EE | 24

209 23 0
                                    

Bel apartment terdengar saat gue sedang menyisir rambut. Ya, sabtu ini gue sudah berjanji untuk bertemu dengan Zayyan.

"Kei, ini Zayyan nya udah dateng." Terdengar teriakan papa dari ruang keluarga.

Gue mengambil tas selempang berisi tisu dan sekantong kecil makanan kucing yang biasa gue bawa lalu keluar kamar untuk menemui Zayyan.

"Udah lama, Ja?" Tanya gue saat melihat Zayyan sedang menonton TV di ruang keluarga.

"Lumayanlah, udah sehari."

"Jiwa lo sehari disini, raga mah baru sepuluh menit."

"Tau aja."

"Papa kemana? Tadi yang bukain pintu siapa?"

"Om Juan yang bukain tadi tapi lagi di kamar mandi."

"Tunggu papa sebentar ya, sekalian pamit." Ucap gue sambil duduk dan membaca cerita di Wattpad.

"Lo udah sarapan?" Tanya Zayyan.

"Udah tadi makan bubur. Lo udah?"

"Belum, disini ada kantin ga? Nanti gue mau beli roti atau kue."

"Ada di lantai bawah."

"Oh yang dekat parkiran motor itu kantin apartment?"

Gue mengangguk, "emang lo kira apa?"

"Gue kira cafe yang bukan bagian dari apartment. Harganya aman ga?"

"Aman."

"Buat kantong gue?"

"Kantong lo kantong pelajar atau kantong sugar daddy?"

"Sugar daddy kata lo? Gue kesini tuh perlu nabung dulu sebulan."

Gue tertawa mendengar kejujuran Zayyan.

"Loh belum berangkat?" Tanya papa saat keluar dari kamar mandi.

"Belum, kan mau izin dulu sama Om Juan kalo saya bawa Keisi."

"Gentleman! Jam sembilan harus udah pulang ya." Kata papa sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

"Jam delapan juga paling udah pulang, pa. Kasian nanti Ja pulangnya kemalaman juga." Ucap gue sambil mengulurkan tangan untuk salim, begitu juga Zayyan.

"Hati-hati bawa motornya ya. Kei ada helm?" Papa mengulurkan tangan ke gue lalu ke Zayyan.

"Saya bawa dua helm, Om. Tenang aja." Jawab Zayyan.

Angka pada lift menunjukan bahwa lift sedang menuju ke lantai bawah dari lantai empat belas dan Zayyan menekan tombol agar lift terbuka tepat di lantai lima.

"Tetangga lo yang 523 itu cowok?" Tanya Zayyan saat sedang menunggu pintu lift terbuka.

"Kayaknya pasangan muda sama anak cewek masih TK. Kenapa emang?"

"Kak Jarvin di rumah?"

"Hah? Kak Jarvin?"

Zayyan mengangguk, "ada di rumah atau di luar?"

"Gue ga tau. Kenapa emangnya?"

"Tadi pas pintu lift ini terbuka, ada cowok yang nunggu di lantai ini. Terus gue keluar dari lift, dia masuk ke lift. Jadi gue pikir itu tetangga lo atau Kak Jarvin."

"Bukan pengantar paket?"

"Bukan."

"Mungkin iya itu Kak Jarvin. Kenapa?"

"Kayak pernah lihat."

"Dimana?"

Pintu lift terbuka tepat di angka lima.

"Rapih bener nih ketua OSIS." Kata gue saat melihat Kak Zayden berada di dalam lift.

Gue menekan tombol untuk menutup pintu lift  dan tombol yang mengarahkan lift ke lantai bawah. Gue terus memperhatikan angka yang terus berkurang mengikuti lift yang turun menuju lantai bawah.

1

Lift menunjukan angka satu, tempat dimana kantin apartment berada. Jika terus turun ke lantai bawahnya lagi akan menuju ke parkiran basement.

Zayyan tiba-tiba menggenggam tangan gue dan sedikit menarik gue keluar dari lift.

"Jaaa, ke kanan!" Kata gue saat Zayyan berjalan ke arah kiri, "katanya mau ke kantin dulu?"

"Ah iya lupa." Ucapnya sambil merangkul pundak gue dan berjalan menuju kantin, "laper. Jadi lupa ingatan."

"Lupa ingatan juga kalo tangan lo itu berat?" Tanya gue sambil melepas rangkulan Zayyan.

Zayyan hanya membalas dengan terkekeh dan ia memesan roti bakar serta sebotol kecil air mineral.

"Mau langsung makan disini atau gimana?" Tanya gue.

"Sambil jalan aja ke motor, pasti langsung habis."

Benar, roti bakar dan air mineral yang Zayyan pesan langsung habis, tepat disaat gue dan Zayyan berdiri di dekat motornya terparkir.

Gue mengambil selembar tisu dan mengusapkan pada sudut bibir Zayyan, "iya langsung habis, tapi belepotan kayak bayi."

Zayyan tersenyum lebar sambil mengambil tisu di tangan gue untuk dilipat menjadi kecil dan dimasukan ke dalam saku jaket denimnya.

"Sampah kok dimasukin ke saku?" Tanya gue.

Zayyan membuang sampah tempat roti bakar dan botol mineral lalu menyalakan motornya sambil memberikan gue helm tanpa menjawab pertanyaan gue. Gue memakai helm yang diberikan Zayyan dan naik ke atas motornya.

Gue merindukan jalan-jalan dengan motor ini.

Dengan yang mengendarainya juga.



- xoxo, ririrei -

EX ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang