-Tigapuluh-

66 3 0
                                    

Hari semakin malam, pembicaraan antar kedua pihak belum juga selesai. Yena sudah mulai merasa bosan, kedua orangtuanya malah masih asik mengobrol.

Srett

Atensi semua nya beralih pada Jimin yang berdiri dari duduk nya.

"Permisi, saya ijin ke toilet."-ucap Jimin dengan sedikit membungkuk sopan.

Setelah ijin pamit untuk ke toilet, Jimin pun pergi dari sana.

Melihat Jimin pergi dari sana, Chanyeol pun menempati tempat duduk Jimin. Ingin mengobrol dengan yena agar lebih dekat dan tidak lagi canggung.

"Kamu bener sekelas sama Jimin?."-tanya Chanyeol pada yena.

"Iya bener."-jawab yena.

"Apa kalian deket?."-tanya nya lagi.

"Iya, kita deket bahkan udah sahabatan cukup lama. Dia juga sering cerita tentang abang nya."-jelas yena.

"Dia cerita apa tentang saya?"

"Dia bilang, Abang nya itu baik banget walaupun kadang suka ngeselin."-jawab yena sedikit terkekeh.

"Ah begitu."-ucap Chanyeol sambil menggaruk tengkuknya.

••

Di sisi lain, Jimin memang pergi ke toilet. Tapi setelah itu, dia tidak langsung kembali ke tempat tadi. Dia pergi ke taman kecil yang berada di belakang restoran tersebut.

Dia masih berpikir kenapa bisa yena yang di jodohkan dengan kakak nya(?).

Ini tidak adil bagi nya. Dia yang selama ini mencintai yena, tapi dengan cepat semua itu berubah. Apa memang takdir tidak membiarkan mereka bersama? Ah ini sulit di jelaskan.

Jimin tidak sekuat itu. Jimin tidak mungkin bisa menahan diri, membiarkan kedua mata nya menyaksikan wanita yang dia cintai selama ini menikah dengan kakak kandung nya. Membayangkan nya saja sudah membuat dia meneteskan air mata.

Jangan bilang lelaki yang menangis itu adalah lelaki yang lemah. Justru karna saking bingung nya dia melampiaskan amarahnya, hanya air mata lah yang akhirnya menetes tak tertahan.

Jimin ingin sekali marah, tapi dia tidak bisa dan merasa tidak berhak. Sedang bergelut dengan pikiran sendiri, Jimin tidak sadar bahwa ada yena yang sudah duduk di samping nya.

"Woi!"-tegur yena sambil menyenggol bahu Jimin.

Jimin sadar dan melirik yena sebentar.
"Ngapain lu di sini?"

"Gua abis dari toilet, lu sendiri ngapain bengong di sini malem-malem sendiri lagi. Ga takut kesambet?"-yena

"Ga. Udah sono lu mending balik, ntar calon suami lu nyariin."

"Bodoamat. Terserah gua lah mau dimana aja."

Jimin hanya melirik sinis yena, lalu melanjutkan acara bengong nya yang tadi sempat terganggu dengan kedatangan yena.

Cukup lama tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Jimin pikir jika dia diam dalam waktu yang lama, yena akan pergi karna bosan. Ternyata tidak. Yena masi tetap stay di situ.

"Btw selamat ya."-ucap Jimin.

"Buat apa?"-tanya yena.

"Buat perjodohan lu."

"Sebenernya gua ga mau di jodohin, mau nya ketemu jodoh."

"Ya mungkin emang jodoh lu abang gua."

"Bukan. Bukan itu maksud gua."

Jimin menatap yena dengan alis yang terangkat.

"Gua cinta sama orang lain."-ucap yena menjawab tatapan jimin.

BRUTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang