BAB 23: PENGORBANAN

2.9K 399 179
                                    

Janji nggak nangis?? 🙄🙄
Puter playlist galau kalian masing-masing ya.
Baca sampai habis ya. Biar paham.

~ HAPPY READING ~




Suasana tiba-tiba hening. Jeffrey, Rosie, dan Mina seketika bungkam setelah mendengar penuturan Jeffrey tadi.

Semuanya terdengar seperti sesuatu yang mustahil bagi Mina. Teman baiknya diam-diam merahasiakan kenyataan yang akan membuat semua orang geger.

"Gue nggak bermaksud untuk ikut campur, tapi kalian menikah karena restu orang tua kan? Bukan nekat nikah karena harus tanggung jawab sama bayi itu?" tanya Mina.

Dia tidak tahu kalau pembicaraan mengenai restu orang tua masih terkesan sensitif bagi Jeffrey dan Rosie. Pasalnya sampai detik ini mereka belum juga mendapat restu dari orang tua Rosie. Bahkan orang tua Rosie saja sepertinya belum mengetahui kalau putri semata wayangnya sudah menikah dan sedang mengandung.

Raut wajah Jeffrey berubah menjadi sangat serius. "Mina, urusan pernikahan ataupun restu nya itu akan jadi urusan rumah tangga gue dan Rosie. Walaupun lo teman terbaik Rosie sekalipun, lo nggak berhak tau urusan ini. Sorry, gue rasa pertanyaan lo udah jauh kemana-mana."

Raut wajah Mina pun ikut berubah setelah mendengar ucapan Jeffrey. "Ya, gue paham kalau itu bukan hal yang bisa di kasih tau ke orang lain. Tapi posisinya disini gue sebagai temannya Rosie, dan gue cuma pengen memastikan teman gue bakal hidup tanpa ada masalah berat apapun kedepannya. Rosie itu rapuh hati nya, dia gampang sedih. Gue yang udah bertahun-tahun jadi temannya tau betul gimana sifat Rosie."

Raut wajah Jeffrey makin terlihat kurang baik. "Gue kenal Rosie emang nggak selama lo kenal dia. Tapi sekarang gue suaminya Rosie, tanggung jawab dia ada di gue sekarang. Kalau lo takut teman lo hidup susah bareng gue, seharusnya lo support dia bukan malah nakut-nakutin yang belum pasti. Gue juga sadar kalau gue sebagai suaminya Rosie belum bisa melakukan banyak hal untuk dia. Tapi gue berusaha untuk jadi suami yang baik untuk dia."

Rosie mulai panik. Dia menggenggam tangan suaminya makin erat. Dan Jeffrey sadar akan hal itu.

"Gue rasa pembahasan ini sudah selesai. Lo bisa keluar dari apartemen gue sekarang. Gue sama Rosie mau istirahat." ujar Jeffrey lalu langsung beranjak menggandeng tangan istrinya pergi meninggalkan Mina yang masih diam terduduk di posisinya.

Di dalam kamar Jeffrey langsung memeluk erat tubuh ringkih istrinya yang langsung menumpahkan air mata kegelisahan.

"Jangan nangis. Kamu nangis malah bikin aku makin chaos rasanya." ucap Jeffrey.

"Aku takut, Jeff."

Jeffrey mengecupi puncak kepala Rosie untuk memberikannya ketenangan. "Selagi ada aku disini, kamu pasti baik-baik aja. Aku udah janji sama Tuhan untuk menjaga kamu dan anak-anak kita kelak sampai maut yang memisahkan. Jangan takut apapun karena aku nggak akan ngebiarin siapapun nyakitin kamu."

Dia menggendong tubuh Rosie ke arah ranjang. Dia tarik selimut untuk menyelimuti istrinya. Di kecup kening Rosie dengan sayang.

"Apapun yang terjadi aku janji bakal buat kamu bahagia. Sekalipun aku harus berkorban mati-matian." ujarnya dengan sangat tulus.

"Sekarang kamu tidur. Biar besok kita bisa beres-beres barang lagi sebelum pindahan."

Rosie menatap lekat ke arah suaminya. "Love you, Jeffrey."

Senyum merekah di wajah tampan Jeffrey. "Love you too, Rosie.

Dia menemani Rosie sampai istrinya itu tertidur pulas. Di tatapnya dengan sendu wajah sang istri, dan tiba-tiba saja kekalutan mulai mengganggu ketenangan batin nya.

[1] YOUNG PARENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang