9. bau-bau pengaturan alias settingan

2.1K 453 75
                                    

ko jadi pengen punya abang kaya bang dhani juga ya, eh tapi abang ketemu gede bukan abang kandung 😆
peng bgt dpt senyuman gini tiap kali bangun tidur 😙
maafkeun tante yg menggila 🤭😂

Dhani POV

"Nih, minum dulu" Aku mengangsurkan satu botol air mineral pada perempuan yang terlihat masih kikuk.

Aku menutup kembali pintu mobil dengan bantingan kencang.

Emma berjengit dan mendongak tinggi menatapku lalu buru-buru menunduk ketika mata kami bertemu.

Dengan gerakan canggung Emma membuka tutup botol dan meneguk isinya dengan tegukan besar lalu kembali menunduk.

Aku menghela nafas panjang lalu berkacak pinggang.

Ternyata perempuan yang sering menerorku sejak pagi itu adalah Emma.

Kenapa dia bisa menyangka aku seorang penipu?

Aku ingin menanyakan hal yang belum terjawab lagi padanya, tetapi rasanya tidak tega karena Emma melihatku dengan wajah ketakutan seperti itu.

Emma pasti merasa kaget, aku yakin.

Sama hal nya denganku, aku pun sama kagetnya, tidak menyangka malah bertemu dia di kafe ini padahal aku sudah berhati-hati agar tidak bertemu dengannya di rumah.

"Udah gak kaget kan?" Tanyaku.

Emma tersentak, lalu mengangguk pelan dengan kepala menunduk.

"Kenapa nunduk terus? Angkat kepalanya, saya mau tanya, kamu bisa nyetir pulang sendiri?" Tanyaku lagi.

Perlahan kepalanya mendongak, Emma masih terlihat pucat.

"Bisa bang" Jawabnya pelan.

Dia bilang bisa, tapi wajahnya bikin orang khawatir.

"Anwar tadi pulang duluan bener karena ada janji sama teman kantornya atau kabur karena takut?" Tanyaku.

"Memang karena ada janji sama teman kantornya" Jawabnya masih dengan suara pelan.

Aku nyaris mendengus. Emma terlihat berbeda.

Kemana perginya perempuan yang sejak pagi tadi menelponku dengan suara penuh amarah dan terdengar seperti jagoan itu?

Aku melirik jam di pergelangan tanganku, hampir pukul sembilan malam, bunda pasti kecarian anak perempuannya belum juga pulang.

"Mana kunci mobil kamu?" Tanganku mengulur padanya.

Emma menatapku bingung.

"Saya anterin kamu pulang" Kataku menjawab kebingungannya.

"Ha? Gak usah, gue bisa pulang sendiri kok" Emma melangkah mundur.

"Maaf untuk kesalahpahaman hari ini" Lanjutnya lagi lalu memutar tubuh tanpa melihat wajahku.

"Masih aja keras kepala kaya dulu, mana kunci mobilnya, saya antar, biar saya tenang" Aku menjajari langkahnya dengan mudah.

"Gak usah, ngapain nganterin segala?" Tanyanya dengan wajah panik.

"Bunda pasti nyariin kamu, jam segini belum pulang, kebetulan kita ketemu jadi sekalian saya anterin" Jawabku dengan suara tegas.

"Mama gak bakalan nyariin, biasanya gue malah pulang lebih larut" Suara Emma hampir terdengar normal, tidak sepelan beberapa saat yang lalu.

"Ngapain jadi ngeliatin gue begitu? Udah pulang sana, balik ke mobilnya" Emma mengusirku dengan tangan bergerak-gerak seperti sedang mengusir anak kucing yang datang mengganggunya.

abangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang