9. KEKESALAN LANGIT

15 1 0
                                    

9. KEKESALAN LANGIT

🦋🌧

Dengan langkah santai andalannya, pemuda itu memasuki sebuah rumah yang sebelumnya sudah pernah ia sambangi bersama dengan seseorang yang saat ini langsung membawanya kedalam salah satu ruangan yang terletak diposisi paling sudut.

"Ini adalah tempat dimana kamu dapat bertugas sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Pak Danureja sebelumnya." Ujar Pak Giri sembari menunjuk beberapa layar berukuran tipis yang berada tepat dihadapannya. Layar dimana setiap penjuru ruangan yang berada didalam rumah ini dapat terlihat dengan sangat jelas karena tersambung langsung dengan banyak kamera pengawas yang juga tersebar dimana-mana guna untuk mencegah hal-hal yang menurut Danureja Ainsley akan berdampak serius seperti kejahatan, dan lain sebagainya.

Mendengar perkataan yang dilontarkan oleh pria paruh baya itu, Langit pun hanya membalasnya dengan sebuah anggukan pelan.

"Ditempat-tempat tertentu seperti kamar pribadi dan toilet, sudah dibuat pengaturan kalau video yang ditampilkan tidak akan sejelas video yang lainnya. Setiap orang yang berada ditempat itu hanya akan terlihat pergerakannya saja, tanpa rupa atau apapun itu." Pak Giri kembali memberikan penjelasannya supaya seseorang itu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. "Rekaman yang tampil dilayar akan diarsipkan secara otomatis setelah satu kali dua puluh empat jam supaya tidak ada satupun yang dapat melihat kembali file tersebut. Termasuk kamu."

Untuk yang kedua kalinya, Langit kembali menganggukkan kepala sebagai responnya.

Pak Giri yang melihat tingkah tak acuhnya cowok itu pun hanya bisa menggeleng sebanyak beberapa kali, lalu menghembuskan napas panjangnya dengan berat. Dalam hati, ia dibuat bertanya-tanya tentang akan sampai sejauh mana batas dari kesabaran yang selama ini dimiliki olehnya, mengingat betapa menyebalkannya tingkah seorang pemuda bernama Langit Xavier tersebut yang sialnya telah resmi menjadi seorang pengawal baru dirumah ini.

"Ada yang ingin ditanyakan?" Dengan nada bicara yang terdengar sedikit kesal, pria berstelan jas berwarna hitam itu kembali membuka suara.

Langit mengangkat kepala, lalu memandang wajah pria itu selama beberapa detik. "Nggak ada." Katanya dengan pelan, sekaligus sebagai akhir dari percakapan keduanya pada sore hari ini.

Merasa tidak ada lagi sesuatu yang perlu dirinya sampaikan kepada pemuda yang sepertinya berhati keras itu, akhirnya Pak Giri pun segera saja bergegas meninggalkan ruangan tersebut sehingga menyisakan Langit seorang diri yang kini sudah terduduk diatas sebuah kursi putar.

Cowok itu melihat layar tipis tersebut sembari menekan beberapa tombol karena dirinya yang ingin mengetahui secara jelas mengenai seperti apa keadaan disetiap penjuru rumah yang terbilang luas ini. Tetapi, sudah hampir selama tiga jam dirinya duduk diatas kursi ini, Langit sama sekali tidak dapat menangkap kehadiran apapun selain hanya sunyi dan kosong yang tergambar dengan sangat jelas. Para pelayan Bintang yang lain pun sepertinya sudah berada didalam kamar, karena situasi di dapur dan ruang makan yang juga terlihat sangat kosong tanpa adanya aktivitas apapun yang terjadi ditempat itu.

Karena merasa bosan, akhirnya Langit pun memilih untuk mengaktifkan data seluler di ponselnya sehingga tanpa perlu menunggu waktu lebih lama lagi, puluhan notifikasi langsung saja bermunculan tanpa jeda. Ia berdecak pelan, menyadari bahwa para sahabatnya memang selalu se-gabut itu sehingga yang sering mereka lakukan adalah saling bertukar pesan disebuah grup chat yang sudah dapat dipastikan kalau keseluruhan isinya sangat tidak penting.

Corona (49)

Valeska Sachdev: yorobunn keren kan nama gece baru kita 🤙

FLASHLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang