part.20

36 2 0
                                    

"Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang pria tang tadi kau katakan?"

"Belum pak sulit mengenali karna ia menggunakan masker dan kacamata hitam"

"Plat mobilnya?"

"Sepertinya plat mobil itu palsu, tidak terdaftar"

"Baiklah terus cari..."

"Ehh tunggu pak, aku sedikit curiga mobil ini keluar dari pabrik yang sedang kita geledah sekarang"

"Hmm....baiklah besok pergilah bersaama kami ke pabrik itu dan ambil beberapa rekaman cctv dijalan"

"Baik pak!"

Sementara Azalea....

"Percobaanku kali ini sangat cantik kasihan sekali hahaha...."

Sementara Azalea hanya diam saja dengan keringat dingin yang perlahan mulai membasahi tubuhnya, bagaimana tidak pria itu adalah ilmuwan yang sangat gila dan kini kelinci percobaannya adalah Azalea.

"Hmm minum ini sepertinya ini akan membuatmu lebih baik". Ucap pria tersebut, namun Azalea hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam

"Ini minumlah". Pria tersebut meletakkan gelas tersebut pada tangan Azalea, kemudia tangannya mulai mengelus kepala Azalea.

"Aku tidak tega sebenarnya membuatmu menjadi kelinci percobaanku, Hmm bagaimana kalau kamu jadi pacarku saja? Puaskan aku diranjang". Ucap pria tersebut, ia tahu kini Azalea sangat ketakutan hingga perlahan ia menurunkan tangannya ke leher Azalea kemudian perlahan ia mendekatkan wajahnya karena ingin mencium Azalea.

Brukk!!! Azalea mendorong pria tersebut dengan keras dan ia pun bangkit dari duduknya tetapi ia tidak bisa lari karena sudah dirantai kakinya

"Kenapa melihatku seperti itu? Tidak bisa kabur?". Ucap pria tersebut kemudian mendekat

"Jangan mendekat!!". Ucap Azalea dengan suara yang lantang, tetapi pria tersebut tetap saja mendekatinya, hingga kini sangat dekat Azalea tak tahu harus berbuat apa, dengan cepat pria tersebut memegangi wajah Azalea dan memaksanya untuk minum cairan yang sebelumnya ia berikan pada Azalea.

Prangg!...gelas itupun pecah dibuat Azalea dan cairan itu berhamburan di lantai, tetapi pria tersebut hanya tersenyum Sinis kemudian dengan cepat mengecup leher Azalea dan menciumnya dengan ganas.

"Ahhh...hentikan! Ahhh....kubilang hentikan ahhh...". Azalea sedikit mengeluarkan suara desahannya saat pria tersebut mencium lehernya dengan ganas kemudian mulai meremas kedua milik Azalea. Dengan sekuat tenaga Azalea berusaha melawan dan memukul-mukul pria tersebut saat pria tersebut mencoba untuk membuka pakaian Azalea dan kini terlihat tubuh Azalea yang telanjang bulat membuat pria tersebut semakin senang melihatnya, hingga akhirnya Azalea berhasil membuat pria tersebut tersungkur Ke lantai.

"Beraninya kamu....". Pria tersebut bangkit kemudia mengambil gelas kaca dan memukul kepala Azalea hingga ia berdarah tak sampai disitu melihat hal itu pria tersebut mengambil sebuah besi yang panjang untuk memukul Azalea, Azalea dipukul hingga babak belur dan dipenuhi luka di seluruh tubuhnya saat Azalea pinggang saat itulah pria tersebut akan berhenti memukulinya.

Beberapa menit kemudia Azalea membuka matanya dengan berat ia merintih kesakitan dan mulai menangis.

"Dimana kalian semua....kenapa tidak ada yang menolongku? Apa sangat sulit mencariku? Apa aku layak untuk tetap hidup? Aku sudah dilecehkan oleh seseorang, apa aku masih layak untuk hidup? Tubuhku yang selama ini sangat kujaga.....apakah masih ada harapan aku untuk hidup?....". Setelah semua pertanyaan itu Azalea menangis dengan sangat terisak-isak, ia sangat terluka sekarang, tubuhnya, hatinya, batinnya, mental, dan harga dirinya.

Keesokannya harinya Azalea bangun saat seseorang mengoleskan salep pada luka-lukanya, saat melihat Azalea sudah bangun perawat tersebut dengan cepat mengambil sebuah kertas yang sudah dibawanya untuk menuliskan sesuatu kepada Azalea.

"Cepat pergi dari sini, dokter gila itu sudah keluar sekarang". Tulisnya

"Apa kamu akan menuntunku keluar?"

"Tentu saja aku akan menuntunmu". Tulisnya lagi

"Apa kamu tidak takut pada dokter itu?"

"Tidak"

"Kenapa? Dia akan melecehkanmu jika terus disini, pergilah denganku"

"Tidak, aku sudah sering dilecehkan olehnya hingga sekarang aku sudah punya dua anak darinya". Tulis perawat tersebut membuat Azalea tak percaya akan hal itu maksudnya bagaimana bisa?

"Bagaimana bisa?"

"Walaupun begitu, aku mencintainya, dan aku sangat rela saat dia melecehkanku, dia adalah cinta pertamaku walaupun dia terlihat gila". Tulisnya lagi

"Baiklah kalau begitu bantu aku keluar dari sini"

"Okey". Perawat tersebut membuat Okey dengan tangannya membuat Azalea paham dan tersenyum. Kedua wanita itupun mulai mencari jalan keluar dari ruangan tersebut mereka mengendap-endap untuk keluar. Dengan cepat perawat tersebut menarik Azalea saat mendengar suara langkah kaki dan suara dari dokter gila tersebut. Azalea mengangkat keningnya untuk isyarat bertanya ada apa, kemudian perawat tersebut menunjuk ke arah dokter tersebut. Kini jantung Azalea berdetak kencang takut akan di tangkap lagi oleh dokter gila tersebut. Perawat tersebut memandu jalan Azalea hingga akhirnya mereka menemukan pintu keluar, dengan cepat kedua wanita itu keluar dari rumah tersebut dan terlihat halaman yang sangat luas dan dengan cepat Azalea berlari keluar, dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada perawat tersebut, perawat tersebut pun dengan cepat kembali kedalam agar tidak dicurigai, dia mengendap-endap ke ruangan cctv untuk menghapus tindakannya yang tadi. Kemudia ia kembali untuk ngobrol bersama anak-anaknya.

"Rose, apa kau lihat wanita yang ada dalam lab ku? Dia menghilang"

"Mungkin dia pergi ke kamar mandi, tunggu saja dulu"

Beberapa jam kemudia akhirnya dokter tersebut menyadari bahwa Azalea telah kabur dan dia bergegas memeriksa cctv tetapi tidak ada apa-apa disana karena Rose si perawat tersebut sudah menghapusnya terlebih dahulu. Ia pun memutuskan untuk menelpon Amora

"Haloo, Mora!"

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?"

"Azalea kabur, aku tidak tahu bagaimana caranya ia kabur, tapi dia susah tidak ada lagi disini"

"Dasar kau ini memang tidak bisa diharapkan, cari dia sekarang! Pasti dia masih belum jauh apalagi rumahnu ada di dekat hutan dia tidak akan pergi terlalu jauh"

"Baiklah!"

Tuuuttt....telpon dimatikan

"Huhhh....akhirnya aku bebas dan aku bisa menghirup udara segar lagi, disini sangat sejuk, apa rumahnya di dekat hutan? Ohh benar, daerah mana ini aku tidak tahu dimana ini tetapi aku harus menemukan jalan raya terlebih dahulu atau telpon, ahh sangat sulit begini aku tidak bisa mendengar suaraku sendiri". Ucap Azalea yang terus menyusuri hutan dengan hati-hati.

Azalea (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang