"Yaa kan, lo temen gue juga." Meli berusaha menutupi rasa jengkelnya."Oke," kata Riano kemudian segera bangkit. Meli buru-buru menarik tangan laki-laki itu, untuk kembali duduk. Riano memandang cekalan tangan Meli di pergelangan tangannya dengan sangat dingin. Meli cengengesan, kemudian segera melepaskan cekalannya. "Mau ke mana sih?" Meli menatap Riano heran.
"Balik. Masalah buat lo?" tanya Riano. Meli terkekeh kecil. "Siniin nomor WhatsApp lo, dong. Kita kan temen," jawab Meli.
Riano memandang Meli heran. "Gue gak punya WhatsApp."
"Bohong terus lo. Sini buru!" Meli memberikan ponselnya ke hadapan Riano. Riano memandang ponsel Meli heran. "Privasi," katanya selanjutnya.
HAH? Sok banget jadi orang! Sabar, Meli. Ini demi Leha si bajingan.
Meli tersenyum lebar. Untuk menutupi rasa kesalnya. Riano terkekeh kecil. Suatu fenomenal baru yang tak pernah Meli lihat. Sosok Rion seakan-akan ada di hadapannya sekarang. Sosok yang mungkin ia rindukan. Sahabatnya dulu. Meli, Rion, dan Leha.
Rion dan Riano memiliki kepribadian yang benar-benar berbeda. Delapan puluh lima persen, beda deh.
Riano segera memberikan ponselnya. "Simpan aja sendiri," katanya. Meli tersenyum simpul. "Gitu dong!" Segera di raihnya ponsel Riano. Mengetik dua belas angka, di ponsel miliknya. "Makasih!" kata Meli, kemudian mengembalikan ponsel Riano. Riano hanya berdeham pelan, kemudian melangkah pergi.
Meli membulatkan matanya sempurna. "Woi! Seriusan gue di tinggalin? Buset."
Riano terlihat mengangguk, meskipun hanya terlihat dari belakang. Meli menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Tai, lo! Kayak artis aja. Belagu bener."
Leha segera keluar dari tempat persembunyiannya.
"Gimana? Dapet nggak?" tanya Leha semangat. Meli saja kaget di buatnya. Meli mengangguk pelan. "Ya dapat. Walau gue kesel sama tuh orang."
"Bagus-bagus. Bangga gue ama lo."
"Gue gitu loh. Apa sih yang gak bisa gue lakuin?"
Leha tertawa kecil. "Nikah sama Pak Andi." Perkataan Leha barusan, membuat Meli membulatkan matanya sempurna.
"Brengsek! Gila lo?" Meli histeris.
Leha menepuk pundak Meli pelan. "Yaelah. Canda gue mah. Ngomong-ngomong gue ke toilet dulu. Lo mau ikut gak?"
Meli menggelengkan kepalanya cepat. "Ngapain ngikut segala."
Leha tertawa terbahak-bahak. "Mau temenin gue boker apa kagak?"
"KAGAK!" jawab Meli ngegas. Leha mengangguk pelan. "Nanti, lo balik bareng siapa?" tanyanya. Meli tampak berpikir. Percayalah, di pikiran Meli, wajah Andi yang muncul.
"Hm, lo pulang duluan aja, Zul. Gue bisa pulang sendiri kok."
"Lo nyuruh gue balik? Kan gue mau boker dulu."
"Nanti! Kalau bokernya udah selesai. Gitu aja lelet tuh otak."
"Sabar, Neng. Ada asap knalpot tuh di kepala lo,"
Buru-buru Leha melangkah pergi, untuk menghindari amukan sahabat tercintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story about Melina [END]
Fiksi RemajaStart : 24 Oktober 2021 End : 11 Maret 2022 [BUKAN UNTUK DI COPAS] [Judul awal : Dear math teacher] Andi tak menggubris apa-apa. "Masih ada yang mau bertanya?" tanyanya. Semuanya hanya diam. Pandangan Andi beralih pada Meli. "Kamu?" tanyanya. Me...