Enam hari kemudian

45 6 0
                                    


-Sudut pandang 'Pilar' pt.II-


"Hai Bi, yok jalan..!", sapaku pada Bian saat menjemput di depan kelasnya. Ya, kami memutuskan untuk pergi ke toko buku setelah kelas Bian berakhir. Katanya sih biar sekalian jalan, gak bolak balik gitu....

 Katanya sih biar sekalian jalan, gak bolak balik gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai kak Pil, kok.........", sapaannya terhenti entah kenapa.

"Kenapa Bi? Kok ngeliatin aku aneh gitu?", tanyaku pada Bian yang memperhatikanku dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Kak Pilar abis manggung?"

Aku menggeleng.

"Ah, abis pentas drama mungkin?"

Akupun menggeleng.

"Ato abis wawancara ama media?"

Aku juga menggeleng, "Engga semua kok, emang kenapa Bi?"


Dia menghela nafas panjang, dan mulai bicara tanpa jeda.


"Ya kak Pil mikir aja kali.. mana ada orang ke toko buku dengan pakaian kayak gini? Jomplang banget sama penampilanku yang cuma pake kaos ama celana panjang sementara kak Pilar dandan bak pangeran tuan muda yang baru dateng dari istana.. See? Kak Pilar bener-bener jadi pusat perhatian tau gak?  Mungkin orang-orang mikir aku tu cuma pelayan ato pesur..... Upppbbbssss!" , aku menutup mulutnya dengan kedua tanganku karena pembicaraannya mulai ngaco'.

"Udah ngerap nya? Sini biar aku jelasin. Pertama, penampilanku biasa aja. Mungkin karena jas yang kupake jadi beda? tenang aja. Nanti waktu kita pergi ke toko buku, aku bakal lepas. Kedua, jangan pernah mikir kamu pelayan ato pesuruh ku, kamu tuh cantik apa adanya. Jadi, masih mau jalan ama aku?", tanyaku dengan mendekatkan wajahku pada Bian, tak lain untuk memastikan apa dia mengerti yang kubicarakan atau tidak. 


Entah kenapa wajahnya memerah, dan dia pun mengalihkan pandangannya dariku. 

"Kok wajahmu merah? Kamu sakit? Ato marah ama aku? Kata-kataku ada yang salah ya Bi? Maaf kalo emang iya".


Bian pun hanya menggeleng dan segera berjalan mendahului ku. "Engga kak, ayo berangkat sekarang".


Walaupun masih bingung, akupun menurut dan memilih mengikutinya saja.









Sampailah kami di toko buku. Bian pun segera menghampiri barisan buku di ujung sana, sementara aku pergi ke kumpulan buku yang berisi kumpulan partikur musik.


Tak lama, Bian menghampiriku dan memamerkan buku yang ingin dibelinya.

"Ini dia kak.. akhirnya dapet juga..! Kak Pilar tau buku ini kan?".

Aku melihat buku itu, "Aaah, aku tau. Bukunya bang Senja kan?".

Bian mengangguk. "Bener kak. Karena rekomendasi kak Senja juga aku jadi beli buku ini. Hehee... ".

"Oh .. pantes.... Oya Bi, ada lagi yang mau dicari?", tanyaku yang direspon gelengan oleh Bian. 

Alhasil kamipun pergi ke kasir untuk membayar buku itu. Meski diawali dengan perdebatan karena Bian gak mau bukunya dibayarin sama aku, syukur pada akhirnya dia nerima juga. 




"Besok-besok gak mau jalan ama kak Pilar lagi deh", protesnya yang buat aku terkejut.

"Lho, kok gitu sih?"

Dia menghadap kearahku, dengan menyilangkan kedua tangan dan mengembungkan pipinya. "Masa aku yang mau beli buku tapi kak Pilar bayarin? Huft!"

Aku hanya tersenyum kecil ngeliat tingkahnya, demi apa ngegemesin banget ni cewek... Aku yang iseng mulai menirukan aksinya. Akupun menyilangkan kedua tanganku dan ikut mengembungkan pipiku. "Terus kalo aku emang pengen bayarin kenapa? Aku laki-laki. Udah sewajarnya aku beliin kamu sesuatu disaat kita berdua lagi jalan bareng".

Reaksi Bian? Dia menatapku sebentar, dan kembali mengalihkan pandangannya. Fix ngambek ni anak....










"Jangan marah lagi ya Bi....", bujukku.

Sekarang kami sudah berada di pantai yang pernah kita datangin waktu gagal nontom film dulu. Bukan tanpa alasan, aku mengajaknya kesini karena ingin melihat sunset dari sini. 

"Iya iya gak marah. Kak Pilar emang pinter ngebujuknya".

"Hehee... sekalian mengingat kenangan kalo dulu ada yang pernah nangis disini karena kehabisan tiket nonton kartun".

Bian melihat kearahku tajam, dan menampar pelan lenganku. "Pake diingetin segala....".

Kamipun tertawa bersama, dan duduk di tepi pantai sambil membicarakan hal-hal random lainnya.





Perlahan matahari mulai terbenam. Aku dan Bian sama-sama larut dalam pemandangan indah ini. 

"Kak Pilar...", katanya pelan tanpa melihatku.

"Hmmm?", responku yang masih terpaku pada pemandangan sunset di ujung sana.

"Aku sayang sama kak Pilar", jawabnya lembut.

Segera kualihkan pandanganku ke Bian, terlihat wajahnya dari samping yang masih diterangi oleh cahaya jingga efek sunset disana. "Cantik...", batinku.

Namun beberapa detik kemudian, aku mulai tersadar dengan perkataannya barusan. 



"Sayang? 


Eh, 


gimana Bi?"

Stuck with Tuan Muda ( Wonpil )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang