part. 23

160 4 0
                                    

"Hah! Aku tidak bisa"

"Apa kamu takut papamu juga akan tertangkap? Dan kamu juga terseret?"

"Ya, kamu lakukan saja tugasmu sampai selesai dan aku akan menyelesaikan tugasku juga"

"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Itu bukan urusanmu, urus saja urusanmu sendiri". Ucap Evan sambil melangkah pergi

"Sebenarnya aku tahu di balik semua ini adalah Amora." Langkah Evan pun terhenti saat mendengar ucapan Vano barusan

"Apa? Kamu sudah tahu? Lalu kenapa kamu tidak langsung menyelamatkan Lea hah?! Liat van Lea sekarang....liat dia sekarang bagaimana....kamu tahu apa yang dia tanyakan padaku saat aku menyelamatkannya? "Kenapa tidak ada yang datang menyelamatkanku? Kenapa?" Aku hanya bisa terdiam tidak tahu harus menjawab apa, aku merasa sangat bersalah hingga ingin mati, sedangkan kamu! Kamu tahu dia dalangnya kenapa kamu tidak datang untuk menyematkannya hah?!." Dengan penuh emosi dan mata yang berkaca-kaca Evan mendekat dan memegang kerah baju Vano.

"Aku....juga merasa sangat bersalah selama ini, sama sepertimu aku merasa bersalah hingga ingin mati rasanya, kamu tahu betapa aku menyukai Lea? Betapa aku mencintai dia? Orang mana yang sanggup melihat orang yang ia cintai terluka seperti itu? Akupun tidak bisa tidur setiap malam karena hal itu, aku bekerja cukup keras untuk mendapatkan semua informasi yang kubutuhkan agar bisa menangkap para bajingan itu!!!." Vano melayangkan satu pukulan ke wajah Evan membuatnya tersungkur ke lantai kemudia dia mendekat dengan cepat dan memegangi kerah baju Evan.

"Aku tahu semua ini pasti bersangkutan denganmu kan? Makanya kamu merasa bersalah seperti ini...."

"Ya, karna aku juga mencintai Azalea Vano, apapun akan kulakukan agar dia bisa menjadi milikku...."

"Tapi kamu malah menyalahkan ku saat Azalea menjadi seperti saat sekarang ini? Ini semua salahmu Evan! Aku tahu kamu pernah punya rencana busuk dengan Amora!!!" Saat hendak melayangkan satu pukulan lagi ke Evan tiba-tiba terlihat gelas yang menggelinding ke arah mereka, saat mereka menoleh terlihat Azalea yang terlihat berdiri memperhatikan mereka yang sedang berkelahi, wajahnya terlihat panik.

"Apa yang kalian lakukan?" Kedua pria itupun kemudian berdiri tegak di hadapan Azalea, kemudia Evan pun melangkah pergi tanpa pikir panjang, melihat hal itu Azalea mencoba menahannya, Evan pun berbalik badan sambil tersenyum,

"Tunggu disini ya, diluar tidak aman, aku akan segera kembali ada sesuatu yang harus aku selesaikan." Tulisnya

"Jagalah dirimu baik-baik." Evan pun hanya tersenyum dan melangkah pergi dari rumah tersebut

"Kenapa kalian berkelahi? Mendengar hal itu dengan cepat Vano mengeluarkan ponselnya dari kantong bajunya.

"Itu hanya masalah kecil nanti kamu akan tahu sendiri" tulisnya

"Hmm..."

"Kenapa belum tidur?" Tulisnya lagi

"Aku tidak bisa tidur....aku sangat takut"

"Sepertinya kamu trauma berat terhadap hal yang telah terjadi itu" tulisnya lagi

"Kurasa iyaa..."

"Mau kutemani?" Tulis Vano lagi sontak membuat azalea kaget dan melihat ke arahnya

"Bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana? Masuklah dulu" tulisnya lagi, Azalea pun masuk ke kamar dan berbaring, dia meletakkan satu bantal tidur lagi di sampingnya kemudian melirik ke arah Vano

"Kamu....disini" ucapnya sedikit malu-malu

"Kamu pikir aku akan tidur bersamamu?" Tulisnya lagi membuat Azalea bertanya-tanya

"Lalu bagaimana kamu akan menemaniku?"

"Aku akan duduk disini sampai kamu tertidur" melihat hal itu membuat Azalea tersipu malu dan langsung menggeser bantal tidur yang tadinya sudah dia atur dengan baik

"Baiklah terima kasih...."

.

Beberapa menit pun berlalu kini Azalea tertidur dengan pulas, Vano yang tadinya ingin meninggalkan Azalea pun kini tak sanggup meninggalkannya melihat Azalea yang terus mengeluarkan keringat dingin sepeti sedang bermimpi buruk dan akhirnya ia pun terbangun dan dengan cepat Vano menghampirinya lagi.

"Aku hanya tertidur beberapa menit saja...seperti sebelumnya" Vano pun naik ke atas tempat tidur Azalea dan duduk di sampingnya kemudian menarik Azalea  ke dalam pelukannya, azalea sedikit terkejut dengan hal itu namun akhirnya Azalea merasa aman saat Vano mengelus kepalanya dengan lembut.

"Terimakasih Vano". Kemudian Vano melepas pelukannya dan menyuruh Azalea untuk berbaring kembali hanya dengan lirikan matanya dan raut wajahnya

"Apa? Tidur?" Tanya Azalea untuk memastikan, Vano pun mengangguk. Azalea pun berbaring dan Vano juga ikut berbaring di sampingnya dan kembali memeluk Azalea sambil terus mengelus kepalanya agar Azalea merasa aman.

"Kira-kira....kemana Evan pergi? Setelah menciumku dia pergi begitu saja?" Sontak hal itu membuat Vano kaget dan melepas pelukannya

"Kenapa kaget seperti itu? Hahaha dulu aku tidak pernah menggapnya serius, dia sudah mengungkapkan perasaan ya padaku ratusan kali tapi aku terus menggapnya tidak serius dan ku pikir itu hanya main-main karena dia memang sangat suka bercanda, aku terus menolaknya dengan dalih kita hanya akan berteman dan jadi teman selama-lamanya, itu semua karna...aku takut punya hubungan spesial dengan seseorang karna aku takut ketika hubungan itu hancur apakah aku dan dia akan asing seperti orang yang tidak pernah saling kenal?" Vano pun mengetik sesuatu di ponselnya

"Bagaimana denganku? Aku juga mencintaimu sudah dari dulu, namun aku mengalah karena aku berteman baik Evan"

"Sudah dari dulu? Tapi kamu selalu mengabaikan ku dulu bahkan kamu sangat jahat semenjak punya hubungan dengan Amora"

"Sebenarnya aku sama sekali tidak menyukai Amora, aku punya hubungan dengannya karena Evan, agar dia bisa bebas mencintaimu dan memiliki mu, ternyata kamu tidak pernah membuka hatimu untuk dia, kami sudah berjanji untuk tidak menyukai gadis yang sama tapi itu sudah terjadi" tulis Vano dengan panjang lebar

"Kamu tahu kenapa aku tidak membuka hatiku untuknya?"

"Kenapa?"

"Karena aku menyukai mu saat itu"

"Bagaimana sekarang?" Tulisnya lagi

"Aku tidak tahu, haruskah aku membuka hatiku untuk Evan?" Mendengar jawaban itu membuat Vano kaget dan bangun yang dari tadinya ia berbaring bersama Azalea

Azalea (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang