★ tiga puluh dua.

2.7K 337 114
                                    

"Bang, tolong jawab gue."

Sunghoon bertanya pasrah pada Heeseung, pemuda yang diberi pertanyaan sedari tadi hanya diam melamun menatap pintu ruangan UGD yang tertutup rapat. Tak memberikan jawaban sama sekali.

"Heeseung─"

"Gue gak mau kasih tau. Biar Jake yang kasih tau sendiri," Sela Heeseung.

"Gimana caranya?! Sekarang aja Jake lagi gak sadarkan diri!"

"Ya nanti! Bisa sabar dikit gak sih?!"

Sunghoon mengusap wajahnya frustasi, berusaha memahami Heeseung yang juga sama khawatirnya. Walau sebenarnya tersirat akan rasa penasaran, tapi harus Sunghoon tahan.

Tak lama pintu ruangan UGD terbuka, menampilkan sang Dokter yang baru selesai memeriksa keadaan Jake. "Mas Heeseung, ayo ikut saya sebentar." Titahnya begitu keluar.

Heeseung mengangguk, dia mengikuti Dokter yang berjalan menjauh dari depan ruangan UGD. Dan juga jauh dari tempat Sunghoon berdiri tentunya.

Walaupun sedikit jauh, Sunghoon masih bisa melihat bagaimana raut wajah sang Dokter yang sedikit khawatir. Dokter itu berkali-kali menghela nafas begitu Heeseung menggerakkan mulutnya untuk bicara.

Setelah selesai berbincang-bincang selama kurang lebih 4 menit, Heeseung berjalan kembali menuju depan ruangan UGD. Hal tersebut memancing rasa penasaran Sunghoon.

"Apa kata dokter?" Tanyanya.

"Nanti dulu," Jawab Heeseung sembari menghela nafas.

"Dia bilang nanti dulu?"

"Ya gak gitu juga, goblok. Maksudnya, gue bakal jawab nanti."

"Ya Tuhan, kena gantung mulu gue perasaan. Readers ayo pelukan, sesama kaum kena gantung terus mari merapat."

Heeseung hanya mendecih. "Kita di bolehin jenguk kalo pasien udah di pindah ke ruang rawat inap." Celetuknya.

"Di pindahnya kapan?"

"YNTKTS."

"Blegug,"

"Bercanda. Ini udah mau di pindah, sekarang lo anterin gue beli air dulu. Seret kerongkongan gue balesin omongan lo yang unfaedah,"

"Gue lagi yang salah, ayo dah. Sabar beut jadi cogan,"





















































****

Cklek..

"Berhenti ngomong kek lo, anj─ OMG! MY JAKEYY!!"

"Are you okay? Utututu, jangan sedih nak. Abah disini,"

Heeseung berlari sembari memekik menuju brankar Jake. Pemuda manis itu sudah siuman ternyata, puji syukur.

"Abah.."

Jake menatap Heeseung dramatai(s), memasang wajah sok sedih pada wajah pucat pasi miliknya. Lalu memegang pipi Heeseung seakan sudah lama terpisah dan tengah melepas rindu, sungguh, adegan erotis pun lewat dengan adegan tolol ini. Lebih top markotop.

"Apa nak? Ada yang sakit? Atau bpjs kita udah dalam masa tenggang? Tenang aja, Abah punya black card! I have a pen, i have a apple! UGH! Apple pen!"

"─Gue nyanyi apaan dah,"

Jake cekikikan, membuat Heeseung ikut tertawa karena melihat sang Adik tertawa juga. Ya walaupun tertawa kecil, Heeseung maklumin karena Jake baru siuman. Tenaganya belum full terkumpul.

Lalu pandangan Jake berpindah pada Sunghoon yang tengah menatap drama itu dengan pandangan najis, mengintrupsi pemuda itu agar mendekat kepadanya. "Sini!"

Sunghoon berjalan mendekat dengan senyum tipis di wajahnya. "Nah, lo puas-puasin dah tuh nanya. Gue pensi dulu, wassalam." Setelahnya Heeseung menjauh dan berjalan keluar ruangan.

Biasalah, mau ke kantin rumah sakit.

Pesugihan.

.gg









"Hoonie!" Panggil Jake antusias.

Seketika pandangan Sunghoon berubah datar saat sampai di samping Jake. "Lo kenapa?" Tanyanya mengintimidasi.

Jake menaikkan selimutnya, sedikit menenggelamkan separuh wajahnya disana. Hingga tersisa bagian hidung hingga mata, menatap Sunghoon dengan pandangan takut.

"N─nggak apa," Jawabnya seadanya.

Sunghoon menghela nafas, tangannya menarik selimut Jake sampai sebatas dada. "Gue khawatir. Gak mau kasih tau alasan kenapa kemarin pingsan? Bahkan sampai mimisan, dan di rawat kayak gini."

"─Jangan lupa, gue itu pacar lo." Lanjutnya.

Jake menggigit bibir bagian dalamnya, menahan rasa gugup yang kembali menyerangnya seketika. Saliva-nya ia telan susah payah,

"S─sunghoonnya jangan serem gitu, Aku takut.... (っ- ‸ - ς)" Jake menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Seketika tatapan Sunghoon melunak. "Iya, sayang. Aku tanya sekali lagi, kamu kenapa?" Tanyanya dengan selembut yang ia bisa.

Jake mengintip dari sela-sela jarinya, lalu menurunkan tangannya perlahan. Dia menatap jari-jemarinya, dan memainkan kuku jarinya yang bisa dibilang lumayan lentik itu.

"Ini kenapa jadi mendadak soft gini yaa..." Gumamnya.

"Biar rasanya beneran kayak orang pacaran." ─Oknum PSH, yang ternyata mendengar gumaman miliknya.

"Tapi.. Biasanya orang pacaran itu agak alay lhoo,"

"Alay gimana?"

"Kayak gini," Jake menggantung ucapannya.

"K─kamu udah makan belum?"

Sunghoon menangkap yang dimaksud Jake. "Oh gitu!" Dan dia-pun hendak melanjutkannya.

"Kamu lagi ngapain?"

"Sudah berak belum?"

"AOWKWKWK!"

Mereka berdua tertawa akibat jokes recehannya barusan. Tapi memang iya sih, kebanyakan versi orang pacaran tuh kayak gitu. Berarti Jake gak salah dong, iyakan? Iyain aja wes lah.

"Oke, serius lagi serius. Gue─"

"Pake aku-kamu aja udah,"

"Oh, oke. Aku─ pfftt, BJINK AHAHAHA!"

"Kenapa ketawa, setdah."

Jake yang tertawa menggelengkan kepalanya, "Nggak-nggak, cuman agak keseleo aja waktu ngomong pake aku-kamu." Balasnya jujur.

"Ya sama sih.. Tapi berusaha aja ayo, biar tambah sweet gitu."

Jake mengangguk meng-iyakan, lalu Sunghoon kembali menatap serius. "Nah, sekarang bilang. Kamu kenapa?"

Pertanyaan Sunghoon barusan membuat Jake tersenyum, pemuda itu mengambil dan mengenggam tangan Sunghoon dengan hangat.

"Aku mau ngasih tau, tapi kamu kan bego dalam seluk-beluk pelajaran IPA..."

Sunghoon ingin ngefak dalam hati, tapi urung. Dia gantiin pakai senyum sabar. "Gak usah buka kartu,"

Jake nyengir, "Hehe, peace!" Jarinya membentuk peace sign.

"Ayo, yang serius dong kasih tempenya."

Jake menarik nafas, lalu membuangnya dengan perlahan. Jujur, dada dia sedikit berat saat bernafas.

"Aku...──"





















































"─Mengidap Sirosis,"

(✓) destiny, sungjake. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang