"lalu bagaimana dengan Mora, bukannya sebelumnya kalian punya hubungan?"
"Aku udah putus sama Mora"
"Kenapa?"
"Aku ga bisa mencintai dia dengan tulus"
"Moraa yang malang padahal dia tulus banget ke kamu"
"Hmm iyaa kenapa dia harus bertemu dengan pria sepertiku"
"Maka dari itu... jangan coba-coba untuk mendekati Lea"
"Tapi aku mencintai Lea dengan tulus dari dulu"
"Aku takut Lea juga akan menjadi gadis malang seperti Mora, kasihan Mora bertemu dengan pria brengsek sepertimu"
"Evan! Tolong jaga mulutmu"
"Itu kenyataannya"
"Kamu tidak pernah bersikap seperti ini, kenapa? Kamu mencintai Lea juga sekarang?"
"Enggak, aku cuma takut dia terluka sebagai seorang sahabat, lagi pula aku ingat janji kita"
"Yaahh bagus lahh kamu ingat itu"
"Yaa kita berjanji untuk tidak menyukai gadis yang sama jadi gak mungkin kan aku mencintai Lea". Ucap Evan pada Vano Dengan Azalea yang masih terbaring di ranjang dan selang infus di tangannya.
"Kalian berisik!" Tiba-tiba Azalea terbangun
"Maaf Lea"
"Aishh aku harus sewa sopir niih biar hal gini ga terjadi lagi"
"Leaa...aku mau jadi sopir kamu" ucap Vano yang membuat Azalea menganggat alisnya heran
"Kamu? Tolong jalani pekerjaanmu dengan baik pak tanpa harus mengurus orang lain" sahut Azalea
"Leaa, bagaimana kalau pak Joko aja" sahut Evan memberi saran
"Pak Joko yang mana?"
"Suaminya bi inu, aku dengar dia di pecat jadi sopir taksi gara-gara ga bisa membawa banyak penumpang seperti yang lain dan aku dengar dia juga di fitnah sama temennya"
"Kasian pak Joko"
"Iyaa kasian, tapi ini kesempatan yang bagus juga kan buat dia kalo seandainya jadi sopir kamu, dia bisa lebih aman dan bisa lebih deket sama istrinya"
"Ouh iyaa bener Van"
"Hmm jadi Vano ga usah repot-repot mau jemput Lea yaa, kamu jalani aja tugas kamu sebagai seorang agen intelijen negara"
"Oke fine, ya udah aku duluan yaa" ucap Vano berpamitan.
"Okee hati-hati yaa" sahut keduanya.
Jam menunjukkan pukul 03.00, setelah Vano pergi Evan pun kini membalikkan badannya untuk menghadap ke arah Azalea ia menatap Azalea perlahan matanya mengeluarkan cairan bening yang membasahi pipinya, Azalea yang melihat hal tersebut pun duduk mendekat ke arah Evan kemudian memeluknya.
"Ma-maaf Lea, seharusnya aku jemput kamu" ucap Evan kini berada dalam pelukan Azalea
"Gapapa kok Van, aku tahu kamu sibuk jadi ga usah nangis, aku gapapa" sahut Azalea sambil terus mengelus punggung Evan untuk menenangkannya.
"Aku takut banget Lea, aku takut banget pas denger kamu kenapa-napa"
"Udahh jangan nangis lagi, ini bukan salah kamu"
"Leaa aku sayangg banget sama kamu, Jangan pernah terluka lagi"
"Iyaa Evan ga akan lagi".
Di balik percakapan Azalea dan Evan ternyata Vano masih berada di balik pintu mendengar semua percakapan tersebut perlahan matanya mengeluarkan cairan bening yang mulai membasahi pipinya yang putih mulus itu, ia merasa sangat tersakiti dengan keadaan itu dimana dia masih mencintai Azalea namun sahabatnya sendiri juga mencintai gadis tersebut, memang sebelumnya Evan berkata tidak namun Vano cukup tau sifat sahabatnya tersebut cukup terlihat jelas dari matanya Evan memancarkan perasaan cemburu saat Vano berada di samping Azalea dan kini ia menangis di pelukan Azalea, bagaimana Vano tidan tersakiti akan keadaan tersebut dimana ia yang juga menginginkan berada di Posisi Evan sedari dulu tapi sekeras apapun ia berusaha ia tetap tidak bisa, Vano memutuskan Untuk pergi dari sana namun didalam hatinya tetap ada hasrat untuk mendapatkan Azalea.
"Hapus air matamu, itu sangat memalukan"
"Baiklah"
"Hmm ketika Vano berada disini...itu sangat menggangu perasaanku"
"Benarkah, kenapa? Apa dia mengganggumu? Aishhh dasar breng-"
"Bukan itu, tapi saat dekat dengannya perasaanku kembali tumbuh, kamu tau kan bagaimana saat kita dekat dengan seseorang yang kita sukai"
"A-apa? Maksudmu kamu kembali menyukainya?"
"Sebenarnya alasanku tidak ingin dijodohkan adalah karna aku masih belum bisa melupakan dia, aku selalu berharap dia kembali, dan sekarang dia kembali aku senang tapi rasanya sangat canggung"
"Ohh ternyata seperti ituu" Evan kini memelankan nada suaranya
"Iyaa kamu ingat dulu pass SMA kamu sering ganggu aku kan dan Vano muncul seperti seorang superhero, uhhh aku sangat merindukan masa-masa itu"
"Baiklah, sekarang tidurlah ini sudah larut malam"
"Baiklah, selamat malam Van"
"Iyaa tidur aja duluan, aku mau cari angin diluar"
"Ehmm, okee".
Evan pun keluar untuk berjalan-jalan agar kepala dan perasaannya kembali membaik.
Drettt ....
Drettt....
Ponsel Evan berdering menampilkan nama Mora.
"Halo Van"
"Iyaa Mora, ada apa tiba-tiba menelpon?"
"Aku hanya penasaran dengan keadaan Lea"
"Ouhh benarkah, kalian sudah baikan? Kenapa tidak langsung menelpon dia saja?"
"Aku takut mengganggu"
"Ouhh baiklah"
"Sampaikan salam ku pada Lea"
"Okee"
Tuuttt....
Telpon dimatikan sepihak."Aishh shibal! Ternyata Lea belum bisa melupakan Vano, tapi aku masih punya kesempatan kan? Vano masih mencintai Azalea dan yang Vano tahu bahwa Lea gak pernah suka sama dia, sedangkan Lea suka sama Vano dan dia tauhunya Vano suka sama Mora karna karna mereka pernah menjalani hubungan selama satu tahun lebih, jadi ini adalah peluang untukku" ucap Evan menyemangati dirinya sendiri.
Saat Evan kembali terlihat Azalea yang sudah tertidur lelap.
"Bahkan dia cantik saat tidur" ucap Evan yang memperhatikan Azalea yang tertidur, kemudian ia pun juga tidur akhirnya setelah puas melihat wajah Azalea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea (on going)
RomanceMelarikan diri dari sini adalah hal yang sangat ku inginkan, mengapa hidupku jadi suram seperti ini? Tempat kumuh yang kotor, anak-anak dengan baran kurus kering yang tak henti bekerja meski keringat membasahi tubuhnya, yaa ini adalah kerja paksa bi...