12. haitani rindō - kampus

9.5K 287 4
                                    

HARI SEMAKIN MALAM. sepasang kekasih sedang belajar di perpustakaan, hingga tanpa mereka sadari kalau jarum jam sudah menunjuk ke angka sebelas.

"ya ampun!" [name] menepuk jidatnya karena ia baru menyadari sesuatu. "udah jam sebelas, rin! gimana sih kamu kok diem aja?"

rindō, atau yang biasa dipanggil rin itu juga ikut kaget. "hah, udah jam sebelas?! aku nggak tau kalau udah jam sebelas," ujarnya.

[name] buru-buru memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. ia menggerutu, "kamu sih kebanyakan main! kalau main itu ingat waktu, rin. tugas juga jangan di lupain."

rindō yang terkena omelan hanya bisa berdecak singkat dan meminta maaf. ia akui, semua ini adalah kesalahannya. ia terlalu banyak main sampai lupa dengan tugasnya sebagai seorang mahasiswa. hasilnya, nilainya jelek semua dan [name] sekarang membantunya memperbaiki nilai.

"ck, iya iya maaf," kata rindō. ia juga ikut membantu membereskan peralatan tulis dan memasukkannya ke dalam tasnya. saking asyiknya belajar, ia dan [name] sampai tidak sadar kalau sudah jam sebelas malam.

setelah semuanya beres, [name] segera beranjak dari tempat duduknya dan ingin segera keluar, sebab ia takut kalau dirinya akan terkunci di perpustakaan, mengingat jam sudah hampir menunjuk ke angka dua belas. biasanya, para penjaga akan mengunci seluruh ruangan di jam dua belas. maka dari itu, [name] ingin segera keluar.

tapi rindō, yang sedang duduk di kursi sofa panjang, menariknya hingga tubuh [name] terjatuh tepat di atas rindō dengan posisi ambigu. perempuan itu duduk tepat di depan rindō, sehingga ia bisa merasakan hembusan napas rindō di lehernya. tangan rindō juga melingkar di perut [name], sehingga [name] tidak bisa bergerak kemana-mana.

"kamu ngerasa nggak kalau hari ini tuh dingin banget?" tanya rindō basa-basi. tapi memang cuaca hari itu sedang dingin-dinginnya. seharian turun hujan, apalagi pendingin ruangan di perpustakaan masih menyala.

"y-ya ngerasa sih," jawab [name] terbata sebab ia merinding merasakan hembusan napas rindō yang sejak tadi menerpa lehernya.

rindō meletakkan dagunya di bahu [name]. "makanya, aku pengen di angetin," bisiknya sensual seraya bibirnya mengecup permukaan leher [name].

bulu kuduk [name] berdiri. bibir rindō membuat tubuhnya memanas. ia tahu bahwa ia harus segera menghentikan apa yang rindō lakukan. karena demi apapun, mereka masih di dalam perpustakaan. dan [name] tidak ingin orang lain memergoki mereka.

[name] menggeliat, menjauhkan tubuhnya dari kecupan rindō. "rin~ jangan disini. nanti dilihat orang," bisiknya, berharap agar rindō menghentikan aktivitasnya.

rindō pun berhenti. salah satu sudut bibirnya terangkat ke atas, lalu berkata, "kalau gitu, ayo pindah ke mobil."

belum sempat [name] menjawab, rindō lebih dulu mendorong [name] hingga perempuan itu berdiri dari duduknya. setelah ia mencangklong tasnya, ia menggandeng [name] dan membawa kekasihnya itu ke parkiran, tempat dimana mobilnya berada.

rindō membukakan pintu dan menyuruh [name] masuk ke dalam mobil. setelah itu, dia juga masuk dan duduk di kursi kemudi. rindō menyandarkan punggungnya seraya tangannya menarik reclining agar sandaran joknya bisa turun ke belakang.

rindō menatap [name], memberi kode agar [name] segera melakukan tugasnya.

[name] memasang wajah was-was. "rin, ya kali di mobil? nanti ketahuan satpam gimana?"

𝐋𝐄𝐌𝐎𝐍 𝐂𝐎𝐑𝐍𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang