15. KITA ADALAH SEMU

18 1 0
                                        

15. KITA ADALAH SEMU

🦋🌧

Rasa pening yang semula terasa seperti tusukan ribuan jarum yang menghujam kepalanya tanpa henti, saat ini sudah berangsur menghilang walaupun rasa ngilu dan lemas yang sedaritadi membungkus sekujur tubuhnya masih dapat ia rasakan sehingga tidak banyak yang dapat dirinya lakukan setelah salah seorang dokter yang menanganinya memberikan pemberitahuan bahwa Langit harus tinggal dahulu di Rumah Sakit ini selama beberapa hari  ke depan supaya masa pemulihannya dapat berjalan dengan cepat karena akan ditangani oleh orang-orang yang tepat.

Langit membuka sepasang matanya secara perlahan karena ia menangkap suara keributan yang ternyata berasal dari beberapa orang sahabatnya yang juga sudah berada di ruangan yang sama dengannya. Dari tempatnya berbaring, ia dapat menangkap kehadiran Akhtar, Zafrel, dan juga Gerka yang terlihat masih saja berdebat tentang kejadian yang sudah menimpanya pada malam hari ini.

"Kita cari tahu dulu semuanya supaya jelas. Jangan asal nuduh orang karena belum tentu dia yang melakukannya." Ujar Gerka sembari menatap ke arah Zafrel yang langsung saja dibuat emosi karenanya.

"Asal nuduh, gimana?" Zafrel bertanya dengan nada suara yang tinggi. "Gue yang dengar sendiri kalau tuh orang yang udah membayar preman-preman itu buat mencelakai Langit."

"Tapi, 'kan nggak ada bukti yang jelas untuk itu." Jawab Gerka yang entah mengapa langsung membuat Zafrel mengembangkan senyuman miringnya. Dengan cepat, seorang cowok berjaket biru tua tersebut langsung saja mengeluarkan sesuatu yang berasal dari kantung celananya. Ia menatap Gerka dengan pandangan yang sulit sekali untuk dijabarkan sampai pada akhirnya, ia langsung saja menyerahkan ponsel miliknya kepada cowok itu.

Gerka menatap ponsel tersebut selama beberapa saat karena dirinya yang masih tidak mengerti dengan maksud dari sahabatnya yang satu itu.

Melihat respon lambat yang ditunjukkan oleh Gerka, lantas Zafrel pun langsung dibuat merasa gemas karenanya. Dengan gerakan yang tidak sabaran, cowok itu pun langsung saja menyimpan ponselnya ke atas telapak tangan milik Gerka. "Katanya butuh bukti?" Tanyanya dengan nada bicara yang terdengar begitu menyebalkan sehingga membuat Gerka berdecak sebal setelahnya.

Sementara Gerka sedang fokus terhadap sebuah video yang tengah ditontonnya, Zafrel langsung saja beralih kepada Akhtar yang sedaritadi memilih untuk diam tanpa memberikan komentar apapun terhadap perdebatan yang semula terjadi di antara dirinya dan Gerka. Dengan santai, Zafrel pun merangkul kedua bahu milik seorang manusia kutub tersebut seraya berkata: "Sudah saatnya semua orang bangga sama gue." Ujarnya lengkap bersama ekspresi jumawa yang terlihat begitu kontras di wajah konyolnya. "Lo mau tahu, nggak apa yang sudah gue lakukan pada malam hari ini?"

Merasa tidak tertarik dengan kalimat apapun yang baru saja dirinya dengar dari Zafrel, lantas Akhtar pun memilih untuk segera saja menghindar setelah sebelumnya terlebih dahulu melepaskan rangkulan cowok itu. "Berisik." Katanya dengan nada bicara yang sedatar biasanya sehingga membuat Zafrel hanya dapat menghembuskan napas beratnya mengingat respon yang diberikan oleh Akhtar memang selalu seperti itu bahkan pada saat dirinya sedang tidak ingin membual tentang apapun.

Ia mendesah kecewa, lalu mengalihkan perhatiannya kepada Gerka yang ternyata masih saja berkutat dengan video yang sedaritadi ditontonnya. Padahal durasi video tersebut tidak terlalu panjang, tetapi entah apa yang membuat Gerka begitu lama dalam menyaksikannya. "Heh!" Zafrel yang memang merupakan tipikal manusia paling tidak sabaran, langsung saja merebut ponselnya secara paksa sehingga membuat Gerka melayangkan tatapan sinis ke arahnya. "Lama bener." Komentarnya.

Merasa tidak ingin kalah dari cowok itu, lantas Gerka pun memilih untuk membalas tindakan tidak sopan tersebut dengan sebuah tendangan bebas yang tepat sekali mengenai sebelah kaki milik Zafrel. "Masalahnya gue masih belum bisa percaya kalau orang yang udah membuat para preman itu ngaku adalah si Zafrel." Terangnya yang sontak saja langsung membuat Akhtar melayangkan tatapan penuh tanya kepadanya. "Ganteng," Panggilnya seraya membalas tatapan kebingungan yang dilayangkan oleh Akhtar itu dengan tampang yang menunjukkan sama bingungnya.

FLASHLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang