Balikan?

42 5 0
                                    

"Maaf kak, aku cuma punya ini. Kak Wen belom belanja bulanan soalnya", kataku yang memberikan sekaleng minuman dingin pada kak Pilar.

"Makasih Bi", katanya sambil membuka minuman yang kutawarkan. Kak Pilar haus nih kayaknya gegara abis di manfaatkan ama bang Jae.



"Oya Bi, ini kali pertama aku dateng ke rumah Wenda lho..! Ternyata gini ya suasana rumah perempuan, rapi banget", pujinya. Oh ya, sekedar informasi, kak Wenda sama kak Pilar itu teman semasa sekolah menengah dulu. Dan menurut gosipnya, kak Pilar lah yang jadi mak comblang antara kak Wen dengan bang Jae. Hehehee ....

"Lha emang apa bedanya ama rumah kak Pilar? Sama aja deh kayaknya".

Kak Pilar mengerutkan dahi dan mengembungkan pipinya , seolah menolak pernyataan yang kulontarkan tadi. Gemes banget sihhhh....!

"Sama apanya, beda jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sama apanya, beda jauh. Disini rapi, bersih, wangi. Sedangkan disana berisik dan berantakan. Untung aku orangnya sabar".

Aku terkekeh geli. Sesaat kemudian kak Pilar kembali menarik perkataannya.

"Eh, kecuali kamar bang Senja deng... Kayaknya kamarnya dia doang yang paling normal diantara kami. Terus yang bikin pusing kalo masuk kamarnya itu ad...."

"Bang Jae pasti?", tanyaku memotong pembicaraan kak Pilar.

"Tet tot, kamu salah. Yang paling berantakan tu kamarnya Brian. Suka naroh cemilan di sembarang tempat dia".

Ku miringkan kepala tanda kebingungan. Masa iya sih kak Brian? Gak mungkin kayaknya...

"Kenapa? Kamu gak percaya? Kamu jangan ketipu ama tampang kerennya, aslinya dia tu berisik. Aha! Suka julid juga".
"Kayaknya yang suka julid tuh kak Pilar ama Dimas deh", bantahku yang kemudian diiringi tawa oleh kami berdua.


Walaupun cuma ngobrol dengan topik yang random kayak gini aja, rasanya udah ssseeennneenngg banget. Cukup ngabisin waktu berdua kayak  gini ama kak Pilar, aku udah berterima kasih.





"Eh Bi, hape ku bunyi. Aku angkat bentar ya... 

Ya Kia?"


Tunggu, Kia? Kayak pernah denger tapi dimana ya? Bentar....


Ah, mantannya kak Pilar ! Kenapa lagi tu cewek nelpon kak Pilar, ganggu waktu berdua aja. Huft!



Tak lama, kak Pilar balik nyamperin aku.

"Bi, sibuk gak? bisa ikut aku sekarang?"

"Engga, kemana kak?"







Sampailah kami disebuah cafe tak jauh dari teater kota. Sebenarnya aku kesel diajak ke cafe ini, soalnya ni cafe membawa kenangan buruk buat aku. Ya menurutku sih buruk, karena di cafe ini kak Pilar dicium sama si Kia-Kia itu. Eh taunya malah diajak kesini lagi dengan tujuan yang sama, ketemu sama mantannya itu. Alhasil, kami bertiga harus duduk di meja yang sama seperti sekarang ini. Bedanya, aku dan kak Pilar menduduki kursi yang sebaris. Sementara Kia duduk di depan kami sendirian.

"Jadi, kenapa kamu nelpon aku yang katanya amat sangat penting sampe harus ketemuan segala?", tanya kak Pilar. Sementara yang ditanya sedang asyik menikmati dessert dan segelas milkshake pesanannya.

"Santai dong ay, kita ngobrol-ngobrol dulu", jawabnya santai. Ni cewek manggil dengan sebutan itu lagi, apa sih artinya?

