EE | 30

113 17 2
                                    

Papa menghentikan mobilnya setelah masuk ke dalam area parkir pantai. Gue keluar dari mobil dan langsung berlari menuju bagian pasir pantai. Tak lupa melepas sendal saat kaki gue menginjak pasir pantai.

"Kei!" Teriak papa yang sudah siap disamping jet ski.

Papa pasti selalu mengajak gue dan mama naik jet ski saat sedang mengunjungi pantai.

"Berdua sama Jarvin ya," ucap papa, "papa mau online meeting dulu."

Gue melihat Kak Jarvin menganggukan kepalanya lalu berjalan mendekati jet ski.

"Ikut gue atau hari ini lu ga senang?!" Teriak Kak Jarvin.

Gue berlari ke arah Kak Jarvin dengan semangat.

"Dia lupa kalau benci sama gue atau dia cuma acting jadi akrab sama gue?" Batin gue, "apapun alasannya, yang penting gue senang hari ini."

Gue dan Kak Jarvin menggunakan pelampung yang berbentuk rompi sambil mendengarkan penjaga pantai menjelaskan cara mengendalikan jet ski.

"Lo jangan bikin gue jatuh. Gue ga bawa baju ganti." Ucap gue memberi peringatan karena Kak Jarvin yang akan mengendalikan jet ski.

"Tenang, gue udah jago. Ayah selalu ajarin gue"

"Ajarin Kak Jarvin?" Batin gue, "sebenarnya perlakuan papa ke gue dan ke Kak Jarvin itu sama dan adil. Tapi karena nama Juan, Kak Jarvin jadi benci sama gue?"

Cipratan air menyadarkan gue dari lamunan.

"Are you okay?" Tanya Kak Jarvin.

"Agak kaget tadi airnya nyiprat!"

"Hahaha sorry, gue mau coba ngelawan ombak."

"Coba lagi! Gue udah bersiap diri!"

Kak Jarvin mengarahkan jet skinya ke arah ombak.

Cukup menyenangkan bermain jet ski dengan Kak Jarvin.

Ah, seandainya lo lebih terbuka sama gue buat cerita tentang lo, gue ga bakal jadi overthinking.

Gue ga perlu menunggu di rooftop apartment sampai teman-teman lo pulang dari apartment.

Tapi, buat mengakui kalau gue itu adik lo aja, gue yakin lo ga punya niat itu.

"Kok sebentar banget mainnya?" Tanya papa saat gue dan Kak Jarvin berjalan ke salah satu tempat beristirahat yang ditempati papa.

"Tiga puluh menit aja." Jawab gue, "papa udah selesai meetingnya?"

Papa mengangguk, "mau main jet ski lagi atau mau makan seafood?"

"Udah puas main jet skinya, tapi ga mau makan seafood juga soalnya menunggu daging di all you can eat." Ucap Kak Jarvin.

Gue mengangguk karena menyetujui ucapan Kak Jarvin, "Kei mau ke batu besar itu dulu, kayaknya adem banget."

"Okay, hati-hati ya."

Gue berlari menuju batu besar dan duduk untuk menikmati pemandangan.

Gue menatap langit biru yang cerah.

"Mama apa kabar? Mama lihat Kei disini? Kei kangen banget." Gumam gue

"Emang nyokap lo meninggal karena apa?" Tanya seseorang sambil memposisikan duduknya di sebelah gue.

"Karena sakit." Gue diam sejenak dan melanjutkan perkataan gue, "sakitnya kambuh karena operasi beberapa pasien diluar jadwal mama. Jadinya kecapekan."

"Lo ngerasa hidup lo ga adil?"

Gue mengangguk, "kenapa ga ada yang selamatin mama?"

"Teriakin aja apa yang jadi beban lo selama ini."

Gue menggelengkan kepala, "kalau tentang mama, gue berusaha ikhlas."

"Yaudah gue aja yang teriak," ucap Kak Jarvin sambil mengubah posisi untuk berdiri, "GUE SAYANG BANGET SAMA LO, CHARISSA!"

Gue refleks berdiri dan berjalan menuju tempat papa duduk, "geli banget dih!"

Gue membuka aplikasi untuk menonton drama agar teralihkan dari teriakan Kak Jarvin yang masih menggema di telinga gue.

"Udah sore, yuk pindah ke restoran all you can eat." Ajak papa saat Kak Jarvin menyusul ke tempat istirahat.

Gue cukup gila kalau soal memakan daging dan ya, gue sangat menikmati dan bahagia jika diajak makan di restoran all you can eat. Mungkin restoran all you can eat bakalan rugi kalau gue menjadi pelanggan setia.



- xoxo, ririrei -

EX ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang