19. HE'S BACK
🦋🌨
Langit bukanlah seorang pengecut yang akan pergi serta menghilang begitu saja dari sebuah kesepakatan yang telah dibuatnya bersama dengan orang lain. Selain itu, dirinya juga bukanlah tipikal seseorang yang akan lari dari tanggung jawab bahkan tanpa mengatakan barang sepatah kata pun.
Sedari kecil, Mama selalu mengajarinya supaya ia dapat tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang bijaksana serta teguh dalam pendirian. Maka dengan begitu, di sinilah Langit berada. Di dalam sebuah ruangan super mewah yang katanya hanya boleh dikunjungi oleh para tamu yang mempunyai kedudukan penting saja. Tetapi, entah mengapa si pemilik perusahaan malah membawanya ke tempat ini. Padahal, dirinya sama sekali tidak mempunyai kedudukan atau tahta apapun.
Ia hanyalah seorang pemuda biasa yang masih duduk di kursi kelas dua belas SMA.
Tidak ingin ambil pusing dengan segala hal yang saat ini sedang terjadi kepadanya, lantas Langit pun memutuskan untuk menurut saja sampai pada akhirnya, ia kembali dibuat kebingungan karena kehadiran seseorang yang selama ini tidak pernah ia sangka. Maksudnya, mengapa orang itu mau mengunjungi tempat ini setelah perkataannya tempo lalu yang menyebutkan bahwa hubungannya dengan Ainsley Group tidak pernah baik-baik saja?
"Selamat siang." Orang tersebut menyapa setiap pasang mata yang saat ini sudah tertuju tepat ke arahnya. Ia tersenyum singkat seraya menjatuhkan tubuhnya ke atas permukaan sebuah sofa tunggal yang berhadapan langsung dengan Langit.
Selama beberapa saat, mereka dibuat saling menatap antar satu sama lain sehingga membuat Danureja yang sedari tadi sudah memperhatikan keduanya, langsung dibuat angkat bicara demi untuk mengurai ketengangan yang tengah terjadi. "Saya yang mengundang Arsenio untuk datang ke tempat ini," Beritahunya yang lebih ditujukan kepada Langit. "Kemarin, kita sudah membuat beberapa kesepakatan yang tentu saja harus diketahui olehmu."
Sementara Langit masih tidak ingin membuka suara perihal apapun, kali ini gantian Letta yang mengajaknya berbicara untuk mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya. "Sampah ini yang membuat kamu rela mendatangi kami?" Tanyanya seraya menunjukkan beberapa robekan kertas yang baru saja diambilnya dari dalam sebuah laci. "Cucu konglomerat yang hartanya berlimpah, tetapi ternyata masih sudi bertandang demi mendapatkan sebuah informasi." Sambungnya lagi dengan nada bicara yang terdengar begitu menyebalkan.
Dari tempatnya duduk, ingin sekali Langit memberikan pelajaran kepada wanita itu supaya setidaknya pandai menjaga bibir agar tidak ada orang yang merasa tersinggung oleh setiap perkataannya. Tetapi, hal tersebut sangat tidak mungkin dirinya lakukan mengingat akan serunyam apa situasi ini nantinya. Maka dengan begitu, Langit memilih untuk tetap bungkam saja seraya melirik ke arah beberapa robekan surat yang keseluruhan isinya masih dapat ia ingat itu.
Tanpa dirinya sadari, Arsenio sudah memperhatikannya sedari lama bersama dengan perasaan ingin merengkuh yang membuncah dalam dada. Melihat Langit yang seperti itu, entah mengapa perasaannya langsung saja terluka. Dan bagian paling menyakitkannya adalah, Arsenio sama sekali tidak dapat memberikan perlindungan yang menjanjikan, bahkan untuk menjamin keselamatan darah dagingnya sendiri.
Keadaan di dalam ruangan ini terasa semakin menengangakan daripada sebelumnya. Oleh karena itu, lantas Danureja pun segera saja mengambil alih suasana. Ia meremas robekan kertas yang terdapat di atas meja, lalu membuangnya ke tempat sampah yang berada tidak jauh dari posisinya saat ini. "Kita bisa membuat surat kesepakatan yang baru," Ujarnya. "Waktu itu, saya berpikir kalau kamu tidak akan pernah mau kembali setelah mendengar sesuatu yang dikatakan oleh Arsenio."

KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHLIGHT
Teen Fiction"i'm stuck in my darkness, 'cause you're my flashlight." Hope u all like this story Thank you, x