati lagu demi lagu yang telah terputar.
Sementara itu, Jiwoo masih memejamkan kedua matanya, setengah tertidur, sebelum tangan dingin milik Mujin kembali menyentuh pipinya yang membuatnya seketika membuka mata.
"Kita sudah sampai"
Mujin sedikit berbisik agar tidak mengagetkan Jiwoo.
Jiwoo kemudian melihat sekitar dan mendapati mereka telah sampai di parkiran hotel Mujin.
"Apa kau mengantuk? Kau bisa tidur di dalam"
Mujin kemudian mengecup kening Jiwoo lalu membuka sabuk pengamannya, setelah mematikan mobil ia keluar dengan tergesa-gesa untuk membukakan pintu Jiwoo.
"Hati-hati kepalamu"
Mujin memperingatkan sembari menahan pintu dan memperhatikan Jiwoo yang perlahan keluar, seumur hidupnya ia tidak pernah membukakan pintu untuk seseorang, namun untuk Jiwoo, Mujin mencoba banyak hal baru.
Jiwoo kemudian berjalan berdampingan dengan Mujin menuju hotel, mereka terlihat begitu serasi, membuat siapapun yang melihat akan berdecak kagum.
Mujin dengan setelan jas serba hitamnya dan Jiwoo dengan mantel berwarna coklat tua serta blazer berwarna hitam, mereka nampak seperti sepasang suami istri yang baru saja kembali dari perjalanan bisnis.
Mujin membawa Jiwoo ke sebuah lift khusus yang ia gunakan untuk menuju mansionnya, ia tidak pernah melewati lobi karena akan menarik banyak perhatian.
Lagipula, hotel itu hanyalah pengalihan dari pekerjaan haram yang ia lakukan, dengan ada atau tidak ada tamu tidak menganggu bisnisnya sama sekali.
Setelah beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di mansion, Mujin mempersilahkan Jiwoo untuk keluar dari lift terlebih dahulu, sementara dia mengikuti dari belakang.
Mujin membuka pintu mansionnya menggunakan kartu berwarna hitam yang ia keluarkan dari dalam dompetnya sementara Jiwoo melihat-lihat sekitar, lagi-lagi mansion itu sepi dari penjagaan, tidak ada satupun pengawal yang berjaga di luar.
Mujin memasuki ruangan itu bersamaan dengan Jiwoo, mempersilahkannya duduk di sofa sementara dirinya berjalan menuju suatu tempat di pojok ruangan.
Jiwoo hanya memperhatikan dari tempatnya duduk, ruangan yang luas itu tidak berubah sama sekali, masih sangat rapi dan bersih, bahkan debu-debu halus tidak nampak menempel dimana pun.
Mujin kemudian keluar dari sana dengan membawa sesuatu di tangannya, nampak seperti sebotol whiskey berwarna hitam pekat, sedikit berbeda dengan yang biasa mereka minum.
"Mau minum?"
Mujin menawarkan sembari duduk di depan Jiwoo dan meletakkan botol itu di atas meja.
"Dimana gelasnya?"
Jiwoo memparhatikan sekitar, tidak ada satu gelas pun disana.
"Kau harus belajar meminum langsung dari botolnya, itu akan memberikanmu sensasi berbeda"
Mujin sedikit menyengir lalu membuka botol itu, seketika aroma alkohol menyeruak menyapa indera penciuman Jiwoo yang sensitif sementara Mujin telah membuka jas dan menggulung pergelangan kemejanya.
"Perhatikan aku"
Mujin kemudian menenggak whiskey itu dengan beberapa kali teguk, matanya terpejam menahan rasa terbakar yang cukup membuat dirinya hangat pada saat musim dingin itu.
Jiwoo memperhatikan dengan sedikit tercengang, namun kedua matanya tidak bisa berpaling memandangi wajah Mujin yang terlihat sangat tampan.
"Kau ingin coba?"
Mujin kemudian mendorong botol itu ke arah Jiwoo dengan sedikit tersenyum lalu menyenderkan tubuhnya ke sofa, menatap Jiwoo yang masih memasang ekspresi terkejut.
Jiwoo kemudian mengambil botol itu lalu bangkit dari sofa dan berjalan maju mendekati Mujin, tanpa aba-aba ia duduk di atas pangkuan Mujin.
Mujin sedikit terkejut namun ia kemudian meluruskan posisi duduknya dan memeluk pinggang Jiwoo sembari sedikit mendongak untuk menatapnya.
"Kurasa aku harus mencobanya"
Jiwoo kemudian menenggak whiskey itu dengan mengerucut kan dahinya, rasa pahit itu menyerang lidahnya, namun ia mencoba untuk menahannya.
Setelah merasakan mulutnya telah penuh, Jiwoo kemudian meletakkan kembali botol itu ke atas meja lalu menangkup wajah Mujin.
Jiwoo mulai mendekatkan bibirnya ke arah bibir Mujin lalu mengecupnya perlahan, setelah beberapa saat Mujin merasakan ada sesuatu yang aneh pada ujung bibir Jiwoo, rupanya whiskey itu masih berada di dalam mulutnya.
Mujin kemudian paham apa yang Jiwoo maksud, ia sedikit menyengir lalu membuka mulutnya, membiarkan mereka berbagi whiskey yang sama, rasa pahit dan terbakar itu seketika berubah menjadi manis dan candu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Night, Blurry Fate : Mujin x Jiwoo [END - REVISI]
FanfictionDebur ombak dan aroma asin dari laut yang terbakar matahari, terlihat dua orang pria berdiri berdampingan di pinggirannya. ''Dia hanya seorang gadis kecil yang ingin membalas dendam, biarkan dia mendapat apa yang ia inginkan.'' Choi Mujin kembali me...