20. THE OWNER OF THE PAINTING

7 1 0
                                    

20. THE OWNER OF THE PAINTING

🦋🌧

Serena sudah akan beranjak dari dalam kamar Bintang ketika dirinya mendengar sebuah suara yang membuatnya hampir menjerit tepat pada detik itu juga. Ia memundurkan langkah sebanyak beberapa kali seraya memastikan bahwa suara gedebuk keras itu memang berasal dari dalam ruangan yang minim akan cahaya ini. Dengan keberanian yang tidak seberapa, akhirnya wanita muda itu pun memutuskan untuk kembali melangkah ke arah sebuah ruangan yang menurut sepengetahuannya selalu dijadikan sebagai tempat penyimpanan segala sesuatu milik Bintang, seperti lukisan yang telah selesai dibuatnya, atau berbagai macam hal yang tidak pernah gadis itu beritahu kepada siapa pun itu.

Kedua tangannya terasa bergetar tepat pada saat ia memegang kedua pegangan sisi tangga yang merupakan sebuah jalan supaya dirinya dapat mencapai ruangan berbentuk persegi panjang itu. Pasalnya, baru kali ini Serena mendengar suara yang seperti itu. Ia khawatir ada sesuatu yang masuk ke dalam sana, dan apabila hal itu sampai terjadi, sudah dapat dipastikan bahwa Bintang akan menghujamnya dengan tatapan yang mematikan. Gadis itu memang tidak akan mungkin mengomeli atau memarahinya secara langsung, tetapi tetap saja, Serena dibuat merasa takut karenanya.

Dengan hati-hati, ia melongokkan kepala sebelum benar-benar memasuki ruangan itu. Namun, alangkah dibuat terkejutnya ia pada saat sepasang matanya menangkap kehadiran seekor kucing jantan yang ukuran tubuhnya besar itu tengah meringkuk bersama dengan beberapa reruntuhan yang berasal dari atap. Kini, ruangan yang memang sedikit kotor itu terlihat semakin tidak layak huni. Menyaksikan hal tersebut, lantas Serena pun langsung dibuat menggeram marah seketika. "Heh!" Panggilnya kepada seekor kucing tersebut yang langsung saja menjawabnya dengan sebuah suara yang demi apapun rasanya terdengar begitu menyebalkan. "Ngapain lo masuk ke sini?! Tuh, lihat! Atapnya jadi bolong gara-gara lo!" Omelnya seraya merangsek masuk, lalu tanpa berpikir dua kali, ia langsung saja membawa kucing berwarna hitam tersebut dengan gerakan yang tidak santai.

"Ada apa?" Dan tepat setelah Serena berhasil mendarat di lantai, terlihat Bi Ayuna yang sudah berposisi di dekat daun pintu seraya menyaksikan wajah rekan kerjanya di rumah ini yang sudah nampak sangat kesal. "Kenapa kucingnya bisa masuk?" Ia bertanya.

"Kayaknya atap di rumah ini udah nggak kuat lagi, deh Bi," Serena menjawabnya. "Makanya, nih kucing garong bisa masuk ke dalam sini setelah dia merusak atapnya."

Bi Ayuna maju beberapa langkah untuk memastikan bahwa apa yang diucapkan oleh Serena memang benar adanya. Beberapa menit kemudian, wanita paruh baya itu langsung dibuat terlihat sama kesalnya. "Ya sudah, cepat panggil Pak Giri. Biar dia yang membereskan semua ini," Ujarnya seraya melangkah ke luar bersama dengan Serena yang berada di sampingnya. "Tapi kamu nggak apa, 'kan?"

Ia menggelengkan kepala. "Cuma kaget aja," Jawabnya dengan jujur yang seketika langsung membuat Bi Ayuna terkekeh geli setelah mendengarnya. "Ngomong-ngomong, si Bintang ada di mana, Bi?" Kali ini, ia memilih untuk berbisik ketika menanyakan kabar tentang keberadaan putri majikannya yang (sedikit) menyebalkan itu.

"Tadi ada di balkon, kayaknya mau melukis."

"Pantesan dia nggak mendengar apapun," Serena berkata demikian karena memang jarak antara balkon dan kamar Bintang yang sedikit berjauhan. "Oh, iya Bi." Sambungnya lagi yang kali ini membuat Bi Ayuna menoleh ke arahnya.

"Ternyata cowok itu datang lagi," Ujarnya. "Aku kira setelah Pak Danureja mengizinkan Bintang untuk menjalani kehidupan yang normal, dia diberhentikan dari pekerjaannya di rumah ini."

"Justru itu," Dengan cepat, Bi Ayuna segera saja menimpali. "Bintang harus ekstra dilindungi karena dengan kehidupannya yang sekarang, siapa pun bisa dengan mudah menyentuhnya. Maka dari itu, Ayahnya tidak mungkin melepaskan Langit."

FLASHLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang