-Sudut pandang 'Jae'-
"Lo beneran baik-baik aja dek?", begitulah pertanyaan yang kulontarkan pada wanita yang berada di sisi penumpang dalam mobilku saat ini.
"Kalo gue bilang gak baik-baik aja, boleh kan bang...", jawabnya lesu. Atau mungkin, terdengar seperti keluhan bagiku.
Setelah perbincangan kemarin, aku tau kalo Bian pasti bakal terluka. Alhasil akupun berinisiatif untuk mengajaknya refreshing sekedar melepas penat.
"Ini yang gue takutin sejak awal. Gue tau Pilar gimana, tapi gue juga gak bisa maksa lo buat gak suka ama dia", kataku.
"Iya bang, gue tau", gumannya sembari menghela nafas panjang, seolah tau bahwa ini sudah jadi resikonya sejak awal.
Aku lebih memilih diam, dan melanjutkan kemudiku.
"Bang, kita jalan selama satu jam cuma buat ke pantai? Kan di daerah kita juga ada pantai", tanya Bian yang sedikit kebingungan.
"Iya, pantai. Biar lo bebas ungkapin uneg-uneg lo. Kalo disana, terlalu deket ama rumah", saranku.
"Oh, iya bang", jawabnya singkat.
Aku mendesis kesal. Aku menarik tangannya dan kuajak duduk di tepi pantai sana. Bodo amat dibilang pacaran ama orang-orang, yang penting kenyataannya aku udah punya Wenda.
"Dek, kenapa lo gak bilang aja sih ama si Upil? Daripada dipendam kayak gini"
"Gimana mau bilang bang... Bang Jae denger sendiri kan kemaren? Itu udah jelas banget kalo kak Pilar belum move on sama kak Kia. Kalo gue bilang, apa gak nambah bebannya kak Pilar?"
"Sekarang gue tanya. Lo takut ganggu , atau takut ditolak?"
Bian terdiam, sesekali ia menulis di atas pasir pantai ini.
"Bi, tingkat tertinggi dalam kasta percintaan adalah, dengan lo gak mengharapkan balik cintanya. Kita tau, perasaan gak bisa dipaksakan bukan?"
Bian tak menjawab, lebih memilih bermain dengan objek bertekstur halus didepannya itu.
"Mungkin lo juga takut, kalo lo ngutarain perasaan lo ke Pilar, terus dia nolak lo, hubungan lo bkalan jadi canggung ama dia"
Kali ini aku berhasil menarik perhatiannya.
"Ah, jadi itu masalahnya", batinku.
"Mungkin opsi kedua lebih tepat bang. Gue takut kalo gue ungkapin, kak Pilar bakal menjauh. Gue udah cukup seneng dengan hubungan gue sekarang. Bisa ngobrol tanpa beban ama dia, udah lebih dari cukup bang", katanya.
"Dek, mau gue kasi tau sebuah rahasia gak?"
Bian memiringkan kepalanya.
"Pilar itu sedikit lemot"
Bian menganga, entah apa yang ada dipikirannya.
"Lo masih bisa kok nyatain cinta lo ama dia, hanya aja lo mesti pake cara yang agak beda dikit", saranku.
"Maksud bang Jae?"
Gue merangkul Bian sambil mencekik lehernya sedikit, yang dirangkul pun melayangkan protesnya dan balik menampar lengan ku.
"Hahaha... Nanti juga lo tau sendiri"
"Ish bang Jae ngasi saran setengah-setengah"
Akupun tertawa keras ngeliat ekspresinya, lucu sekali...
"Dek, pantainya udah sepi", kata gue.
"Terus, mau ngapain? Bang Jae jangan macem-macem ya!", cibirnya.
"Apaan sih..? Orang gue mau nyuruh lo teriak di sini kok. Gue mau bilang lo bisa keluarin beban pikiran lo sekarang, mumpung lagi sepi. Buang semua uneg-uneg lo ke laut, biar ilang kebawa arus"
Bian terkikih pelan, menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mungkin malu kali dia...
"Gimana? mau coba?", tawarku.
Kali ini Bian setuju dan menarik nafas panjang. Ia berdiri dari posisinya, mendekatkan kedua tangannya ke sisi mulutnya seolah siap untuk berteriak.
"KAK PILAR...!!! GUE GAK PEDULI LO ANGGEP GUE CUMA TEMEN ATO ADEK...! YANG JELAS, GUE.... GUE SUKA SAMA LO...! GUE SAYANG SAMA LO...! CEPETAN MOVE ON NYA...! BERBAHAGIALAH...! SARANGHAE...!"
Haahh... Hahh... Hahh... , tarikan nafas Bian yang seperti selesai lari maraton itu menandakan kelegaannya. Setelahnya, dia tertawa sangat keras. Aku yang masih posisi duduk pun ikut berdiri. Sepertinya menyenangkan , aku jadi ingin mencoba.
"WENDA...! I LOVE YOU...! JANGAN DEKET-DEKET AMA CAHYA...! GUE GAK SUKA...!"
"Puft..! Lo cemburu ama bang Cahya?", ledek Bian.
"Kenapa? Masalah? Lagian kenapa lo ikut manggil dia 'bang' sih? Gak cukup punya abang satu aja?", responku yang malah ngebuat Bian semakin ketawa terpingkal-pingkal.
Oke untuk kali ini aku biarin ni bocah ngetawain aku. Kalo gak lagi galau, udah abis ni anak... Yah, setidaknya aku bisa sedikit meringankan bebannya.
"Udah lega kan?"
Bian mengangguk senang. Dia meluk aku erat banget dan bilang makasih berkali-kali.
"Bi, udah sore. Balik yuk...!", ajakku yang disetujui oleh Bian.
Sebelum beranjak, Bian menghentikan langkahnya. Akupun berbalik kearahnya.
"Sekali lagi, makasih bang"
---
Oh ya, ini bang Cahya yang dicemburuin ama bang Jae
Chanyeol EXO as Cahya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck with Tuan Muda ( Wonpil )
Fanfiction"You're not my bias, but i am stuck with you..." -Cast. WONPIL DAY6 Sungjin DAY6 Jae DAY6 Young K DAY6 Dowoon DAY6 Wendy RV ------------------- Note: Cerita ini hanya karangan author saja. Tujuan dibuat cerita ini adalah author ingin melampiaskan ke...