Menghempaskan tas kesal, gadis berkulit putih itu, duduk di kursi. “Mel, kok telat masuk? Syukur guru belum masuk,” celetukan Zuleha. Teman sebangkunya, yang paling sabar. Perempuan yang selalu memberikan semangat serta nasehat-nasehat pada Meli.
Meli melirik Zuleha, kemudian menghela napas. “Mimpi apa gue semalam, sampai-sampai sial gini?” tanyanya dengan raut wajah kesal.
“Sial kenapa, Mel?” Zuleha mengerutkan keningnya bingung.
Meli menghela napasnya dalam-dalam. “Pokoknya apes banget deh!” serunya, yang membuat Zuleha tertawa kecil.
Gadis itu menepuk pundak Meli tiga kali. “Lo sebenarnya kenapa?” tanyanya. Di antara puluhan teman Meli di sekolah, hanya Zuleha yang memang sangat peka padanya. Bahkan sejak SMP. Di saat semua orang membenci Meli karena sikapnya, hanya Zuleha yang benar-benar memahaminya. Menemaninya sampai sekarang.
Dulu sih, mereka membangun sebuah geng yang namanya ‘Bukan beban keluarga’. Terdiri dari tiga orang anggota. Mulai dari Meli, Zuleha, dan Rion. Laki-laki yang sudah lama berpulang ke rumah Tuhan karena sakit kanker yang di deritanya, saat kelas delapan semester genap. Meninggal tepat, saat ujian. Alhasil, Meli dan Zuleha tak ikut ujian sehari karena harus ikut ke makam Rion. Sekarang hanya tersisa Meli dan Zuleha, yang sering di sebut Leha.
“Zul. Di sini ada pegawai honorer baru yah? Atau, suami guru?” tanya Meli sembari menatap Leha dengan tatapan penasaran.
“Lo ngapain nanya gitu ke gue.” Leha tertawa kecil. “Mana gue tahu,” sambungnya.
Meli mendesah kesal. “Ahh! Kan biasanya lo yang paling tahu tentang sekolah ini. Kenapa berita kayak gini, lo gak tahu?” Meli menatapnya sedikit kecewa.
“Lah? Emang harus tahu terus yah? Ngaco lo!” Leha geleng-geleng kepala. “Dulu sih, gue emang paling tau soal berita-berita sekolah. Tapi kan, lo yang minta supaya gue gak ikut-ikutan lagi sama grup gosip sekolah. Tapi, kalau guru baru sih, gue tahu. Ada guru baru katanya,” kata Leha.
“Guru baru? Lo, tau dari mana? Gosip sekolah juga? Lagi?” Meli tampak kaget. Buru-buru Leha menggeleng. “Bukan dari sana. Tapi dari temen sekelas.” Leha mengatakan hal tersebut, di sertai dengusan kesal di akhir kalimatnya.
“Kayaknya akun gosip kayak gitu, di hapus aja deh,” kata Meli sembari mengepalkan tangannya, mengingat kejadian apa yang menimpanya kala itu. Leha tertawa kecil. Ia tak lupa satu hal. Meli benar-benar membenci akun gosip sekolah karena dulu, wajahnya pernah viral. Viral-nya juga tidak menguntungkan bagi Meli. Malu yang ada.
Bayangkan saja! Aibnya saat mengupil tersebar di akun tersebut. Dan—semua orang hampir mengetahuinya. Itu semua terjadi karena Meli bertengkar dengan salah satu perempuan yang memegang kendali akun gosip tersebut.Kesya. Manusia yang masuk ke dalam list, orang yang paling di benci Meli.
“Geli sendiri gue ingetnya, Mel. Udah pakai caption, ‘Badgirl sekolah kita, jorok juga ya temen-temen. Ngupil kok di kelas." Perkataan Leha barusan, membuat Meli semakin emosi.
“IHHH LEHA!” Suara sentakan Meli sama sekali tidak membuat Leha gentar. Semakin ketawa yang ada. “Iya-iya. Maaf!” kata Leha pada akhirnya.
“Itu tuh, di luar ada orang songong, Zul. Banyak gaya! Ganteng sih iya. Tapi—motor gue lecet karena dia. Sayapnya juga rusak. Dia nyenggol motor gue pakai mobilnya yang bagus itu! Tuh orang emang gak punya mata apa?!” seru Meli kesal.
“Kenapa gak di suruh buat ganti rugi aja, Mel?” Leha menaikkan sebelah alisnya.
“Udah keburu kesel gue. Lagian kan, gue takut telat masuk kelas juga. Pak Samsul kan, guru paling bacot di sekolah ini. Bisa-bisanya gue di suruh bersihin toilet kayak kemarin karena telat masuk. Lo sendiri tau. Tingkat kebersihan toilet di sekolah kita itu, nol koma nol nol nol nol satu persen!” Napas Meli bahkan sampai naik turun saking emosinya.
“Tapi kan, Pak Samsul udah di ganti Mel. Udah pensiun,” kata Leha. Bola mata Meli seketika berbinar cerah. “Pensiun? De—demi apa? Kok gue gak tahu?” tanyanya kaget.
Leha berdecak kesal. "Harusnya sih ada perpisahan. Tapi perpisahannya di lakukan di ruang guru. Makanya lo gak tau. Tapi, kalau lo ngikutin akun gosip sekolah, lo pasti tau dong info-info sekolah," kata Leha.
Meli segera memasang wajah kesal. “Ini beneran udah ganti? Terus, penggantinya siapa?” tanya Meli dengan tatapan serius.
“Saya yang gantikan Pak Samsul.” Suara berat laki-laki dari belakang keduanya membuat Meli dan Leha menoleh serempak.
Leha buru-buru menunduk karena takut. Beda sembilan puluh persen dengan Meli. Sekarang, Meli malah menunjuk orang tersebut. “Nah ini. Ini orangnya, Zul! Songong. Jelek!” kata Meli cepat. Gadis itu tersenyum sarkas.
“Astaga Meli. Di—dia guru baru kita, sumpah.” Leha menutup matanya tak percaya. "Bukan temen gue, bukan temen gue." Leha memejamkan matanya.
Meli seketika mematung. Senyum yang tadi, berubah menjadi tatapan kaget sekaligus syok. Laki-laki yang baru ia bicarakan dengan Leha, tengah menatapnya dengan tatapan datar.
"Puas, kamu membicarakan guru? Di mana letak attitude kamu?" Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya. Bahkan siswa-siswi di ruangan itu, mati-matian menahan tawa. Meli menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
“Bapak ganteng kok. Asli, yang ada badaknya.”
*****
Jangan lupa tekan tanda bintang. Semoga harimu menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story about Melina [END]
Novela JuvenilStart : 24 Oktober 2021 End : 11 Maret 2022 [BUKAN UNTUK DI COPAS] [Judul awal : Dear math teacher] Andi tak menggubris apa-apa. "Masih ada yang mau bertanya?" tanyanya. Semuanya hanya diam. Pandangan Andi beralih pada Meli. "Kamu?" tanyanya. Me...