Cinta dibawah ambisi

50 4 2
                                    

Aca pov

Bintang, dia memperbaiki segalanya. Betapa usahanya memulihkan hubungan kami, dan usahanya membuat gue supaya lepas dari trauma kejadian yang di lakukan orang tuanya.

Dia lebih perhatiin gue sama seperti dulu awal kami kenal hingga tak sadar menjalin hubungan. Dia juga lebih meminta perhatian, mungkin karena dia tidak ingin semenit pun lepas dari prioritas gue.

Makanya pagi ini gue udah injek pedal gas ini buat jemput dia seperti permintaannya dengan merajuk kemaren.

Udara segar paginya Jogja menyentuh lembut hidung gue, rasanya bersih dan adem banget. Sedikit kabut tipis menjadi pemandangan dengan ibu2 membawa bakul diatas kepala yang mulai bersiap menjual menu sarapan di pasar, sungguh pemandangan klasik yang cuma bisa gue dapetin di Jogja.

Mobil gue udah mulai dekat dengan puskesmas, dan pemandangan tak biasa gue dapati saat anak kecil usia 4 tahun an berada di tengah jalan tak ber aspal tepat di depan sebuah jalan masuk pemukiman warga.

Gue heran dan rem gue injek kuat2 agar tak menggores gadis kecil itu. Dada gue menghembus nafas panjang karena bisa menghentikan mobil ini. Seketika gue pinggirin dan gue turun buat samperin anak itu,

" adek, kamu kok di tengah jalan? Nanti bisa ketabrak lo!" tapi dia cuma diam saja dan senyum tipis sambil mengigit telunjuknya dan memutar mutar badannya.

Gue ulurin tangan dan gue bujuk buat minggir supaya dia aman.

" kamu kenapa sendirian di sini?" dia masih senyum2 saja. Dia pun menurut.

" rumah kamu dimana??" akhirnya pergerakannya berubah dan telunjuk yang di gigit nya menunjuk ke arah dalam pemukiman.

" kakak antar pulang yaa, jangan main sendirian lagi nanti ibu kamu nyariin!"

Dan gue inget punya susu dan roti di mobil, gue ambil itu dan memberikannya ke dia. Saat gue kasih susu itu, dia sebentar berfikir dan akhirnya mengambil dengan malu2.

Tak butuh waktu lama dia mencabut sedotannya dan ingin meminum susu itu,

" bisa? Kakak bukain ya?" nego gue

Dia pun memberikan dengn cepat dan cepat juga meminumnya, gue pikir apa dia lapar? Karena melihat badannya yang lusuh dan baju yang kumel, mungkin anak orang kurang mampu. Kasian..

" rotinya mau kakak bukain?"

" enggak, buat kakak!" sambil menunjuk rumah ke 3 dari bibir jalan.

" oh, buat kakak! Rumah kamu dekat ya? Yang itu?"

Gue tunjuk rumah berwarna putih usang dan pintu yang rapuh. Dia pun mengiyakan, akhirnya gua antar dia sampe depan rumah nya,

" cepet masuk nanti ibu khawatir lo!"

Dia melangkah sedikit dan berbalik melihat gue, memperhatikan gue cukup lama dan gue bingung.

" kenapa dek? Udah cepet masuk!....ohh nama kamu siapa?"

" Ena" jwab nya malu2

" cantik skali nama kamu, dada Ena" sambil gue laMbaikan jari jari gue.

Dan gue lanjutin perjalanan menjemput Bintang.
Yaa, begitu kira2 rutinitas gue dEngan Bintang.
Sampai hari kedua gue jemput Bintang lagi2 Ena ada di pinggir jalan kali ini. Bermain tanah sendiri sambil sesekali melihat ke arah jalan.

Kali ini gue turun dan udah bawain beberapa jajanan dan susu untuk dia. Lagi2 susu itu di minum nya cepat sperti sedang kelaparan.

Entah kenapa gue iba banget ya sama Ena, dia tampak senang sekali ketemu gue. Sayang sekali pertemuan gue cuma bisa di pagi itu saja. Gue pengen bgt bisa lebih membantu Ena ini, tapi pasti orang tuanya akan keberatan kalo gue ajak Ena walaupun sebentar untuk jalan jalan.

Judul standar - Bulan Yang Mencari BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang