14

20.6K 2.6K 184
                                    

Happy Reading
______________

"Udah tau salah, masih aja di ulang. Udah tau sakit, masih aja dilanjut. Lo masokis atau nggak punya otak?" - Meiza.

.
.
.
.

Dak

Dak

Dak

Suara gesekan bola basket dengan lantai mengalun di sebelah selatan Mansion Tifanny pada malam ini. Tepatnya lapangan basket yang baru saja dibuat untuk Meiza.

Dengan kaos pendek dan Hot pant, Meiza tengah mendrible bola basket dan bersiap menembak.

Keringat mengucur membasahi dahi, leher sampai tubuhnya. Tapi Meiza acuhkan dan fokus menembak ke dalam ring basket.

Duk

Duk

Setelah dekat dengan area ring, Meiza dengan gesit melompat dan melakukan dunk.

Prok

Prok

Prok

"nona muda keren sekali." ucap seorang perempuan yang memakai pakaian pelayan sambil menghampiri Meiza memberikan air minum dan sebuah handuk kecil.

"thanks, kak laras."

"malam semakin larut, sebaiknya nona istirahat. Kalo ketahuan tuan besar nanti nona kena omelan lagi plus jeweran."ucap pelayan bernama laras itu.

Meiza terkekeh mengingat kemarin malam dia kena ceramah oleh sang nyai ditambah jeweran di telinganya.

"baiklah, ayo kembali."

"nona sepertinya menyukai basket." laras dan Meiza berjalan beriringan memasuki mansion.

Tanpa menoleh Meiza menjawab, "ya, aku menyukainya." 'sejak dulu sedari aku masih menjadi Kintan.'

Laras memang lebih tua lima tahun dari Meiza, jadi Meiza memutuskan bicara aku-kamu dengan laras.

Meiza tersenyum tipis kala mengingat kehidupannya sebagai Kintan.

Memang kehidupannya dahulu tak bisa dikatakan mudah, bahkan semasa remaja dia harus kehilangan kedua orang tuanya sama seperti Meiza.

Kintan jadi berpikir, apa dia dan Meiza memang ditakdirkan untuk mengalami kesusahan dan penderitaan?

Ya itu tidak masalah, yang pasti Kintan akan tetap menjalani hidupnya entah bagaimanapun.

###

Hari ini adalah hari Meiza memulai ekskul basket, dan itu membuat mood Meiza dari tadi pagi sangat baik.

"lo kenapa sih Za, senyum-senyum nggak jelas daritadi." tanya Isna yang melihatnya temannya asik umbar senyum.

Ya bukannya apa, tapi Isna takut temannya ini kemasukan roh orang gila. Lagian nih ya, dia sedikit risih karena banyak siswa yang memperhatikan mereka atau lebih tepatnya Meiza yang sekarang masih asik senyum, bahkan lesung pipinya yang tersembunyi sekarang nampak membuat para siswa yang melihat terpesona.

Mereka berdua saat ini sedang berada dikantin, dengan Isna yang memakan cemilan dengan sesekali mengernyit melihat teman satunya itu.

"gapapa." jawab Meiza singkat tapi tetap mempertahankan senyumnya.

Trapped by The Psycho ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang