Entah berapa lama Yesi menutup matanya, yang jelas ketika dia membuka mata dia masih ditempat yang sama .yang membedakannya ialah ruangan itu gelap, tak ada secercah cahayapun. Langkahnya tertatih, mencari - cari saklar lampu. Namun, niat itu diurungkannya dia membiarkan ruangan bahkan rumahnya tak bercahaya. Kenapa? Untuk sebuah alasan dia tidak ingin secercah cahayapun mengusik kegelapannya. Dia melangkahkan kakinya menyusuri lorong yang gelap itu. dia terus berjalan dan berhenti di depan sebuah ruangan berpintu hitam.ruangan apakah itu? Ruangan privasi seorang yesi Carlina. ruangan itu bukan kamar, melainkan ruangan kosong yang yesi temui 7 tahun yang lalu dan herannya tidak ada yang tau tentang ruangan itu selain yesi
Perlahan namun pasti dia membuka ruangan itu dan hal pertama yang dilihat oleh mata adalah sebuah cermin besar yang sudah tidak layak untuk dipakai. Serpihan - serpihan dari cermin itu lah yang menjadi teman dari sosok penyuka kegelapan. Pelan - pelan dia melepas jacket yang membalut tubuh mungilnya dan apa?? Ada banyak bekas sayatan disana. Perlahan dia mendekati cermin itu dan" BRAK!! suara pecahan kaca samar - Samar terdengar. dia menyayat lengannya kembali .perih?? Tidak! Karena dia sudah terbiasa. Senyuman itu semakin melebar tak kala setetes demi setetes cairan berwarna merah itu mengalir tanpa henti. dia berdiri dari duduknya dan melangkah keluar dari ruangan itu sebelum ada yang mengetahui keberadaannya dia menutupi bekas sayatan itu dengan jacket yang dia bawa dan jangan luka topeng tersenyum yang dia gunakan untuk kengelabuhi siapapun yang ada disekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yesi's Story (?)
Non-FictionTopeng bahagiaku terlalu tebal sehingga lelahku tak pernah terlihat.izinkan aku beristirahat dalam waktu yang lama. _ Alfiana Yesihandi Carlina_