EE | 19

269 20 0
                                    

Gue berjalan sedikit lebih cepat agar tidak diikuti oleh Kak Zayden.

"Jangan kabur dong, gue ga tau mau ngikutin siapa lagi yang ke arah Apartment Delyth." Kak Zayden tetap berjalan mengikuti gue.

"Katanya lo punya temen yang tinggal disitu juga? Kenapa ga bareng dia aja?"

"Jarvin maksud lo?"

"Siapa lagi?"

"Dia lagi berunding mau lanjut jadi ketua basket atau ketua MPK?"

"Kalau dua-duanya jadi ketua ga bisa?"

"Bisa kalau mampu."

"Emang Kak Jarvin ga mampu?"

"Mampu, tapi gue ngerasa akhir-akhir ini dia lebih jadi pendiam daripada Galen."

"Jadi di kelompok lo ada urutan terkalem sampai terbrutal?"

Kak Zayden tertawa mendengar pertanyaan gue, "iya juga ya terkalem Galen harusnya, tapi sekarang jadi Jarvin menurut gue."

"Terus kalo yang terbrutal elo?"

"Enggalah, nomor satu terbrutal si Gavin. Gue nomor dua."

"Nomor dua terbrutal?"

"Terkalem pengennya."

"Ga cocok."

"Iyasih, sadar diri juga gue."

"Lo deket banget ya sama Kak Jarvin?"

"Banget, udah dikatain sama Gavin kalau gue dan Jarvin kayak saudara kandung."

"Sedeket itu?"

"Iya, lo mau tau apa tentang Jarvin, gue lulus jawabnya semua."

"Kak Jarvin itu anak tunggal?"

"Engga, gue abangnya."

"Lo lebih cocok jadi abangnya sahabat gue sih, sifatnya hampir sama kayak lo."

"Siapa sahabat lo? Anak Pelita Nusantara juga?"

"Bukan, anak smanen."

"Oh gue tau, pernah tawuran itu sama Pelita Nusantara."

"Hah? Tawuran?"

"Iya, tapi kayaknya kedua sekolah berhasil menyembunyikan fakta tawuran waktu itu deh jadi peminat yang mau daftar di kedua sekolah masih banyak."

"Tawuran kenapa?"

"Tim basket mereka kalah lawan Pelita Nusantara terus kan Jarvin udah jadi kapten basket dari kelas sepuluh, dikatain tuh sama mereka."

"Dikatain gimana?"

"Kayak bocah ingusan sok-sokan jadi kapten, menangnya karna nyogok juga. Gitu deh pokoknya."

"Terus?"

"Terus Gavin marah waktu itu tapi ga nyangka aja mereka nyerang sekolah kita besok harinya."

"Gue ga tau ada berita itu."

"Mungkin karna lo siswi baru jadi ga tau apa-apa. Oh iya, siapa temen lo yang di smanen?"

"Lo ga kenal juga sih, ga mungkin juga dia ikut tawuran waktu itu. Soalnya dia kan juga siswa baru."

"Mungkin aja kenal dia adiknya siapa gitu?"

"Namanya Zayyan, dia ga punya kakak."

"Zayyan?" Kak Zayden menoleh ke arah gue seakan gue menyebut nama yang iya kenal.

Gue mengangguk, "iya Zayyan. Kenapa lo ngeliatin gue?"

"Ah, enggak. Unik namanya."

"Susah namanya buat diucapin."

"Terus lo masih ada komunikasi sama dia?"

"Masih, tapi beberapa hari ini dia lumayan lama balas chat gue. Mungkin dia lagi ada gebetan baru."

"Terus lo cemburu?"

"Enggalah, gue kan sahabatnya."

"Kirain."

"Kok jadi bahas gue sih?"

"Loh emang mau bahas siapa? Oh Jarvin ya tadi? Ah, hidup Jarvin ribet. Ga cukup nih waktunya." Kata Kak Zayden saat lift apartment menunjukan angka lantai 4.

"Iya juga ya, ga kerasa juga ngobrol sama lo." Pintu lift terbuka tepat diangka 5, "gue duluan ya."

Gue keluar dari lift apartment menuju pintu 524.



- xoxo, ririrei -

EX ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang