★ dua puluh.

3K 395 20
                                    

"Gila aja lo! Gak, gue gak mau."

Jake menolak mentah-mentah tawaran Sunghoon barusan. Dia paham betul apa yang dimaksud oleh pemuda Park itu, membayangi-nya saja sudah sangat menyeramkan.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Belum waktunya aja, lagipula gue gak mau lakuin itu sama seorang perokok." Jawab Jake.

Sunghoon terdiam, perkataan Jake barusan sedikit mencelos. Tapi mau bagaimanapun, hal yang Jake katakan tak bisa dipungkiri. Sunghoon memang sudah termasuk kategori seorang Perokok.

Dia beranjak berdiri, menghampiri Jake yang masih berdiri tak jauh darinya. "Mau bantuin gue biar berhenti?" Tanyanya.

Jake menatap Sunghoon yang sudah berada dihadapannya. "Bantuin gimana?" Tanyanya balik.

"Ya bantuin aja, cari cara biar gue bisa berhenti."

"Mmm, okay. Karna gue baik, gue bakal bantu." Balasnya.

Sunghoon memanggut, "Soal tawaran tadi, gue cuman bercanda. Pinjem kamar mandi ya," Pemuda itu mencuri kecupan pada leher jenjang Jake sebelum berlari menuju kamar mandi yang berada didalam kamar Jake.

"Brengsek," Umpatnya.

Tangannya mengusap bagian leher yang menjadi sasaran kecupan Sunghoon barusan, sensasi benda kenyal yang tiba-tiba menempel itu masih sangat terasa.

Kalau dipikir-pikir, dia tidak pernah membayangi hal seperti ini akan terjadi. Bahkan sampai ber-pacaran dengan sohib kecilnya, Sunghoon. Terlebih lagi mereka satu gender.

"Dasar gila."















































****

"Nih, permen."

Jake menyodorkan sebuah permen batangan, dan diterima baik oleh Sunghoon. Setelahnya keningnya berkerut, "Buat?" Tanyanya.

"Daripada hisap Rokok terus, mending hisap permen." Jawab Jake.

Sunghoon menurut, dia membuka bungkusan plastik yang membungkus permen tersebut. Lalu memasukkan permen itu kedalam mulutnya, merasakan sensasi manis dan asam yang menyatu dari permen yang ia emut.

"Siniin Rokoknya,"

"Gak ada."

"Bohong, gue tau ada disaku celana sebelah kanan lo."

Pemuda yang lebih tinggi merotasikan bola matanya malas, memberikan sekotak Rokok Sampoerna Mild pada pemuda manis disebelah kirinya. Sebenarnya hatinya tidak ikhlas, namun harus dilakukan supaya kebiasaan merokok-nya bisa hilang.

Rokok itu sebenarnya sudah candu bagi Sunghoon, sangat candu. Dia sudah mulai merokok dari awal duduk dibangku SMA. Apakah Jake tau? Tentu saja, tidak. Dia merahasiakan hal ini dari pemuda itu, biarkanlah Jake hanya tau bahwa Sunghoon mulai merokok dari sewaktu dia kecelakaan.

"Rokok itu gak baik, bisa bikin paru-paru lo rusak." Celetuk Jake.

Kini mereka tengah berada dibalkon kamar Jake, merasakan angin malam yang menerpa kulit mereka. "Iya, tau." Balas Sunghoon.

"Terus? Kalo udah tau, kenapa malah ngerokok?" Tanyanya.

"Gak tau, pengen aja."

"Nanti kalo udah kecan─ humph!"

Omongan Jake terpotong, dikarnakan Sunghoon yang tiba-tiba memasukkan permen yang sebelum dia emut kedalam mulut Jake. Membuat pemuda itu terpaksa menghentikan ucapannya.

"Kok dikasih ke gue?!"

"Biarin, gue gak biasa makan permen gituan."

"Dibiasain! Kalo gak kayak gitu, gimana mau berhenti ngerokok? Wacana doang yang ada," Balas Jake.

Dia lanjut mengemut permen yang tadi dimasukkan paksa kedalam mulutnya. Menghiraukan Sunghoon yang terus-terusan membasahi bibirnya menggunakan lidah.

"Jake, minta sebatang. Mulut gue asem,"

"Gak."

"Ayolah, sebatang doang. Biar duit gue gak terlalu mubazir,"

"Siapa suruh beli Rokok."

Sunghoon berdecak, dia berusaha mengambil kotak Rokoknya yang sekarang berada ditangan kiri Jake. Pemuda yang lebih pendek jelas tidak akan membiarkan Sunghoon mengambilnya lagi, dia terus menghindar.

"Satu doang, serius."

"Satu juga nanti lama-lama jadi nagih,"

Tanpa disadari, posisi mereka sekarang sudah mentok berada dipagar balkon, yang membatasi antara kamar Jake dan halaman belakang rumahnya. Dengan punggung Jake yang menempel sempurna pada pagar.

Sunghoon terlihat mengunci pergerakan Jake, dia mengapit kedua kaki Jake menggunakan kakinya. Kedua tangan Jake juga ikut ia tahan.

"Nah, kalo gini jadi gampang rebutnya."

Dia terkekeh, kemudian mengambil kotak Rokok miliknya dengan sangat mudah. "Anjing," Umpat Jake.

"Nanti kalo paru-paru lo rusak, sama aja kayak memperdekat diri dengan Tuhan."

"Kalo mati muda tau rasa,"

"Pokoknya nanti gue bakal foto didepan batu nisan punya lo."

Sunghoon tidak menanggapi dan fokus dengan ocehan yang Jake keluarkan, fokusnya hanya satu. Yaitu bibir ranum nan tebal milik Jake, bibir plum itu terus-terusan bergerak terbuka dan tertutup seiring sang empu mengeluarkan ocehan. Membuatnya salah fokus, alias salfok.

"Tuhkan, sekarang malah bengong. Kalo kesambet, tolong jangan cekik gue."

Sunghoon tersadar, dia mengedipkan matanya beberapa kali. "Mau bener-bener bantu gue biar berhenti ngerokok?" Tanyanya.

Jake mengangguk malas, "Nanya mulu ih, gue serius mau bantu." Jawabnya.

Satu ujung bibir Sunghoon naik keatas, membentuk sebuah senyuman aneh. "How about your lips?" Tanyanya lagi dengan tiba-tiba.

"Maksudnya?" Dia mengerenyit.

"Permen udah gue coba, dan itu gak mempan sama-sekali. So, can i try with your lips?" Sunghoon sedikit membungkukkan badannya, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Jake.

Jake yang ditanya seperti itu jelas terkejut, matanya membulat. Dia bingung harus melakukan apa, "Umm.."

Diluar kendali Jake, kepalanya mengangguk tanpa diduga. Menuai sebuah senyuman puas yang terukir jelas diwajah seorang Park Sunghoon.

Langsung saja pemuda itu mengikis jarak diantara wajahnya dan juga wajah Jake, membuat mereka bisa merasakan nafas satu sama lain.

"Let me try it,"



























































🤡🤡🤡

ꗃ. kelabumi,
November, 2021.

(✓) destiny, sungjake. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang