part.18

35 4 0
                                    

"Haha...bagus Lea! Aku pikir kamu takut untuk menembak karena tidak terbiasa, tapi kamu berani juga ternyata, bagus Lea terus lakukan hal berani sepeti ini agar kamu bisa tetap hidup!". Ucap Amora yang kini berlumuran darah, Azalea tidak menembak tepat di jantung Amora karena ia tidak tega yang tertembak kini hanyalah bahu Amora tetapi Amora tetap tersenyum dan kuat berdiri meski sudah tertembak.

"Moraa....kamu gapapa?"

"Aku gapapa Lea, sekarang giliranku kan?"

Bhukk!!
Amora memukul Azalea dengan sekali pukul, pukulan Amora sangat kuat hingga membuat Azalea tersungkur ke tanah, dengan tangannya sendiri Amora mengambil peluru yang tertancap di tubuhnya dan melemparkannya ke sembarang arah.

"Aku tidak selemah itu Lea, aku tidak akan ambruk meski hanya dengan beberapa pukulan!! Aku sudah banyak kali mengalami kesakitan ini hingga aku terbiasa hidup sepeti ini....jangan salahkan aku yang menjadi iblis, tetapi salahkan jalan takdirku yang memaksaku hidup sepeti ini, kamu pikir hidupku mudah selama ini lea? Tidak lea hidupku keras sepeti ini maka dari itu aku terbiasa sekarang!!"

"Harusnya kamu menceritakan semuanya padaku Mora, aku akan mendengarkanmu"

"Bagaimana bisa? Kamu selalu sibuk dengan kehidupanmu yang bahagia sebagai primadona sekolah banyak orang baik di sekitarmu yang membenciku bukan? Sebab itu kita menjadi jauh"

"Maafkan aku Mora...maaf..."

"Anak-anak bawa dia ke belakang". Orang-orang bertubuh besar itupun membawa Azalea ke sebuah tempat dimana disana terdapat sebuah tong air besar dan bahkan lebih tinggi dari tubuh Azalea

"Masukkan dia ke dalam situ dan tutup tongnya biarkan dia berendam disana semalaman"

"Tunggu Mora...tidak Mora jangan! Mo-". Azalea dimasukkan ke tong berisikan air tersebut dan kemudian tong tersebut di tutup dengan rapat dari atas dan dengan air yang terus naik dengan tempat yang sempit yang membatasi gerak Azalea membuatnya semakin susah bernafas hingga ia kehilangan kesadarannya. Sedangkan Amora pergi untuk mengobati lukanya sendiri.

Amora sudah terbiasa hidup dengan keras, ia sudah di ajari bertarung semenjak dia masih kecil oleh papanya karena ia terlahir sebagai anak dari keluarga Smith yang menjalankan bisnis ilegal dan terpaksa harus belajar seni bela diri untuk melanjutkan bisnis keluarganya, Amora sudah di ajarkan untuk membantai orang sedari ia kecil sehingga sekarang ia terbiasa bahkan saat membantai banyak orang seperti iblis yang tak punya hati.

"Nona ini sudah 30 menit nona Azalea direndam di air itu, bagaimana selanjutnya?"

"Keluarkan dia, dan bawa dia kembali ke kamarnya, aku akan pulang ke rumah sekarang"

"Baik nona!".

Beberapa menit kemudian Amora sampai di rumahnya, sebelum ia masuk kedalam rumahnya sudah terdengar suara berisik dari dalam rumah yang membuat Amora penasaran hingga bergegas masuk ke dalam. Alangkah terkejutnya ia saat melihat kepala mamanya yang kini duduk dilantai dengan darah di dahinya.

"Mama, are you okay? Siapa yang melakukan ini padamu?"

"It's okay dear, Amora!!!!!!" Teriak mamanya yang terkejut melihat bahu Mora yang penuh darah

"Ada apa ma?"

"What happened baby? Are you okay?" Suara mamanya Amora semakin lirih saat menatap mata Amora

"It's okay ma, don't cry please" sahut Amora sambil mengelus pipi mamanya dengan penuh kasih sayang

"Siapa yang menembakmu? Dalam pertarungan apa kamu terlibat Mora? Katakan pada mama, mama akan mengeluarkan kamu dari sini, jangan sertakan dirimu lagi dalam hal keji itu Mora, mama tahu kamu anak baik, mama mohon hentikan..." ucapnya lirih

Azalea (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang