Senin pagi dan jam masih menunjukkan pukul enam. Namun kondisi di dalam apartemen sudah menampakkan tanda aktivitas penghuninya.
Seperti biasa, Rosie akan melewati pagi nya dengan diwarnai mual dan muntah. Dia bahkan sudah sangat terbiasa mengatasi keluhan di usia janin nya yang masih muda itu.
Sedangkan Jeffrey ikut membantu istrinya untuk meredakan mual yang di derita. Lelaki itu sudah bolak-balik kamar dan dapur untuk membuat teh lemon hangat untuk Rosie.
"Pokoknya nanti nggak usah ikut upacara. Gue mintain surat izin sakit ke petugas yang piket biar lo di izinin istirahat di UKS." ujar Jeffrey mengingatkan istrinya untuk yang kesekian kali.
Rosie hanya mendesah pasrah. "Tapi kalau udah mendingan boleh kan ikut upacara?"
"Ngapain maksa banget ikut upacara sih, Ci? Gue aja males loh."
"Kita sekolah tinggal beberapa bulan lagi sebelum lulus. Gue nggak mau punya pengalaman buruk pas upacara."
Jeffrey yang kini giliran mendengus pasrah. "Kalau dibilangin suami tuh nurut kenapa sih. Nanti kalau pingsan lagi gimana?"
Rosie mengusap wajah Jeffrey yang menampakkan raut khawatir. Dia paham Jeffrey ingin menjadi suami siaga. "Iya iya nanti kalau merasa udah nggak kuat gue langsung ke UKS deh. Nggak nunggu sampai pingsan dulu."
"Nanti barisnya nyari yang tempatnya adem. Bawa mini hand fan juga."
"Lo kira gue lagi nonton konser pakai bawa mini hand fan segala. Yang ada nanti malah disita pengawas."
"Sekarang yang ngawas OSIS. Mereka mah nggak akan berani ke kakak kelas."
"Jangan-jangan lo sering gitu ya? Suka ngancem anak OSIS pakai embel-embel 'kakak kelas'?"
Jeffrey mengangguk. "Lagian OSIS sekarang pada letoy. Nggak kayak pas gue jabat jadi ketua OSIS dulu."
Rosie hanya mendecih tak suka mendengar kesombongan kembali keluar dari mulut suaminya. "Lo dipilih jadi ketua OSIS juga karena banyak yang jadi fans lo. Nggak fair tuh namanya."
"Udah ah malah debat. Kalau udah nggak mual berangkat sekarang aja. Nanti beli sarapan dulu di jalan."
Rosie beranjak dari kasur nya lalu mengambil tas nya. Dia berjalan menyusul suaminya yang sudah lebih dulu keluar kamar.
"Lo nggak nanya gue mau sarapan apa, Jeff?" tanya Rosie.
"Ngapain nanya. Apa yang gue makan pasti lo bakalan minta juga kan."
"Terus lo mau sarapan apa?"
"Sarapan beling. Biar kuat kayak debus."
PLAK ㅡRosie memukul lengan suaminya kesal. Jeffrey itu kadang soft, kadang juga ngeselin banget.
"Yang serius dong."
"Masih pagi udah KDRT aja sih, Ci."
"Makanya jangan kebanyakan bercanda. Lo mau sarapan apa?"
"Nasi uduk pertigaan dekat halte depan sekolah. Disana jarang ada anak sekolah yang dateng."
"Enak nggak tuh? Gue belum pernah nyoba soalnya."
"Kalau menurut gue enak pasti menurut lo juga enak. Kan apa yang gue makan pasti bakalan lo makan juga."
"Bukan gue. Anak lo nih yang mau. Kayaknya si dedek bucin sama ayahnya."
Jeffrey tersenyum bangga. Dia mengusap perut istrinya yang masih rata. "Jagoan nih kayaknya. Bibit unggul gue emang nggak akan pernah mengecewakan."
Rosie menepis tangan suaminya kesal. "Nggak ya, bukan laki-laki. Insting gue kuat banget kalau dedek nya cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] YOUNG PARENTS
Roman d'amour[18+] Masih muda tapi sudah mau jadi orang tua. Jangankan kerja, ijazah saja belum punya. Prom night dan alkohol adalah kombinasi menyesatkan dan awal terciptanya sejarah baru bagi muda-mudi yang di paksa untuk menapaki kehidupan baru yang jauh leb...