Bab 22

16 8 2
                                    

"Ayah kapan polisi mulai mencari febi?"

"Mulai besok pagi. "

"Lah kok?"

"Karena kita melapornya baru satu jam yang lalu."

"Kalau begitu bagaimanakah nasib febi sekarang yah?aku takut dia kenapa - napa."

"Kita serah kan kepada Tuhan."

" iya Ayah. "

Yesi melangkah menuju ruangan z. disana dia menemukan febi yang baru saja keluar dari toilet dengan wajahnya pucat.

"Hm.... Apakah kau sakit nona ?"

"Apa peduli mu?!"

"Kenapa kau marah? Aku hanya bertanya."

"Cih iblis sepertimu masih ada punya rasa peduli?Jangan munafik aku tahu dalam hati kau pasti tertawa puas bukan? "

"Percaya diri sekali.  Aku sedang tidak bersikap peduli. Aku hanya tak ingin jika mangsaku mati sebelum waktunya. "

" sialan! Keluarkan aku dari sini!"

"Tunggu saja sebentar lagi ayahmu akan datang untuk melepaskanmu. "

"Baguslah seenggaknya mereka datang bersama polisi dan akan menangkapmu."

" Berimajinasilah semaumu. Kita lihat saja apakah aku akan ditangkap atau polisi - polisi itu yang akan mati. "

" Bagaimana bisa polisi yang akan mati?" Kau terlihat sangat sombong. "

"Kita lihat saja nanti."

"Okelah."

                   

Pagi ini, yesi  akan pulang ke rumah orang tuanya. Mengingat selama ini dia jarang pulang.

"Selamat pagi nona." Sapa bu Arni

"Hm."

"Nyonya ada dinas di luar kota."

"Haruskah saya mengetahuinya? "

" sebelum pergi, nyonya menitip pesan supaya nona ke kamar nya. Ada yang ingin nyonya kasih ke nona. "

"Hem oke, thanks. " yesi melangkah ke kamar nyokap nya.

Yesi menemukan sebuah ampolp yang diatasnya tertulis sebuah pesan

"Didalam ampolp ini ada uang Rp. 2.000.000 untuk keperluanmu selama 2 minggu ke depan jika kurang, kabari  mama. "

 

Yesi's Story (?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang