Satu kelas tercengang hebat.“Meli berani bener, ya.”
“Seriusan Meli ngomong gitu?”
“Bisa gawat dia!”
“Astaga Meli. Dapat masalah lagi deh lo.” Kali ini, Leha menutup matanya kesal.
“Sebenernya udah dari dulu saya mau demo! Peraturan guru-guru di sekolah ini nggak adil. Iya kan? Tugas numpuk, cuma mau buat siswa stres namanya! Guru itu mengajarkan satu mata pelajaran sama satu siswa yang harus menguasai lima belas mata pelajaran. Jadi, yang salah di sini siapa?” tanya Meli. Bu Eka terdiam di tempatnya.
“Jadi Bu, untuk kali ini, saya bebas kan? Alasan saya kan udah tepat. Oh iya, Bu. Bunda saya nggak pernah ngajarkan saya buat ngelawan guru. Meskipun guru yang punya sifat kayak Ibu," sambung Meli.
Napas Bu Eka naik turun. “Kerjakan materi pelajaran selanjutnya.” Wanita berumur dua puluhan itu melangkah pergi dari ruangan itu. Dan dia bertemu Andi di luar. Andi menatapnya kebingungan. "Ada masalah, Bu?" tanya dia.
"Ini makanya saya nggak suka ngajar di kelas ini. Anak berandalan," ucapnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Andi.
Andi seketika terdiam. Dia tau ini ruangan Meli. Itu berarti yang di maksud Bu Eka barusan adalah Meli. Siapa lagi kalau bukan dia??
Buru-buru dia melangkah masuk.
Semua siswa-siswi di ruangan ini menatap Meli kagum. “Gila, Menn! Lo berani banget sama Bu Eka!” celetukan beberapa laki-laki di kelas itu. Meli tersenyum. “Gue gitu loh. Emang ada yang gue takuti?” tanya dia bangga.“Emak lu!” teriak teman-temannya kemudian tertawa terbahak-bahak. Meli menghempaskan rambutnya bangga. “Sabi kali, traktir rokok satu batang,” sahut beberapa laki-laki di ruangan itu.
Meli mendesis. “Enak aja lo. Sama gue aja kurang,” kata Meli. Terbesit sesuatu di kepala Andi. “Meli, merokok?” tanyanya terkejut.Begitu Pak Andi masuk, dia segera menghampiri Meli. “Ikut saya!” ucapnya kemudian melangkah pergi. “Mel. Kayaknya lo bakal dapat masalah lagi dari Pak Andi,” kata Leha. Meli berdecak malas. “Tenang aja. Udah biasa gue mah. Gue keluar dulu.” Setelah mengucapkan hal tersebut, Meli melangkah pergi mengikuti jejak Andi.
Keduanya berhenti di sebelah perpustakaan. Di sudut sekolah yang kebetulan cukup sepi. “Kamu gila? Bu Eka itu guru kamu. Kamu buat masalah apa sampai-sampai buat dia keluar kelas?!" ujar Andi. Meli menaikkan sebelah alisnya. “Bapak lihat?” tanyanya.
“Iya! Saya lihat. Perilaku memalukan itu benar-benar buat siapa aja benci sama kamu!” seru Andi. "Padahal, kamu udah janji semalam! Saya kan udah bilang. Berhenti berbuat hal yang enggak baik!" ucap Andi kesal. Meli mendengus pelan. "Saya juga bilang kan? Saya lagi mencoba! Tapi yah, gitu. Bu Eka aja yang belagu," jawabnya enteng.
"Meli! Kalau begini terus sikap kamu, gimana kalau orang benci kamu?" tanya Andi lagi. Meli mengedikkan bahunya. “Saya gak peduli. Kalau mereka benci, yah itu urusan mereka. Saya juga nggak mau maksa mereka buat suka sama saya. Gitu doang susah," ucapnya.
Napas Andi naik turun. “Dan satu hal lagi. Kamu ngerokok?” tanyanya. Pertanyaan itu membuat Meli buang muka. Cukup lama dia menjawab.
"Jawab Meli! Saya enggak ngomong sama batu."“Iya. Kenapa? Saya ngerokok. Gak bisa? Cuma cowok doang yang bisa, gitu? Cih, rokok itu bebas buat siapapun."
“Saya tahu. Tapi bukan seharusnya kamu ngerokok. Gimana pandangan orang sama kamu hah?”
“Pandangan orang? Hm, apa yah. Mereka lihat saya sebagai cewek yang di takuti. Gak ada yang berani sama saya. Badas, gak terkalahkan.” Meli mengucapkannya dengan bangga.
“Kamu tolol, apa gimana sih? Ferdy aja enggak senakal kamu! Bahkan Ferdy enggak merokok kayak kamu. Kamu taruh otak kamu di mana, Meli?" tanya Andi yang mulai emosi. Meli tertawa pelan. “Iyaa! Saya emang tolol. Bapak aja yang baru tau! Oh iya, Pak. Saya taruh otak saya di dengkul! Ukurannya juga kecil banget! Nggak kelihatan malah. Makanya saya tolol banget kayak yang Bapak bilang!" Meli mengucapkannya dengan napas naik turun.
Andi terdiam sejenak. “Gak ada guru yang ngajarin muridnya hal buruk!” ucap Andi kemudian. Meli menatap Andi marah. Kedua tangannya mengepal erat. “Kenapa Bapak harus ngurusin hidup saya? Toh kita kan gak kenal. Bapak cuman kenal Bang Ferdy! Jadi nggak usah sok kenal," tutur Meli.
“Saya ngurusin kamu, karena kamu itu sudah saya anggap seperti Raras! Adik saya sendiri!”
“Saya gak minta buat di anggap. Karena mungkin, abang saya juga gak anggap saya jadi adiknya. Karena saya TOLOL kayak yang Bapak maksud! Sementara Bang Ferdy enggak nakal kayak saya. Jadi udah yah? Berhenti ngurusin saya!” Meli kemudian buru-buru meninggalkan Andi. Namun, Andi malah menarik lengan Meli. “Saya belum selesai bicara, Meli!" katanya.
“Saya nggak peduli!” Meli berusaha melepaskan cekalan Andi. “Kamu itu tanggung jawab saya sekarang! Apapun yang berhubungan sama kamu, berhubungan sama saya juga!” ucap Andi lugas.
“Saya nggak peduli!”
“Bunda nitip kamu ke saya! Jadi mulai sekarang, hidup dalam aturan! Jangan jadi gadis pembangkang!”
“Hidup Bapak kayak udah benar aja. Nggak ada cacat-cacatnya sedikitpun!” Meli menatap Andi malas.
“Saya nggak bilang kalau hidup saya udah bener! Tapi setidaknya saya sedang berusaha untuk--” Ucapan Andi terpotong.
“Saya bilang saya nggak peduli! Bapak budeg? Korek tuh telinga! Pakai garpu kalau bisa! Saya itu orang yang nggak mau di atur-atur! Saya bener-bener pengen hidup sesuai keinginan saya sendiri! Jadi kalau Bapak nggak suka, yaudah! Saya nggak maksa kan? Kalau Bapak mau pergi, yah sono pergi. Pergi jauh-jauh! Saya nggak butuh ceramah Bapak! Nggak penting sama sekali!”
Napas Meli naik turun. Kembali ia menarik tangan Andi secara paksa dari lengannya. “Lepasin!” sentaknya yang membuat Andi melepaskan cekalannya.
“Fuck anjing!” kata Meli, sambil mengacungkan jari tengahnya. Saat itu juga, ia menginjak kaki Andi kemudian melangkah pergi.
Andi menatap kepergian Meli dengan napas naik turun, ia pikir, dengan cara menjadi seorang abang bagi Meli, seperti yang mereka janjikan semalam, membuat Meli berubah seratus persen. Rupanya sia-sia. Andi menghela napasnya dalam-dalam. Sepertinya, ia harus merancang sesuatu, untuk membuat Meli tobat jadi siswi nakal.
*****
Jangan lupa menekan tanda bintang. Semoga harimu menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story about Melina [END]
Novela JuvenilStart : 24 Oktober 2021 End : 11 Maret 2022 [BUKAN UNTUK DI COPAS] [Judul awal : Dear math teacher] Andi tak menggubris apa-apa. "Masih ada yang mau bertanya?" tanyanya. Semuanya hanya diam. Pandangan Andi beralih pada Meli. "Kamu?" tanyanya. Me...