28. kejutan dari rinal

4.7K 478 58
                                    

ini muka antara capek, bingung, lelah, puas, ah tau lah 😅

Emma POV

"Aaa..." Kataku dengan mulut terbuka lebar.
Sesendok nasi beserta lauknya masuk ke dalam mulut bang Dhani.
Aku tersenyum lembut melihatnya.

"Kenapa ma? Kok liatin kita kaya begitu?" Tanyaku ketika menyadari mama memandang kami dengan tatapan aneh.

Kami bertiga sekarang berada di meja makan sedang menyantap makan siang.

"Perempuan yang sering ngegas kalau udah ketemu pawangnya yang cocok bisa gitu juga ya" Jawab mama kalem.

"Apaan sih ma? Abangku kan lagi sakit jadi wajar kalau Emma manjain kaya begini" Sahutku dengan merengut.

"Abangku?" Mama menatapku dengan mencibir.

Aku tersenyum ke arah bang Dhani, panggilanku untuknya adalah abangku sedangkan bang Dhani memanggil aku, sayangku.

"Lagian aneh, baru kali ini mama nemuin ada pengantin baru 2 hari nikah, suaminya sakit"

"Kamu apain aja Dhani sampe sakit begini?"

Aku mengangsurkan gelas ke arah bang Dhani yang tiba-tiba tersedak.

"Di apain apaan sih ma? Abangku kecapekan karena..." Aku terdiam tidak melanjutkan perkataanku.

Gimana bang Dhani tidak kecapekan?  Dua malam berturut-turut kami tidak tidur karena menghabiskan malam dengan gairah yang liar.

Setahu aku setelah mencari tahu di internet, pria kalau mencapai orgasme sama seperti habis lari berpuluh-puluh kilometer.

Jadi wajar saja apabila bang Dhani jatuh sakit, sebabnya pasti karena kecapekan karena berpuluh-puluh kali orgasme dalam waktu dua malam berturut-turut itu.

"Kecapekan karena apa? Jangan-jangan kalian berdua terlalu over ya main Mobile Lege*ds nya" Mata mama mendelik.

"Apa jangan-jangan kamu Dhan ngajarin Emma yang nggak-nggak?" Mama menatap kami berdua curiga.

Bibirku mengerucut.

"Suapain lagi" Bang Dhani membuka mulutnya. Aku tahu bang Dhani meminta di suapi lagi agar aku tidak membalas perkataan mama.

"Makan yang banyak ya abangku, biar cepat sehat, biar kita bisa begi..."

"Maksud mama nyuruh kalian cepat-cepat nikah gak usah pacaran dulu tapi ya gak gitu juga, kamu juga Dhan, memangnya gak bisa makan sendiri?" Nada suara mama meninggi memotong perkataanku.

"Mama kenapa sih? Bang Dhani tuh lagi sakit, jangan di bentak-bentak" Aku mengusap lengan bang Dhani penuh perhatian. Mataku melembut menatapnya.

"Geli liatnya" Mama tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah ruang TV dengan membawa piring.

"Cemburu tuh, pasti liat kita mesra begini mama ngiri" Kataku pelan.

"Hahaha... gaklah Em" Bang Dhani tergelak.

"Aaa lagi" Kataku karena melihat mulutnya yang sudah tidak mengunyah.

"Udah, udah kenyang" Tolak bang Dhani.

"Abangku mau aku kerokin?" Tawarku sambil meletakkan piring ke atas meja.

Punggung bang Dhani menegak. Matanya menatap ngeri padaku.

"Gak, nanti akhirannya kaya semalam" Tolak bang Dhani lagi.

Semalam aku memang berniat membaluri punggung bang Dhani memakai minyak angin.

Aku meminta bang Dhani berbaring menghadap ranjang sedangkan aku duduk di atas bokongnya.

Melihat punggung bang Dhani yang berotot dengan bokongnya yang padat berisi. Membuat aku berpikiran yang lain.
Baluran tanganku berubah menjadi gerakan erotis dan pinggulku bergerak di atas bokongnya.

abangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang