EE | 34

44 14 0
                                    

"Ca, lo mau pulang bareng gue lagi?" Tanya gue kepada Gavesha saat bel pulang berbunyi.

"Tentu dong! Gue kangen banget bercanda sama lo." Jawab Gavesha sambil memasukan buku ke dalam tasnya, "gue sebenarnya takut jadi musuhan sama lo."

"Gue juga takut." Ucap gue, "Oh iya, gue mau ke ruang OSIS dulu. Mau kasih daftar project ke Kak Galen."

Gavesha mengangguk tanda setuju.

"Ca," panggil gue pelan.

"Kenapa, Kei?" Tanya Gavesha menghentikan langkahnya sebelum keluar dari kelas.

"Gue takut sama pandangan orang-orang tentang gue."

"Kenapa takut? Kan lo dijagain Kak Zayden?"

"Hah?"

"Ini loh," ucap Gavesha sambil menekan plester luka di pelipis gue, "dari Kak Zayden kan?"

"Aw! Sakit tau."

"Sorry hahaha. Pokoknya lo ga perlu takut sama pandangan orang lain. Karena lo ga bisa ngatur mereka semua."

Gavesha memeluk lengan gue dan berjalan menuju ruang OSIS.

"Loh kok ruang OSIS nya dikunci?" Tanya gue saat Kak Zayden keluar dari ruang OSIS dan mengunci pintunya.

"Lo berdua mau pakai?" Kak Zayden bertanya kepada gue dan Gavesha.

"Enggak, gue mau kasih daftar project yang lo suruh kemarin ke Kak Galen."

"Oh, Galen mau jemput pacarnya di bandara."

"P-pacar?" Gue refleks melihat ke arah Gavesha, begitu pun Gavesha yang melihat ke arah gue.

"Yaudah, Kak ini kertasnya titip di lo aja sekalian ya?" Kata Gavesha sambil merebut kertas yang ada di tangan gue untuk diberikan kepada Kak Zayden.

"Boleh, nanti gue diskusiin sama Galen. Soalnya mau ketemuan di apartmentnya Jarvin juga."

"Sial! Gue harus tunggu di rooftop lagi nih." batin gue.

"Okay, Kak! Makasih banyak ya." Ucap Gavesha sambil menarik lengan gue untuk segera pulang.

"Keisi nya dijagain ya, Ca!" Teriak Kak Zayden.

"Apa maksudnya? Lo jagain gue?" Bisik gue.

"Iya, soalnya yang seharusnya jagain lo lagi sibuk."

"Siapa yang seharusnya jagain gue?"

"Yang kayaknya suka sama lo."

"Ada yang suka sama gue?"

"Haduh! Lo pasti lagi mikir pandangan orang lain tentang kabar fitnah itu kan? Ya ada dong yang suka sama lo."

Siapa? 

Kak Galen? 

Tapi Kak Galen punya pacar. 

Kak Galen jemput pacarnya di bandara? 

Kenapa Laquitta malah gencar banget buat bully gue padahal Kak Galen udah punya pacar? 

Apa Laquitta ga tau? 

Atau Laquitta cuma jadiin gue pelampiasan amarahnya?

"Siapa ya pacar Kak Galen?" Tanya Gavesha saat berada di dalam LRT membuyarkan lamunan gue.

"Ca, gue mau ngomong sesuatu." Kata gue.

"Lo galau ya?"

"H-hah?"

"Lo mau bilang kalau lo galau karena Kak Galen punya pacar?"

Gue menggelengkan kepala, "ada sesuatu yang ga bisa gue sembunyiin dari lo."

"Yaudah gue bisa mampir ke apartment lo sekarang."

"T-tapi kalau sekarang, harus tunggu di rooftop dulu."

"Ini kan ga telat pulangnya? Teman kakak lo udah di apartment?"

"Kayaknya udah."

"It's okay! Gue penasaran juga pemandangan dari rooftop itu gimana."

LRT akhirnya berhenti di Stasiun Delyth.

Gue dan Gavesha berjalan menuju Apartment Delyth sambil memberi makan kucing yang berkeliaran di sekitar apartment.



- xoxo, ririrei -

EX ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang