EE | 8

387 28 0
                                    

Gue termenung berdiri di balkon kamar. Hal yang selalu gue lakuin saat weekend setelah mandi pagi.

Biasanya gue termenung karna pemandangan yang indah banget dari balkon kamar gue di rumah.

Kali ini, pikirian gue bertengkar saling mengeluarkan pendapatnya.

Obrolan tadi malam masih tak bisa gue pahami.

Benar, gue selalu berandai-andai punya kakak cowok. Tapi kalau kakak cowoknya sedingin es di kutub kayak Kak Jarvin, mana ada bahagianya gue!

Dia bahkan ga bertanya lebih lanjut tentang hal itu.

Apa dia sebenarnya udah tau?

Kalau pun dia tau, kenapa dia kaget pas gue buka pintu kamar mandi?

Sebenarnya siapa Kak Jarvin itu?

"Minggu lalu mama masih ngebangunin gue nyuruh sarapan terus ngerjain tugas. Waktu emang ga ada yang tau ya." gumam gue saat mendengar cacing di perut gue unjuk rasa.

Gue turun menuju dapur, terlihat Kak Jarvin sedang memakan roti sambil memainkan handphonenya.

Gue duduk di sofa ruang keluarga untuk menyalakan TV.

"Wah! Kok ada dramanya Song Joong Ki oppa!"

Kak Jarvin membawa roti dan gelasnya sambil berjalan keluar apartment.

"Dia keganggu ya?" Batin gue, "Ah bodo amat! Nonton di TV kan layarnya lebih besar."

Gue mengambil roti dan membuat teh untuk sarapan sambil menonton drama.

Bel apartment berbunyi. Gue berjalan ke arah layar kecil yang berada di dekat pintu masuk.

"Paket atas nama Casey Zarletta Juan dari SMA Pelita Nusantara." kata lelaki usia dua puluh lima tahunan dengan topi bertulisan jasa antar paket itu.

Gue membuka pintu dan menerima paket tersebut.

Handphone gue berdering dengan menampilkan nama Zayyan.

"Annyeonghaseo." Kata gue saat mengangkat telepon Zayyan.

Tak ada jawaban dari Zayyan.

"Ja!" Kata gue lagi.

"Nah ini Baru Casey."

"Hahaha tadi juga Casey."

"Iya, tapi Casey yang tadi lagi kesurupan oppa korea."

"Sialan."

"Kok chat gue tadi malam ga dibales? Nyampe jam berapa?"

"Ada hal yang ga terduga."

"Hah?! Tapi lo gapapa kan?"

"Gapapa." Jawab gue sambil membuka paket, "Ja, lo tau ga —"

"Ga tau."

"Belum kelar gue ngomongnya."

"Hahahaha iya iya, apa?"

"Masa gue punya kakak cowok."

"Lo lagi nonton drama korea yang judulnya apa?"

"Ish! Beneran, bukan oppa korea."

"Terus?"

"Ya ga ada terusannya."

"Bukannya lo anak tunggal ya, Kei?"

"Heem, gue juga bingung."

"Terus kok lo bisa bilang lo punya abang?"

Saat gue menceritakan kejadian dan obrolan tadi malam, bel apartment berbunyi lagi.

"Hah paket lagi?" gumam gue.

"Ambil dulu, tapi jangan dimatiin teleponnya." Pinta Zayyan.

Gue mengambil paket dan duduk kembali di sofa, "tadi lo nanya apa, Ja?"

"Kok bisa lo punya abang?"

"Papa ga jelasin."

Paket pertama berisi seragam sekolah lengkap dengan petunjuk hari pakainya.

"Itu beneran abang lo atau karyawan bokap lo yang udah dianggap anak?" Tanya Zayyan.

Gue diam sebentar memikirkan pertanyaan Zayyan sambil membuka paket kedua.

"Awalnya gue mikir gitu, karyawan papa atau supir. Tapi tadi gue liat ada surat perlombaan basket antar SMA di meja makan."

"Mungkin dia panitianya?"

"Ah ga tau."

"Lo ga takut?"

"Takut kenapa?"

"Ya orang jahat."

"Hmmm," gue membuka-buka buku yang berasal dari paket kedua, "agak takut sih, soalnya dia dingin banget kayak es di kutub."

"Dingin gimana?"

"Sikapnya, cara dia nanggepin pas gue kaget terus dia suka pergi aja gitu kalo ketemu gue di rumah."

"Hati-hati lo, Kei."

"Ja, gue penasaran."

"Penasaran kenapa?"

Bel apartment berbunyi untuk ketiga kalinya.

"Ish! Paket apalagi sih? Kenapa itu sekolah ga kirim paket jadi satu?" Gue beranjak dari sofa untuk membuka pintu.

"Atas nama Jarvin Aarav Mallory."

Gue mengambil paket sambil membaca nama penerima di kotak paket itu. Pintu dibuka dari luar oleh seseorang.

Kak Jarvin langsung mengambil paketnya dan berjalan ke kamarnya.

"Mencurigakan banget, beli apaan tuh dia?" Gumam gue.

"Bentuk paketnya gimana emang?" Tanya Zayyan.

"Kotak aja." Jawab gue sambil menutup pintu.

"Jangan-jangan dia beli barang buat bunuh orang, Kei?"

"Ish! Jangan bikin takut."

"Kalau ada apa-apa, bilang gue ya."

"Okay!"

"Weekend mau ngapain?"

"Beresin barang-barang aja. Lo ada kerjaan?"

"Ada."

"Apa?"

"Mencari tau kabar Casey."

Gue tersenyum, "sekarang udah tau?"

"Udah, katanya halusinasinya punya abang jadi kenyataan, tapi kayaknya abangnya ga menyenangkan. Gue jadi khawatir."

"Jangan khawatir, gue tau cara lari dari masalah."

"Ya begitulah anak kecil, suka lari-lari," lanjut Zayyan, "dipikiran gue."

"Halah! Dah dah dah gue mau beres-beres dulu! Bye, Ja!"

"Gue mau tidur lagi."

Gue mematikan telepon dan membereskan barang-barang yang masih berantakan di kamar gue.



- xoxo, ririrei -

EX ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang