BAB 20: SUPPORT SYSTEM

3.5K 402 27
                                    


~ Happy Reading~

Jeffrey dan Rosie langsung kembali ke hotel tempat mereka menginap setelah melalui perdebatan sengit di kandang bantengㅡsekiranya begitulah yang dipikirkan Jeffrey dan Rosie.

Rosie langsung menghempaskan tas nya di sofa kamar lalu merebahkan tubuhnya. Wajahnya masih memperlihatkan raut kesal yang luar biasa.

"Cuci kaki sama tangan dulu kalau dari luar tuh. Pamali, sayang." kata Jeffrey.

"Aku masih emosi gara-gara keluarganya papah kamu, Jeff. Kok bisa ada orang yang sifatnya mirip setan begitu." keluh Rosie kesal.

"Udah ah jangan nyimpen emosi lama-lama. Nggak baik buat kesehatan kamu."

Rosie bangun dari rebahan nya. Dia menyuruh suaminya mendekat. "Kalau kamu punya masalah lain jangan pernah di sembunyiin dari aku lagi. Apapun itu masalahnya yang sekiranya bisa aku bantu."

Jeffrey tersenyum tipis. "Nggak semua masalahku bisa kamu atasi loh, Ci."

Rosie menghela nafasnya lelah. "Aku masih nggak bisa ngebayangin selama ini kamu hidup tertekan kayak gitu. Pasti berat banget ya, Jeff?" tanya nya dengan raut wajah sendu.

"Iya, dulu kehidupan aku benar-benar berat banget. Dari kecil udah ngalamin broken home walaupun papah sama mamah nggak pernah menikah. Bahkan dari dalam kandungan aja aku udah nggak di harapkan sama papah ku. Pas SD ngelihat teman-teman dianter dan di jemput sama papah mamah nya, tapi aku cuma dianter-jemput sama pak Sigit, dia supir nya tante Jessica yang disuruh nganter aku kemana-mana. Setiap pembagian rapor juga nggak ada yang ngambil, walaupun tante Jessica sering ngeluangin waktunya buat ngurusin aku, tapi aku nggak bisa menuntut hal lebih ke dia. Om Darwin sama tante Jessica udah terlalu banyak ngasih kebaikan ke aku." ujar Jeffrey dengan wajah sendu yang tak bisa menutupi kesedihannya.

Melihatnya hanya membuat rasa sakit di dada Rosie makin terasa. Apalagi saat melihat bagaimana buruknya perlakuan keluarga papah mertua nya kepada suaminya ini. Padahal Jeffrey tidak pernah meminta lebih. Lelaki itu hanya menginginkan keluarga utuh yang menyayanginya. Bagi Jeffrey harta tidak begitu penting, dia hanya ingin hidup dalam lingkungan yang sehat dan mendukungnya.

Rosie menangkup wajah suaminya dan membelainya dengan ketulusan. "Kamu hebat karena udah bertahan sejauh ini, Jeff. Kamu bahkan lebih hebat dari apapun. Kekurangan itu nggak membuat kamu jadi pribadi yang jelek. Kamu boleh membenci papah kamu, tapi jangan pernah jadi orang kayak dia. Kamu harus buat keluarga yang harmonis untuk menebus kesalahan papah ke kamu dulu. Kamu harus jadi ayah yang hebat buat anak kamu. Kamu harus jadi pelindung di keluarga kita, dan kamu harus jadi orang yang bisa di banggakan oleh anak-anak kamu nanti. Kamu nggak akan berakhir kayak papah kamu, sayang. Karena ada aku yang bakal jadi support system kamu. Kita berjuang sama-sama dari awal sampai akhir." ujar Rosie yang air mata nya sudah terjun bebas dari pelupuk mata nya.

Jeffrey benar-benar terharu dengan kata-kata istrinya barusan. Sampai membuatnya tak tahan membendung kesedihan. Air mata nya juga mulai turun membasahi wajah tampan nya. Kedua sejoli itu sudah tidak sungkan mengelurkan kesedihan.

"Jangan paksa kalau kamu nggak sanggup. Nggak ada salahnya mengeluh, kamu bukan robot. Nangis sekecang-kencang nya kalau perlu. Nangis aja di pelukan aku."

Jeffrey langsung menghambur ke dalam pelukan Rosie. Lelaki itu menangis sejadi-jadinyaㅡmeluapkan segala amarah, emosi, kekecewaan, dan kesedihan yang sejak dulu menumpuk di batin nya.

"Don't leave me alone. Please, Rosie. Don't leave me." ucap Jeffrey dengan nada bergetar.

Rosie mengangguk. "That will never happen, Jeff. Aku udah bersumpah ke Tuhan kalau aku bakal menerima kamu apa adanya dan dalam kondisi apapun. I will be by your side."

[1] YOUNG PARENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang