5

29.6K 2.8K 81
                                    

Selamat Membaca

.
.
.

Tak

Tak

Tak

Ketukan sepatu Meiza memenuhi koridor sekolah, banyak pasang mata melihat ke arahnya tapi dia hanya acuh dan melanjutkan langkahnya menuju kantin.

"Via berhenti,, jangan lari-lari, nanti kamu jatuh sayang!" Suara rendah namun tajam milik seorang pemuda tiba-tiba terdengar.

"Nggak mau! pokoknya Kak Arun harus bolehin dulu Via ikut!" teriak gadis mungil yang ternyata Lovia.

Lovia berlari ke arah berlawanan dari Meiza sekarang berjalan, Meiza yang mendengar teriakan tersebut segera menghentikan langkahnya.

Bisa Meiza liat, Lovia sedang berlari dari arah berlawanan darinya. Sedangkan tak jauh dibelakangnya ada seorang pemuda yang tampan dengan mata tajamnya sedang mengejar Lovia.

Mata Meiza menyipit sebelum tersadar dan segera menepi sambil menahan nafas, selang beberapa detik Lovia melewatinya membuat dirinya kembali bernafas lega.

"memang ya,, deket ama tuh anak nggak baik buat gue, mana tau dia tiba-tiba nubruk gue,, lagian nih ya, tuh anak ngapain sih lari-lari dikoridor" gerutu Meiza kesal sambil mengelus dadanya yang berdebar kencang akibat kejadian barusan.

Saat Meiza mendongak tatapannya sempat bertatapan dengan iris coklat tajam milik orang yang tadi mengejar Lovia. Sebelum terputus karena pemuda tersebut kembali mengejar Lovia.

Tapi sebelum menghilang, Netra Meiza sempat melirik Name tag pemuda yang diduga kakak kelasnya tersebut.

'Arundion Ellois'

Kakak kandung kedua dari Female Lead. Mempunyai kepribadian yang dingin tapi sedikit tempramental, dia sangat menyayangi Lovia karena Lovia cucu perempuan satu-satunya dikeluarga besarnya, bisa dibilang Lovia itu princess dikeluarganya. Lovia sendiri mempunyai dua kakak laki-laki dan satu adik laki-laki.

Sedikit informasi, walaupun keluarga Lovia termasuk dalam jajaran keluarga kaya, mereka tidak menggunakan marga dalam nama mereka.

Setelah keduanya menghilang, Meiza melanjutkan perjalanannya menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan.

***

Kring~ kring~

Bel pulang telah berbunyi, para siswa bersiap-siap untuk pulang tak terkecuali Meiza.

Srak

Setelah selesai merapikan alat tulisnya, Meiza segera berdiri dan menenteng tasnya.

Meiza berbalik menghadap bangku Evan, "sampai jumpa, Evan." tangan kirinya melambai.

Tak hanya menyapa saat masuk, Meiza juga melakukannya saat pulang sekolah. Anggap saja itu sebagai investasi agar kelak saat insiden yang tak terelakkan, Evan tak membunuhnya. Walaupun itu mungkin percuma, psikopat tetaplah psikopat, kalo merasa kepunyaannya diusik atau terluka oleh orang lain, entah teman atau hubungan lain. Dia akan tetap menghancurkannya.

Tapi setidaknya dirinya berusaha bukan, untuk berdamai dengan Evan. Meiza segera berbalik dan berlari kecil menuju Isna yang telah menunggu di depan kelas.

"yok pulang!" ajak Meiza sambil merangkul Isna, yang jujur saja tinggi badannya cuma sampe telinga Meiza. Bukan Isna yang pendek tapi Meiza yang tinggi badannya diatas rata-rata perempuan biasanya.

Tapi bukannya kelihatan aneh, kesan anggun berpadu sexy melekat padanya apalagi kulit tannya yang semakin menambah daya tariknya.

Meiza dan Isna berjalan santai menuju parkiran, rencananya mereka bakalan have fun di mall sebelum pulang.

Trapped by The Psycho ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang