1. SAMA HANCURNYA
🦋🌨
Dapat dibayangkan rasanya sebingung dan semenakutkan apa saat sepasang mata yang pada awalnya terpejam dengan begitu tenang, tetapi kini harus terus terjaga tanpa sedikitpun rasa tenang dan aman yang tersisa di dalam dirinya. Malam itu, detik seolah membunuhnya di dalam sebuah lorong sempit dengan diiringi oleh suara orang-orang yang masih saja meminta penjelasan darinya. Padahal sebenarnya, andai mereka berada diposisi yang sama dengannya, mungkin mereka pun akan melakukan hal yang serupa.
Mematung, diam, dan menjatuhkan air mata tanpa isakan. Percayalah, tiga hal itu rasanya begitu menyakitkan sampai-sampai oksigen seolah dirampas secara paksa sehingga yang terjadi pada detik selanjutnya adalah rongga dadanya yang langsung saja terasa begitu sempit.
Napasnya bergerak tidak stabil, keringat pun sudah bercucuran di dahi lalu jatuh tepat di atas pelipisnya.
Ia begitu ketakutan karena terlihat dari tubuhnya yang sudah bergetar dengan hebat.
Tetapi siapa sangka, selama ini, tidak ada seorang pun yang peduli melihat keadaannya. Ingin rasanya gadis itu berteriak marah kepada semesta, mengapa takdir serumit dan sekejam ini harus menjadi bagiannya?
Selama hampir enam tahun, ia sama sekali tidak pernah mengetahui lagi bagaimana keadaan dunia luar yang sebelumnya selalu ia rindukan. Tetapi kini, rasanya tidak penting sekali untuk terus-menerus merasa ingin kembali walaupun sebenarnya tentu saja ia merasa bahwa jiwanya telah lama mati. Dirampas oleh orang-orang tidak berperasaan, bahkan oleh Papanya sendiri.
Setiap ia ingin merasakan kelembutan dari sang mentari pagi, dirinya selalu menempatkan diri tepat di samping jendela yang ukurannya tidak terlalu besar, dan hanya itulah satu-satunya jendela yang ada di ruangan ini. Rambut berwarna orange kecokelatannya terlihat bergerak kesana-kemari bersamaan dengan bibir berwarna merah mudanya yang tak pernah absen untuk terus berkata, "Tempatnya bagus." Walaupun pada kenyataannya, hal itu justru berbanding terbalik.
Perkebunan tak terurus yang berada di sekitarnya sudah cukup menjelaskan bagaimana sebenarnya keadaan di tempat ini.
Dan gadis itu sudah terbiasa dengan segalanya. Termasuk dengan makanan dan orang yang sama yang selalu ia temukan di setiap harinya. Ia hanya perlu menerimanya saja, bukan?
Sampai pada akhirnya, ia menemukan satu malam, di mana dirinya tidak lagi berada ditempat yang sama, melainkan di sebuah ruangan berukuran sangat luas yang anehnya terdengar sangat bising karena suara tangisan seseorang yang terdengar meraung-raung. Dan hal itu menyebabkan dirinya tidak bisa tidur semalaman. Pada awalnya Bintang ingin mengintip di balik pintu, namun terlambat karena seseorang bertubuh tegap dengan setelan jas yang dikenakannya sudah terlebih dahulu mencegahnya. Orang itu memberikan minuman seperti biasa, dan tanpa banyak bicara, ia langsung saja menghabiskan minuman tersebut.
Lima menit setelahnya, suara tangisan tersebut menghilang secara perlahan. Digantikan oleh dengungan panjang yang memekakkan sepasang telinganya. Kepalanya tiba-tiba saja terasa seperti berputar dengan cepat. Ia meringis, sebelum akhirnya keadaan berubah menjadi gelap total.
Gadis itu kehilangan kesadarannya.
• • •
Pukul setengah sebelas malam, ia merasakan tenggorokannya yang terasa seperti tercekat tatkala kejadian yang membuatnya ingin memaki setengah mati itu hadir kembali ke dalam mimpinya. Padahal sudah terhitung sejak ia dijebak oleh dua orang kepercayaan Papanya yang ternyata lebih memilih untuk mendekam di penjara akibat dari keberaniannya yang berkhianat kepada keluarga Ainsley, mimpi itu tidak pernah lagi menghampirinya. Tetapi malam ini, di dalam sebuah ruangan yang jujur saja masih terasa begitu asing untuknya walaupun ini sudah menginjak bulan kedua ia berada ditempat ini, mimpi buruk itu kembali menyeruak ke permukaan dan membawa serta dirinya ke dalam sebuah lorong tak berujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHLIGHT
Teen Fiction"i'm stuck in my darkness, 'cause you're my flashlight." Hope u all like this story Thank you, x