BAB 4: KESEPAKATAN BERSAMA

5.2K 606 47
                                    


~ Happy Reading ~


Jeffrey dan Rosie langsung masuk ke apartement Jeffrey begitu mereka sampai. Masih tidak ada yang memulai obrolan karena keduanya masih sama-sama tidak tahu apa yang harus di bicarakan saking terkejutnya.

Anak usia delapan belas tahun yang belum lulus SMA dipaksa menjalani peran sebagai orang tua akibat dari kesahalan yang di lakukan dalam semalam. Hanya dalam kurun waktu beberapa jam perbuatan yang mereka lakukan sudah menyebabkan masalah yang dapat mempengaruhi masa depan.

Kenakalan remaja kalau tidak di tindak serius hanya akan merugikan bagi yang mengalami nya.

"Minum obat nya dulu ya, Ci. Tadi dokter bilang obat nya harus di habisin." ujar Jeffrey memulai pembicaraan dengan canggung.

Rosie hanya diam. Perempuan yang akan menjadi mamah muda itu tidak merespon ucapan Jeffrey dan hanya menatap kedepan dengan pandangan kosong.

Jeffrey menghela nafas nya karena tidak mendapat respon dari Rosie. Lelaki berinisiatif menyiapkan minum dan obat yang harus di minum Rosie dan membawa nya mendekati perempuan itu.

"Di minum dulu obat nya baru nanti kita obrolin masalah ini." ucap Jeffrey sambil menyodorkan beberapa butir obat dan segelas air putih.

Rosie menggeleng. Perempuan itu menundukkan wajah nya menahan tangis dan frustasi.

"Jangan begini, please. Bayi nya juga butuh asupan." ujar Jeffrey mencoba membujuk Rosie yang dia tahu sedang sama frustasi nya dengan dia.

Masih tidak mendapat respon dari Rosie. Yang dia dapat adalah suara isakan tangis yang mulai terdengar lirih di barengi getaran pada tubuh ringkih Rosie. 

Jeffrey menaruh kembali obat dan gelas nya lalu menarik tubuh Rosie ke dalam dekapan nya. Mengusap punggung dan kepala perempuan itu untuk membantunya tenang. Jeffrey paham dari semua masalah ini Rosie lah yang paling merasa khawatir.

"Tenangin diri lo dulu ya. Gue bakal tunggu sampai lo merasa lebih baik." bisik Jeffrey di samping telinga Rosie.

Isakan tangis Rosie kian menjadi-jadi. Perempuan itu membalas pelukan Jeffrey dan meremas jaket jeans yang di pakai lelaki itu. Melampiaskan kegelisahan yang sudah memuncak sampai tak terbendung.

Mereka sama-sama bingung, tapi Rosie jauh lebih bingung. Perempuan itu takut menghadapi kenyataan baru yang tidak pernah ia sangka sebelumnya.

Menjadi orang tua di usia muda bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan apalagi kalau situasinya seperti yang di alami Jeffrey dan Rosie. 

Belum lulus sekolah. Belum dapat Ijazah. Belum kuliah dan belum kerja. Mental pun masih tak ubah nya seorang remaja yang gemar main-main menikmati masa muda. Namun Jeffrey dan Rosie kini di paksa untuk menjadi orang tua di usia muda. Bekal ilmu saja belum punya, apalagi pengalaman.

Rosie merasa lebih baik setelah meluapkan kegelisahan nya dalam bentuk tangisan. Namun dia masih tidak ingin melepaskan pelukannya dari Jeffrey padahal lelaki itu sudah berkali-kali membujuknya untuk minum obat.

"Minum obatnya dulu dong, Ci. Kita nggak akan mulai ngobrolin masalah ini kalau lo nggak mau minum obatnya."

Akhirnya Rosie menurut setelah di bujuk berkali-kali oleh Jeffrey. Wajah nya sembab dan basah karena menangis dengan sangat hebat guna meluapkan rasa gelisah yang mendera rongga dada nya.

Jeffrey bantu mengusap wajah Rosie –menghapus air mata yang masih menempel di wajah perempuan itu.

"Gugurin atau nggak, Jeff?" tanya Rosie yang begitu tiba-tiba membuat Jeffrey langsung syok mendengarnya.

[1] YOUNG PARENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang