16. DON'T WANT TO LOSE (1)

21 1 0
                                        

16. DON'T WANT TO LOSE (1)

🦋🌧

Saat ini, sudah menginjak hari kedua di mana Langit hanya dapat menghabiskan seluruh waktunya dengan cara berdiam diri di dalam sebuah ruangan bernuansa putih ini. Dan selama dua hari itu pula, dirinya tidak dapat bersekolah serta menjalankan tugasnya untuk menjaga seorang gadis keras kepala yang sebenarnya sudah sangat membuatnya muak itu. Tetapi mau bagaimanapun, Langit harus tetap menyelesaikan misinya terlebih dahulu supaya dirinya dapat segera terbebas dari perjanjian yang telah ia dan Danureja sepakati bersama sampai dengan informasi yang selama ini Langit butuhkan sudah berada di dalam genggamannya.

Dengan selang infus yang masih terpasang di sebelah tangannya, Langit berusaha untuk menggapai ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas sebuah nakas yang berada tepat di samping ranjangnya. Pemuda itu mendengus dengan kesal pada saat sepasang matanya melihat banyak sekali riwayat panggilan tidak terjawab yang seluruhnya berasal dari nomor tidak dikenal. Ingin sekali rasanya ia melepaskan sim card yang terpasang pada ponselnya itu supaya orang-orang tersebut tidak dapat lagi menghubungi dirinya yang padahal sama sekali tidak pernah memberitahukan nomor teleponnya kepada siapa pun itu, bahkan kepada Danureja sekali pun yang pada saat keduanya bertemu untuk yang pertama kalinya sempat bertanya mengenai hal ini. Tetapi, sebelum dirinya benar-benar melepaskan sim card tersebut, Langit menyempatkan diri terlebih dahulu untuk membalas beberapa pesan yang telah dikirimkan oleh Kevlar kepadanya bahwa sahabatnya yang satu itu belum bisa menjenguknya ke Rumah Sakit sebab keadaan dirinya sendiri pun yang memang jauh sekali dari kata baik akibat pertengkarannya dengan Denis dan Akmal pada beberapa hari silam, sehingga membuat kedua orang tuanya menjadi sedikit berlebihan, seperti tidak mengizinkannya keluar dari dalam rumah untuk sekedar bertemu dengan para sahabatnya yang lain. Saat ini, Kevlar masih menjalani masa skorsingnya yang tinggal beberapa hari lagi sebelum akhirnya ia dapat kembali bersekolah seperti biasanya. Dan tentu saja, Langit pun sangat memaklumi alasan tersebut dan menyampaikan kepada cowok itu bahwa keadaannya sudah berangsur menjadi semakin membaik sehingga tidak ada satu hal pun yang patut untuk dikhawatirkan. Setelah meninggalkan ruang obrolan yang telah selesai di antara dirinya dan Kevlar, lantas Langit pun beralih untuk membuka sebuah group chat bernama 'Corona' yang tiba-tiba saja sudah muncul kembali sebab ada salah satu dari mereka yang telah memasukkannya lagi ke dalam ruang obrolan tidak berguna itu.

Corona (94) 

Valeska Sachdev: Jangan pada berisik dong, bestie
Valeska Sachdev: Ini si bos udah gue add lagi soalnya
Valeska Sachdev: Lo pada tau sendiri kan gimana beringasnya dia kalau gc udah rame
Valeska Sachdev: Apalagi sekarang dianya lagi sakit:(
Valeska Sachdev: Kesiann akutuu huhu

Zafrel Karunasanskara: YANG BERISIK ITU ELO, ANJ!
Zafrel Karunasanskara: dasar kaum playing victim

Valeska Sachdev: Apa, sih japrel sensi mulu perasaan
Valeska Sachdev: Kalo ada masalah tuh cerita
Valeska Sachdev: Sesama corona kan harus saling membantu
Valeska Sachdev: EH, IYA LANG!! GUE LUPA!!

Gerka Alsheiraz: Caper

Valeska Sachdev: LANG, LO BELOM TAU KANN MAKNA DARI KATA 'CORONA' ALIAS NAMA GROUP KITA ITU APA?!
Valeska Sachdev: Biar gue kasih tahu kalau arti dari Corona itu adalah... Jeng jeng jeng...
Valeska Sachdev: KUMPULAN REMAJA MEMESONA
Valeska Sachdev: Keren, nggak tuh?
Valeska Sachdev: Gue gitu lhoooo
Valeska Sachdev: Padahal yang memesona itu hanya gue dan lo aja. IYA KHAAAANNN?!
Valeska Sachdev: Yang lain mah kentang HAHAHA
Valeska Sachdev: Udah burik, idup lagi

FLASHLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang