13. CAN WE MEET (AGAIN)?
🦋🌧
Setelah menghampiri petugas resepsionis yang tengah menjalankan tugasnya dibalik sebuah meja panjang dengan dua komputer dan beberapa tumpukkan buku yang berada tepat dihadapannya, akhirnya pemuda itu pun segera saja berlalu setelah sebelumnya ia berhasil mendapatkan informasi tentang keberadaan seorang wanita tua yang ternyata, memang benar berada di RSJ Pelita Kasih ini.
Sepasang kakinya terus saja melangkah sehabis dirinya keluar dari dalam lift yang telah mengantarkannya ke lantai nomor tiga dimana beberapa meter lagi dari posisinya akan terdapat sebuah ruangan bernomor tujuh pulah delapan dengan seorang penghuni yang tidak lain dan tidak bukan adalah Eyang Alis, seseorang yang menurutnya sudah sangat berjasa didalam kehidupannya karena hanya wanita renta itu dan Velya lah yang selalu memberikan pengertian kepadanya tentang tidak mengapa kalau hanya sayur wortel saja yang dirinya suka, tidak mengapa kalau hanya susu putih tawar dan cokelat hangat saja yang selalu dirinya minum, serta tidak mengapa kalau dirinya hanya akan makan pada saat seluruh anak di panti sudah kembali ke dalam kamarnya masing-masing. Mereka adalah definisi seseorang paling tulus yang telah mengajarkan banyak sekali hal kepada Langit. Salah satunya adalah sebuah pemahaman baru yang selalu ia ingat bahkan sampai dengan detik ini sekalipun, kalau katanya tidak masalah apabila dirinya berbeda dengan orang lain sebab karena perbedaan itulah yang pada akhirnya membuat setiap manusia bersyukur atas keadaan hidup masing-masing yang telah digariskan oleh Tuhan.
Sepasang nomor bertuliskan angka tujuh dan delapan sudah nampak dengan sangat jelas tepat didepan sepasang matanya. Oleh karena itu, Langit segera saja memutar pintu untuk pada akhirnya, ia menemukan lima orang lansia dengan kondisi kejiwaan yang berbeda tengah berada didalam ruangan yang terbilang cukup luas ini. Ia berjalan mendekat menuju salah satu brankar yang diatasnya terdapat seseorang dengan posisi membelakangi. Tetapi, bahkan hanya dengan melihat rambut putih ikalnya saja pun, Langit sudah dibuat merasa yakin kalau wanita yang keadaannya sudah terlihat berbeda dari pada saat keduanya berpisah itu adalah seseorang yang merupakan tujuan dari keberadaannya ditempat ini.
Pada awalnya, cowok itu memang merasa sedikit ragu untuk terus melangkah karena dirinya yang tiba-tiba saja dibuat kebingungan tentang harus dengan cara yang seperti apa ia menyapa wanita tua tersebut. Tetapi beruntungnya, rasa ragu itu perlahan menghilang tepat pada saat ia mendengar suara serak yang berasal dari Eyang Alis.
"Jam dua malam, dua malam, ada pistol." Wanita renta tersebut meracau sembari mengangkat sebelah tangannya ke udara. Sepasang matanya langsung terpejam dengan begitu kuat seraya menutup kedua telinganya. Bibirnya sudah terlihat bergetar sedaritadi. "Saya bukan pembunuh. Dia mati, dia mati."
Mendengar hal tersebut, lantas Langit pun dibuat mengernyitkan dahi karenanya. Dirinya merasa sedikit dibuat tertarik tentang kalimat apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh wanita itu karena pada saat ini pun, kalimat yang keluar dari dalam mulut Eyang Alis terdengar seperti kronologi kejadian dari suatu peristiwa yang entah apa. Tetapi yang jelas, Langit akan tetap mendengarkan supaya setidaknya perkataan Eyang Alis dapat menjadi puzzle yang nantinya akan ia rangkai supaya pertanyaan yang selama ini bersarang didalam benaknya dapat terjawab satu per satu walaupun tentu saja tidak akan secara langsung. Karena entah mengapa, setelah mendengar kabar dari Bu Farida tentang kronologi menghilangnya Eyang Alis, Langit seolah dibuat merasa yakin kalau wanita tua itu mempunyai hubungan dengan apa yang sebenarnya terjadi mengingat jarak peristiwa antar keduanya yang saling berdekatan. Dan anehnya, mengapa Eyang Alis menghilang tiga hari sebelum Velya kehilangan nyawanya, serta satu hari setelah gadis itu dinyatakan meninggal dunia.
Sepasang mata yang pada awalnya terpejam dengan begitu kuat itu, akhirnya sudah dapat terbuka secara perlahan dengan kondisi wanita renta itu yang terlihat semakin lebih baik daripada sebelumnya. Tetapi, entah mengapa, pada saat Eyang Alis memutar kepala dan secara tidak sengaja menangkap kehadiran Langit didekatnya, lantas ia langsung saja meraih sebelah pergelangan tangan milik pemuda itu dan berteriak dengan sangat histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHLIGHT
Ficção Adolescente"i'm stuck in my darkness, 'cause you're my flashlight." Hope u all like this story Thank you, x