2. PERTEMUAN PERTAMA
🦋🌨
Setelah selama belasan kali mencoba agar bisa melarikan diri karena merasa sudah tidak dapat lagi bernapas dengan leluasa, akhirnya gadis itu berhasil menerobos keluar dari rumah tersebut setelah dirinya mematikan seluruh kamera pengawas yang terpasang di setiap sudut ruangan. Dan beruntungnya, ruangan dengan banyak komputer yang dijadikan sebagai tempat untuk memantau segala kegiatannya itu sedang tidak dijaga oleh siapa pun. Karena memang pada malam hari seperti saat ini, jarang sekali dilakukan pengecekan oleh penjaganya yang juga merangkap sebagai seorang satpam yang setia berjaga di depan rumah.
Setelah mengenakan hoodie yang terlihat kebesaran ditubuhnya, masker dan juga kacamata, ia segera saja berderap meninggalkan kamarnya dengan langkah kaki yang begitu pelan, bahkan nyaris tidak menimbulkan suara apapun. Suara musik yang bersumber dari televisi terdengar begitu nyaring, tetapi ada yang lebih nyaring lagi daripada suara tersebut yaitu, suara pelayannya sendiri yang tengah asyik bernyanyi sambil sesekali berteriak saat salah satu dari anggota boy group kesukaannya memberikan tanda hati dan mendekatkan wajahnya ke kamera.
Hal itu tentu saja membuat Bintang merasa sedikit lega karena jika sudah menonton acara idolanya, pelayan yang usianya masih dua puluh lima tahunan itu sudah dipastikan tidak akan peduli lagi terhadap segala hal yang sedang terjadi di sekitarnya alias, lupa daratan.
Gadis itu mengintip keadaan di luar rumah dari balik pilar yang menjulang dengan tinggi, dan setelah menyadari bahwa tidak ada satu pun mobil yang terparkir di bawahnya, ia segera saja menuruni anak tangga menuju sebuah jalan besar yang tidak terlalu ramai, mengingat hanya beberapa saja kendaraan milik publik yang beroperasi di daerah ini. Apalagi kalau keadaannya sudah larut malam seperti saat ini, sudah dipastikan tidak akan ada satu pun kendaraan umum yang biasanya melintas.
Ia berjalan menyusuri jalanan itu sembari menundukkan kepala dan berusaha bersikap biasa saja agar tidak ada satu pun orang yang mencurigai setiap pergerakannya. Setelah dirinya sudah berjalan cukup jauh, akhirnya sebuah keramaian pun berhasil menyambutnya.
Untuk yang pertama kalinya, di usianya yang kini sudah menginjak tujuh belas tahun, dirinya baru dapat merasakan kembali bagaimana rasanya menapakkan kaki di atas jalanan beraspal, menghirup udara malam yang ternyata terasa begitu menyegarkan, memandang lampu-lampu lalu lintas yang berjajar dengan indahnya, juga menikmati sensasi tentang betapa dinginnya tatkala rintik-rintik air yang berasal dari langit itu berjatuhan tepat diatas kepalanya yang tertutup oleh tudung hoodie. Bintang merasa begitu senang, namun ia sama sekali tidak mampu menunjukkannya bahkan lewat senyuman terkecol sekali pun. Di dalam benaknya hanya berputar berbagai macam dugaan tentang akan seberapa besar kemarahan dari orang-orang rumah terhadapnya atas tindakan bodoh yang telah ia lakukan pada malam hari ini. Maka dengan itu, untuk berlari pun ia merasa begitu berat. Tetapi, Bintang sama sekali sudah tidak ingin peduli lagi jika setelah ini akan ada beberapa orang penjaga yang menyeretnya secara paksa. Dirinya sudah terlalu sering diperlakukan seperti itu, dan secara tidak langsung hal itu lah yang membuatnya merasa semakin pasrah saja terhadap segala hal yang pada akhirnya akan membuat kehidupannya menjadi lebih sengsara lagi daripada sebelumnya.
Bintang mendongak, lantas mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dan suasana jalanan pada malam hari ini terlihat begitu ramai. Namanya juga Ibu Kota, pantas saja kalau semua orang menjulukinya dengan sebutan kota yang tidak pernah tidur, karena memang begitulah kenyataannya.
Dalam hati, ia berharap akan ada seseorang yang dapat memberitahu arah jalan selanjutnya agar ia bisa sampai di sebuah tempat yang memang sudah menjadi tujuannya. Ia ingin kembali ke rumahnya yang berada di Jl. Kenanga, atau lebih tepatnya sebuah perumahan elite yang hampir seluruh penghuninya nyaris saja tidak pernah terlihat. Tetapi sialnya, Bintang tidak tahu rute mana saja yang harus ia lalui, sebab sekarang adalah pertama kalinya gadis itu menginjakkan kaki di tempat ini. Tidak ingin usaha melarikan dirinya berakhir dengan sia-sia, akhirnya ia pun segera saja beranjak dari posisinya tatkala sepasang matanya melihat sebuah ojek online yang melintas tepat di hadapannya. Ia sedikit berteriak agar pengemudi itu dapat melihat keberadaannya. Dan setelah si pengemudi tersebut menoleh, barulah Bintang segera berlari ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHLIGHT
Teen Fiction"i'm stuck in my darkness, 'cause you're my flashlight." Hope u all like this story Thank you, x