Sekilas aku ngeliat kearah kak Pilar, tatapannya beda. Seolah kayak menahan sesuatu yang aku gak tau apa. Tak sengaja perhatianku tertuju pada tangan kak Pilar yang berada di bawah meja. Tangannya diletakkan di atas pahanya, dan.... gemetar.

"Bi-bisa gak manggil aku dengan sebutan itu lagi?". Oke, kali ini kak Pilar mulai gugup.

"Kenapa? Kamu keberatan? Bukannya kamu yang nyaranin kayak gitu?", tanya si Kia.

"Itu dulu. Sebelum kamu....", ucapannya terpotong dan melihatku dengan senyum tipisnya. Bukan tanpa alasan. Aku tau ada yang salah disini, jadi aku inisiatif buat megang tangan kak Pilar yang gemetar. Aku bukan modus lho ya... Aku cuma pengen mentransfer kekuatan mungkin? Biar kak Pilar bisa ngadapin si uler itu (Kan jadi ketularan bang Jae).

Kia menghentikan makan nya. Dia mencondongkan badannya ke arah kak Pilar, mengarahkan wajah kak Pilar agar ngeliat ke arahnya. Aku dan kak Pilar sama kagetnya dengan sikap mantannya yang terlalu agresif itu. Beberapa detik mereka menatap satu sama lain, sampai Kia memundurkan tubuhnya kembali ke posisi awal.

"Sudah kuduga, kamu masih ada rasa sama aku".


Hah? apa katanya barusan? Kak Pilar masih ada rasa? Mimpi di cewek.


"Iya, kamu bener. Aku masih suka sama kamu".


Mataku membulat. What? Tunggu, aku gak salah denger? Kak Pilar ngaku masih ada rasa?


"Syukur lah. Jadi, aku mau ngomong. Sejak kita beradu akting waktu itu, aku selalu mikirin kamu. Aku tau dulu aku salah, tapi aku pengen perbaikin semua. Ayo kita mulai lagi dari awal, aku.... masih sayang sama kamu", kata Kia lantang. 

"Terus pacarmu itu gimana?", tanya kak Pilar lagi.

"Aku udah putus Pil. Jadi, tolong balikan lagi ya...", katanya yang kali ini memegang wajah kak Pilar dengan kedua tangannya.


Aku ngelihat kearah mereka bergantian. Perbincangan macam apa ini? Apa mereka bakal balikan? Kenapa dadaku sakit? Eh bukan, kenapa aku harus ada diantara mereka sekarang? Harusnya aku tolak aja ajakan kak Pilar tadi. Percuma aku disini kalo bikin sakit hati.


"Boleh aku tanya satu hal? Kalo kamu masih pacaran sama dia, terus kita main drama bareng, apa kamu bakal ngerasain hal yang sama kayak sekarang?", tanya kak Pilar yang sudah menjauhkan tangan Kia dari wajahnya. Yes! gak jadi sakit hati... Hehehe

Kia tampak kebingungan, dan kak Pilar ngelanjutin perkataannya.

"Aku yakin jawabannya enggak. Atau mungkin, sekarangpun kamu emang gak ada rasa sama aku. Kamu datengin aku ngajak balikan buat ngisi kekosongan di hati kamu aja kan? Maaf Ki, aku emang masih suka sama kamu. Tapi rasa sakitku jauh lebih besar dari rasa sukaku. Jadi tolong, cari orang lain yang bener-bener kamu sayangin. Dan jangan ganggu aku lagi. Ayo Bi, kita pergi!", ajak kak Pilar sambil megang tanganku. Aku yang masih kebingungan tapi seneng karena skinship yang kami lakukan, hanya menurut mengikuti kak Pilar. Namun langkah kami terhenti karena Kia mencegat kami.

"Pil, gak gitu. Tolong dengerin du..."

"Eh uler, lo gak denger apa kata Pilar? Berani-beraninya ya lo masih gangguin dia", kata seorang pria jangkung yang merangkul pundak kak Pilar dari belakang. Kamipun berpaling kearahnya. 



Bang Jae?

Stuck with Tuan Muda ( Wonpil )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang