“Kenapa kamu ngajak aku ketemu di sini?” Andi memandang perempuan cantik di hadapannya dengan tatapan heran. Arini tersenyum lebar.
“Ndi, aku nyesel udah ninggalin kamu.” Andi terkekeh kecil. “Gak baik loh, ngomong kayak gitu, padahal kamu sendiri udah nikah.”
“Aku nikah atau enggak, itu semua gak ada hubungannya.”
“Jelas ada, Nii. Kamu pikir, setelah kamu nolak aku, dan memilih untuk nikah sama duda itu, aku sama kayak dulu lagi?” Perempuan di hadapannya tertawa sarkas. “Aku mau ngomong baik-baik sama kamu, Ndi. Aku mau mulai semuanya mulai awal.”
Andi terdiam. Laki-laki itu menghela napasnya, “Gimana sama suami kamu?”
“Aku bisa, dengan mudahnya minta cerai.” Jawaban Arini membuat Andi menggeleng. “Kamu pikir, pernikahan itu cuman main-main?”
“Aku nikah sama dia, cuman karena bisnis. Pernikahan itu cuman perjanjian di atas kertas. Siapa aja bisa nikah walau tanpa cinta. Kamu pikir, aku ninggalin kamu karena apa? Karena aku sama kamu itu gak punya apa-apa. Sekarang, aku udah punya segalanya. Aku bebas dong, untuk minta kamu kembali lagi sama aku?”
Andi tertawa kecil. “Semuanya udah berubah, Nii. Aku sudah punya calon istri.” Arini tersenyum mengejek. “Aku yakin kamu bohong. Memangnya kamu bisa lupa sama aku? Bukannya kamu pernah bilang kalau kamu gak bakalan bisa lupain aku?”
“Kamu pikir semua itu bakalan bertahan lama?” tanya Andi balik. “bahkan calon istri yang ku bilang barusan, gak punya sifat brengsek kayak kamu, Nii.”
Arini mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya juga berubah merah. Andi terkekeh pelan. “Kita beda jauh, Nii. Bagimu, pernikahan itu hanya perjanjian di atas kertas. Bagiku tidak. Pernikahan itu abadi. Bukan bisnis seperti apa yang kamu bilang.”
Arini segera meraih tangan Andi. “Ndi. Kamu lagi bercanda kan?” Andi segera melepaskan cekakan Arini. “Apa menurut kamu, semua yang ku katakan tadi, terkesan hanya lelucon?” Andi terkekeh geli. “kamu lucu, Arini,” sambungnya.
“Andi, aku—”
“Aku pulang dulu. Ada hal yang lebih penting dari semua pertemuan ini.” Setelah mengucapkan hal tersebut, Andi melangkah pergi. Meninggalkan Arini yang menatapnya jengkel.
*****
Meli memandang taksi yang membawa Andi untuk berangkat ke Bandara pagi ini. Perempuan itu menghela napasnya. Ia menggerakkan tangannya untuk melambaikan tangannya. “Sampai jumpa,” katanya lirih.Semoga, hubungan jarak jauh antara dia dan Andi akan berjalan lancar. Meskipun ia tahu, kalau rata-rata hubungan LDR itu tidak akan berhasil.
“Mari, Non,” kata seorang laki-laki yang umurnya kira-kira kepala tiga. Sopir yang di tugaskan Andi untuk mengantar-jemput Meli dan Raras ke sekolah. Meli memasuki mobil, di ikuti oleh Raras di belakang. Gadis SMP itu, sempat menangis tadinya, saat Andi meninggalkannya. Keadaan berubah hening. Mobil berjalan, tanpa ada percakapan di dalamnya.
Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di sekolah Raras. Raras turun begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story about Melina [END]
Novela JuvenilStart : 24 Oktober 2021 End : 11 Maret 2022 [BUKAN UNTUK DI COPAS] [Judul awal : Dear math teacher] Andi tak menggubris apa-apa. "Masih ada yang mau bertanya?" tanyanya. Semuanya hanya diam. Pandangan Andi beralih pada Meli. "Kamu?" tanyanya. Me...