24. ketauan bunda

2.6K 520 177
                                    

mungkin gini kali ya penampakan bang dhani waktu masih ndut (walopun ga kliatan ndut2 bgt, susah juga nyarinya) 😅

Emma POV

Aku benar-benar cupu. Sepanjang perjalanan pulang aku tidak bisa mengeluarkan kata sedikit pun.

Perkataan bang Dhani yang memaparkan soal bibir tidak lagi perawan membuatku mati kutu.

Membayangkannya saja aku tidak berani, apalagi kalau memang kejadian kami berciuman seperti itu.

Aku melirik bang Dhani yang sedang fokus menyetir.

"Udahan kagetnya?" Tanyanya dengan suara tenang tetapi berat dan dalam khas miliknya, mungkin bang Dhani menyadari kalau aku sedang melihat ke arahnya.

"Kamu memang belum pernah pacaran ya?" Tanyanya lagi.

"Wah, kayanya masih kaget, belum bisa ngomong" Ucap bang Dhani karena aku tidak menanggapi pertanyaannya.

Bang Dhani mau mendengar jawabanku seperti apa?
'Iya, gue belum pernah pacaran, jadi maaf gue belum pernah ciuman kaya gitu, makanya tadi gue bilang bibir gue udah gak perawan lagi, puas?'
Gitu? Bang Dhani mau dengar jawabanku seperti itu?

"Ya udah tidur aja dulu biar kagetnya ilang, nanti kalau udah sampe saya bangunin" Tangan bang Dhani bergerak hendak menggapai puncak kepalaku.

Karena tidak terbiasa di perlakukan seperti ini aku langsung menepis tangannya, kaget.

Bang Dhani menoleh ke arahku, tatapannya bingung melihatku.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Tangan bang Dhani mau ngapain?" Tanyaku sembari menegakkan punggung.

"Saya mau ngusap-ngusap puncak kepala kamu, gak boleh?" Bang Dhani balik bertanya, senyuman tipis terbit di wajahnya.

Aku baru menyadari bang Dhani itu kalau tersenyum terlihat manis, kalau diam terlihat cool, gila, perpaduan macam apa itu?
Mau senyum mau diam, bang Dhani bisa bikin aku meleleh hanya melihatnya saja.

"Ngapain ngusap-ngusap kepala gue? Memangnya gue anak kecil?" Tanyaku dengan bibir mengerucut.

"Ngusapin kepala bukan berarti kamu anak kecil Em, tapi bentuk rasa sayang yang mau abang tunjukin ke kamu" Jawabnya sambil melirikku.

"Uhuk-uhuk..." Aku tersedak.

Bang Dhani tanpa aku sangka-sangka langsung mengangsurkan botol air mineral padaku.

Bentuk rasa sayang yang mau abang tunjukin ke kamu, mau lumer rasanya mendengar kalimat itu.

Beneran nih? Bang Dhani sesuka itu sama gue? Kok bisa ya? Padahal gue pikir dia benci gue, gak ada alasan yang bisa bikin gak benci gue setelah gue usir dia dari rumah.

"Bang Dhani kenapa bisa suka gue?" Aku mengulang pertanyaan yang sama karena sebelumnya belum dia jawab.
Penasaran banget kok dia bisa bilang suka gue dan memperlakukan gue kaya begini.

Satu alisnya terangkat ketika menoleh padaku dengan tersenyum tipis.

Ya ampun, cakep banget, aku paling gak kuat liat orang yang alisnya bisa terangkat satu kaya gitu.

Tanganku menutup dan membuka botol yang airnya sudah berpindah tempat ke dalam perut lebih di karenakan untuk menghilangkan rasa grogi agar bang Dhani tidak menyadari kalau aku mengagumi wajahnya yang manisnya melebihi gula aren.

"Jadi kenapa bisa suka?" Tanyaku tidak sabar, pura-pura biar groginya cepat hilang.
Seharusnya aku mencari obrolan yang lain agar tubuh ini masih dalam keadaan utuh tidak lumer sampai ke rumah.

abangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang