(F).R.I.E.N.D.(S) #4

252 22 0
                                    

Sesuatu yang terjadi serba mendadak pasti akan jauh lebih berkesan, dibandingkan dengan sesuatu yang sudah direncanakan sebelumnya. Tapi sayang, Rinka tidak merasakan dirinya menjadi lebih baik setelah bertemu dengan mood booster-nya sekalipun, teman-temannya.

Pasalnya jauh sebelum pertemuan mereka, sesuatu yang lebih mendadak datang menghampiri kotak masuk ponsel Rinka. Sebuah pesan dari fajar, yang mengubah mood-nya dalam sekejap.

Sebuah undangan pernikahan ia genggam erat di tangannya. Tampak depan sampulnya bertuliskan inisial nama kedua calon mempelai N & T.

“Serius, Nou?!” Adi kanget bukan main saat mendapati kartu undangan pernikahan dari temannya tersebut. “Kukira yang akan melepas status lajang di antara kita lebih dulu adalah Rinka dan Fajar.”

Jeng-jeng-jeng! Ucapan Adi seperti ribuan jarum yang menghujamnya. Tak bisakah nama Fajar tidak muncul untuk beberapa saat saja? Telinganya seakan panas ketika mendengar nama pria yang telah mengacaukannya sore itu.

Sebesar itukah harapan para teman-temannya akan kelanjutan hubungannya dengan Fajar? Hubungan yang digadang-gadang akan berakhir bahagia itu, apakah akan terjadi? Jawabannya, mungkin saja. Tidak ada yang tahu akan bagaimana akhir kisah cintanya dengan Fajar.

Yang seharusnya ia lakukan adalah meneguhkan hatinya, dan mulai menatanya kembali. Mengumpulkan satu persatu serpihan hatinya yang mulai berguguran.

“Halo, Jar? Kamu dimana, aku ada di depan kantor kamu, nih,” ucap Rinka pada suatu hari dibalik sambungan teleponnya dengan Fajar.

***

Denpasar, Bali.

Begitu tiba di bandara I Gusti Ngurahrai, Bali. Rinka segera menuju kantor tempat Fajar bekerja. Ia sengaja tidak memberitahu kedatangannya pada Fajar. Dirinya bertekad, akan kembali menata hubungannya dengan Fajar mulai dari sekarang. Dengan memberikan Fajar kejutan kedatangannya, Rinka berharap akan mendapatkan sesuatu yang hilang selama ini dari dirinya.

Namun, saat menghubungi Fajar, sesuatu yang salah terjadi. Panggilan teleponnya terjawab mulanya, tetapi tak lama tiba-tiba diputus oleh Fajar.

“Loh?” Rinka memandangi layar ponselnya. Tidak biasanya Fajar memutus panggilan teleponnya. Terlebih ini situasi genting bagi Rinka, ia tak sabar ingin mengetahui bagaimana reaksi Fajar ketika melihatnya ada di Bali.

Mungkin harapan hanya tinggal harapan. Nyatanya, kesungguhan Rinka untuk memperbaiki hubungan mereka yang sebenarnya baik-baik saja nampaknya akan sia-sia. Ia datang jauh-jauh dari Jakarta—setelah kembali pada rutinitasnya sebagai seorang manajer band, perempuan itu meminta waktu cuti mendadak dan menuju ke Denpasar demi pria yang konon masih setia mencintainya.

Namun, apa ada penjelasan untuk sesuatu yang sedang terjadi di depannya sekarang?

Rinka memutar tubuhnya, ia memutuskan untuk menemui Fajar setelah jam kerjanya usai. Memang, waktu masih menunjukkan pukul sebelas siang, jadi, mungkin saja Fajar masih berkutat dengan pekerjaannya dan tidak ingin diganggu.

Tapi, justru yang ia lihat saat ini sungguh diluar dugaannya. Baru saja Rinka akan angkat kaki, namun pergerakannya terpotong tiba-tiba. Matanya terbelalak lebar, dan lututnya bergetar hebat. Sesuatu yang ada di depannya, sesuatu yang tidak pernah terlintas dipikirannya, namun semua itu nyata.

Fajar, keluar dari sebuah mobil sedan berwarna maroon. Biasa saja memang. Tapi, ketika dia berjalan memutar ke arah pintu kemudi dan mendapati wanita berambut sebahu di sana membuat Rinka sedikit terkejut. Siapa dia?

Luar biasanya, ternyata pria yang terlihat bak malaikat itu justru melakukan hal yang membuat Rinka dengan mudahnya menjadi ‘jijik’. Mereka berciuman di tempat umum, di depan mata kepala Rinka!

“Astaga!” pekik Rinka, hatinya ngilu melihat hal tersebut.

Mobil melaju, meninggalkan Fajar yang sedang berjalan menuju pintu masuk perusahaan tempatnya bekerja. Lalu, kedua matanya bertatap tegang dengan kedua mata Rinka, sontak ia tertegun dan tidak kembali melanjutkan perjalanannya.

“Furrinka,” ucap Fajar setengah berbisik. Suaranya bergetar.

Rinka tersenyum ketika Fajar menyebut namanya. Namun, apa yang terjadi pada Fajar justru adalah kebalikannya. Pria itu mulai salah tingkah, gelagapan. Wajahnya berkali-kali berganti ekspresi. Malu, takut, dan bersalah.

“Kejutan!” teriak Rinka sambil mengangkat kedua tangannya ke udara.

Kali ini, mimik Fajar menunjukkan kebingungan. Bagaimana tidak, kemarahan Rinka yang diprediksinya akan meledak nyatanya tidak terjadi. Perempuan itu justru terlihat ‘sangat baik sekali’.

“Kamu ngapain disini?”

“Kenapa? Nggak boleh?”

“Bukan begitu, aku...”

“Kamu bilang, kamu kangen aku. So, i’m here!
Fajar mulai ketakutan melihat sikap Rinka yang diluar dugaannya. Ia tahu Rinka pasti melihat apa yang baru saja ia lakukan. Tapi, apa yang Rinka lakukan saat ini? Ia terlihat begitu bahagia. Benarkah?

“Rin, kamu baik-baik saja, kan?”

Sekali lagi, Rinka mengulas senyum. “Awalnya aku merasa aneh. Tapi, aku pastikan aku baik-baik saja, Jar.”

Pria itu berjalan dan mulai memberanikan diri untuk mendekati Rinka. Namun, Rinka justru perlahan ikut menjauhinya. Pada akhirnya, jarak memang selalu tercipta di antara keduanya.

“Jadi, sekarang aku tahu apa maksud dari ucapan Ibumu. Bahwa, Fajar anak bungsunya sudah tidak lagi menjalin hubungan dengan Rinka. Begitu?”

“Rin, kamu perlu dengar penjelasanku.”

“Nggak perlu, Jar. Aku bisa menyimpulkan sendiri ucapan Ibu kamu dan kejadian yang baru saja aku lihat. Kamu nggak perlu repot untuk menjelaskan,” kedua tangan Rinka melambai di depan wajah Fajar. Menolak untuk mendengarkan penjelasan Fajar. Ia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. “Mungkin, sebaiknya kamu masuk ke dalam dan lanjutkan pekerjaan kamu. Dan, aku akan kembali ke Jakarta, melanjutkan pekerjaanku.”

“Rin, dengarkan aku. Kumohon,” pinta Fajar dengar wajah memelas.

“Selamat siang, Fajar,” Rinka berjalan menjauhi Fajar, namun hanya selang beberapa langkah, ia kembali memutar tubuhnya. “Oh, iya. Aku lupa, happy fourth anniversary, Fajar! Maaf aku nggak sempat balas pesan dari kamu.”

Buk! Fajar merasa ulu hatinya seperti di tinju. Kalimat yang keluar dari mulut Rinka itu benar-benar membuatnya skakmat. Sedangkan Rinka semakin jauh meninggalkannya, Fajar masih tidak bisa berbuat apa-apa. Penjelasannya ditolak mentah-mentah oleh Rinka.

***

F.R.I.E.N.D.(S) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang