"Astaga." Andi menepuk dahinya berulang kali. Meli cengengesan tak jelas. "Yah-yah? Besok gak usah masuk yah, Pak?" Meli mencoba untuk bernegosiasi.
"Keluar dari kamar saya!"
"Bapak ngusir?"
"Iya. Kenapa? Sekarang!" Dengan uring-uringan, Meli melangkah keluar dari kamar Andi. "Lihat aja, Pak. Kalau besok, Bapak masuk, saya bakal puasa ngomong sama Bapak! Bahkan gak mau ngomong sehuruf pun!" Andi mengedikkan bahunya tak peduli. "Memangnya saya peduli?"
Meli melotot geram. "IHHH NYEBELIN!" Gadis itu memekik kuat, sembari keluar dari dalam kamar Andi. Meli kembali membuka pintu kamar Andi, sembari menyembulkan kepalanya. Andi yang hendak melepaskan handuknya, buru-buru merapatkannya kembali.
"Apa lagi sih?" tanya Andi kesal. Meli terkekeh kecil. "Baju Bapak terbalik. Mau ngomong itu aja, hehe!"
"Yaudah sana!" Meli segera pergi dari sana. Andi menghela napasnya. Menge-cek, kalau Meli tidak akan masuk. Namun, gadis itu kembali menyembulkan kepalanya.
"Astaga." Andi berusaha menahan emosinya. Meli tersenyum geli. "Mengenai yang tadi, Pak. Cara buat perut sixpack, gimana?"
"Kurangi bacot, banyak tingkah, dan-belajar sopan santun, di rumah orang lain." Jawaban Andi membuat Meli mengernyit heran. "Masa gitu doang, bikin perut sixpack sih?"
"Iya. Cobain aja dulu!" kata Andi kemudian mendorong kepala Meli ke belakang. Setelah itu, laki-laki itu menutup pintu.
"Loh, Pak? Saya belum selesai ngomong loh ini!"
"Peraturan berikutnya di rumah saya! Ketuk pintu sebelum masuk!" Saat itu pula, Andi mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
"Jadi saya boleh masuk, kan Pak?"
*****
Karena Meli tengah sebal dengan Andi. Pagi-pagi sekali, Meli berangkat ke sekolah dengan angkutan umum. Ia tidak menggunakan motornya, karena ia malas harus terjebak macet, di tanya-tanya sama polisi di pinggir jalan, dan banyak alasan lainnya.Bodoh amat kalau Andi akan mencarinya nanti. Intinya, Meli kesal! Tugas-tugasnya juga belum kelar. Sekarang, gadis itu tengah duduk di bangkunya dengan buku-buku yang berserakan di atas meja. Leha mengucek matanya berulang kali.
"Waduh. Lo tobat yah? Kok bisa tiba-tiba gini? Cepet banget datangnya." Meli melirik Leha malas. "Apaan sih lo. Kagak jelas." Leha terkekeh kecil, kemudian duduk di sebelah bangku Meli. "Lo tahu gak?"
"Yah enggak lah!" celetuk Meli cepat. Leha mendengus dingin. "Kan gue belum cerita! Dengerin deh!"
"Terserah. Apa emang?"
"Gue .... Nomor gue di save dong, sama Adriano. Seneng banget gue hahahaha." Meli menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Betewe, gas terus anjir. Sampai luluh hahaha." Leha mengangguk pelan, kemudian dengan cepat memeluk Meli. "Hah? Kenape nih?" Meli jelas saja bingung.
"Tetap bantuin gue deketin Adriano. Kayak waktu SMP. Oke?"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Story about Melina [END]
Teen FictionStart : 24 Oktober 2021 End : 11 Maret 2022 [BUKAN UNTUK DI COPAS] [Judul awal : Dear math teacher] Andi tak menggubris apa-apa. "Masih ada yang mau bertanya?" tanyanya. Semuanya hanya diam. Pandangan Andi beralih pada Meli. "Kamu?" tanyanya. Me...